04

1K 108 9
                                    

Kata untuk hari ini :

"Lalui dengan nyaman, jangan berusaha terlalu keras untuk menjadi bahagia, lepaskan dan rasakan betapa menyenangkan hari hari mu" -Taeyong

HAPPY READING.

Naja terduduk di bangku taman Universitas, setelah Jeffrey menampar nya dia langsung keluar dari apartemen itu, sebenarnya Naja ingin sekali mengungkapkan unek-unek nya namun setelah di pikir matang matang itu tidak akan bisa menyelesaikan masalahnya, dan malah membuat masalah itu menjadi semakin rumit.

Andai saja dia punya sahabat, pasti hidupnya tak akan sehampa ini, dia bisa menceritakan keluh kesahnya pada sahabatnya, agar membuat dirinya merasa sedikit lega.

Jika hanya teman dia juga punya.

Dia juga ingin punya sahabat seperti yang lainnya, walaupun hanya satu dia sudah merasa sangat beruntung.

Naja terdiam memandangi wajah bahagia orang orang disekitarnya, diam diam ia ikut tersenyum, tersenyum getir untuk nasibnya yang buruk namun tak seburuk kelihatan nya.

Pasti ada beberapa hal yang membuatnya cukup bahagia.

"Bukannya kau tidak ada jadwal pagi ya, kenapa pagi pagi begini sudah ada di kampus?."

Pria itu duduk di samping Naja, matanya tertuju pada bibir tipis Naja yang tersenyum.

"Hanya ingin saja, ngomong ngomong sudah lama tidak bertemu ya, Kak Mahen."

"Kau benar, karena sudah di semester terakhir jadi aku tidak punya banyak waktu untuk mengobrol dengan teman bahkan untuk pergi berkumpul seperti dulu juga sangat jarang, jika berkumpul pun pasti untuk belajar."

Mahen, teman masa kecil Naja dulu, kini sudah tumbuh menjadi pria tampan.

"Senang bisa kembali berbicara dengan mu Nana."

"Aku juga, Mama?."

Keduanya tertawa setelah Naja melontarkan kata panggilan Mahen saat masa kanak kanak dulu,

Mama.

Ngomong ngomong, dari mana Mahen tahu jika Naja tidak ada kelas pagi hari ini? Seperti seorang penguntit saja.

Mungkin karena Naja tidak masuk ke kelasnya.

"Seperti nya aku harus pergi sekarang, dosennya sangat cerewet jika muridnya masuk sedikit terlambat, ah jika ada sesuatu yang ingin kau ceritakan bisa menghubungi nomorku, aku ini seorang pendengar yang baik kau tahu itu kan?," Mahen mengeluarkan tangganya mengelus pundak Jaemin pelan.

"Terimakasih kak Mahen."

Apa dia melihat nya? Rona merah di pipi Naja.

🧛🤵🤴🧛🤵🤴

"Terakhir yang ingin bapak sampai kan pada kalian, banyak banyak lah berpacaran! Sering kali seniman merasa kesepian....."

Sudah berpacaran pun Naja tetap kesepian.

"Padahal jika ingin menjadi seniman yang sesungguhnya, kita juga harus merasakan cinta yang sesungguhnya......."

Beberapa murid ada yang mengangguk setuju, ada juga yang mencemooh ucapan dosen tua itu.

"Cinta adalah kewajiban bagi seorang seniman, KEWAJIBAN!"

'Halah cinta tai anjing'

Ini sudah seperti mengumpat di depan orang nya langsung kan? Walaupun hanya dalam hati saja.

Ruang kreasi
               107

"Hai, karya mu seperti nya sudah hampir jadi ya, aku jadi iri....." Naja menyapa teman sekelasnya itu, walaupun tidak mengetahui namanya dia ingin mencoba sedikit akrab.

"Oh hai juga, sebenarnya karya ini akan aku hancurkan, kata Bu Sri karya ku tidak menunjukkan keindahan dan perasaan, jika bukan karena dosen sialan itu aku tidak perlu mengulangi lagi, ah sial ini membosankan."

Naja cukup terkejut dengan ucapan pria di depannya ini yang terkesan asal ceplos, tapi dia juga setuju karena dosen yang satu itu punya standar seni yang cukup tinggi.

"Eum sebenarnya aku kaget karena tiba tiba kamu menyapaku, kamu terkesan cuek jadi aku sedikit ragu untuk menyapa mu terlebih dahulu, jadi Naja kita bisa berteman baik sekarang, kamu bisa manggil aku dengan sebutan memble, ya orang orang memanggilku seperti itu karena bibirku, kau mengerti kan?"

Naja sedikit tak enak hati mendengar ucapan dari lawan bicaranya, panggilan itu pasti menyakiti hati kan?.

"Ah tidak, aku akan memanggil namamu Haje bagaimana?."

Memble lumayan setuju, walaupun nama itu jauh dari nama aslinya, Pangeran.

Yang ku maksud Haje bukan memble.

Setelah perbincangan yang keduanya lakukan, Naja mulai mengerjakan tugasnya, hanya tugas biasa bukan tugas membuat patung, dia belum mendapatkan inspirasi sama sekali.

"Kau, kupikir pikir suka sekali menghabiskan waktu di ruang kreasi, bukankah disini membosankan dan sangat lembab?,"

Naja mengelus dada, dia tipe orang yang gampang kaget. Sedangkan pria yang baru datang itu tertawa dengan tidak tahu malunya.

"Aku hanya eumm mencari inspirasi ya mencari inspirasi."

Jigar menarik kursi, duduk di samping Naja.

"Kalau begitu jadikan aku sebagai inspirasi nya bagaimana? Aku tampan otot otot tubuhku juga besar dan jangan lupa dengan  delapan roti sobek di perutku," Jigar bergaya, memamerkan otot otot tangannya,. Naja tertawa di buatnya.

"Kak Jigar maafkan sikapku yang kemarin ya," Naja berbicara dengan pelan namun Jigar masih bisa mendengar nya karena jarak mereka yang cukup dekat.

"Its okay itu wajar, jangan merasa tidak enak," Jeno.

"Terimakasih senior."

"Senior senior, di pikir aku rokok ya? Panggil aja Jigar atau pakek embel-embel Kak di depannya."

Naja menanggapi dengan anggukan, apa Jigar mencoba mendekatinya sekarang? Ah jangan ke-pd an dulu Naja!.

"Kau terlihat manis dan cantik secara bersamaan" Jigar.

"Ya?" Naja.

"Mau berciuman?" Jigar.

🧛🤵🤴🧛🤵🤴

Jangan lupa votmen kawan.

Kayaknya kalau ngewe" an bakal jarang ada di cerita ini wkwkw.

40 pembaca dan 5 komentar next deh

22 Februari 2022

Toxic Relationship | Jae2 × Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang