• Guru dan Murid

729 115 1
                                    

Teriknya matahari tidak menggoyahkan seorang gadis bersurai hitam panjang dari posisinya. Berdiri sembari menatap kedua kaki berbalut sepatu sekolah berwarna putih, sesekali pula ia menatap sekitaran guna memastikan seseorang yang ia tunggu tiba. Hingga sebuah derap mengalihkan atensinya, tampaklah figur lelaki bersurai hitam panjang tak terikat memasang wajah serius. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya.

Yui menggedikan bahu lalu memasukkan kedua tangan ke dalam kantong rok sekolahnya. "Hanya ingin memberikan pengajaran pada otakmu yang bodoh."

Si lelaki sedikit terkejut, sedetik kemudian terganti dengan seringai dengan gigi taring yang menjadi ciri khasnya. "Nanda? Kau merindukan muridmu yang bodoh ini?"

Tak menjawab apapun, Yui menarik kerah baju Keisuke hingga mau tak mau lelaki itu menyelaraskan langkahnya. "Hoi! Apa-apaan kau ini!" Keisuke memprotes. 

Langkah gadis itu berhenti sejenak, lalu menatap Keisuke yang terlihat kesal. "Murid bodoh tidak perlu membantah," sahut Yui, Keisuke hanya menurut sebab tak ingin memperpanjang kekesalannya. "Ha'i sensei. Kau lah yang terpintar."

Meski Keisuke sudah menyatakan secara lantang bahwa dirinya memutuskan untuk keluar dari Toman, tetapi Yui tetap memberikan pengajaran padanya. Singkatnya, bagi Yui hubungan antara guru dan murid itu terjalin di luar dunia berandalan dan tidak akan Yui biarkan hubungan itu berakhir.

Dua insan melangkah secara beriringan, tidak ada percakapan meski jelas bahwa keduanya merasa nyaman. Ya, semuanya tampak damai sebelum Keisuke membuka obrolan. "Setelah ini, jangan temui aku lagi. Aku sudah menjadi musuhmu, dan tidak seharusnya musuh masih berhubungan."

Langkah terhenti, Yui menatap Keisuke serius. "Apa maksudmu? Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak membawa hubungan antara geng dengan belajar?"

Keisuke turut menatap Yui dengan serius. "Ya, tadinya begitu."

"Aku tidak ingin Valhalla menganggap aku mengkhianati mereka."

Mata terbelalak, ditariknya kerah baju Keisuke hingga pandangan mereka saling bertemu. "Lantas, kau tidak memikirkan Toman yang kau tinggalkan?" Terdengar nada lirih di dalam kalimatnya.

Keisuke mencoba mengalihkan pandangannya, ia mengaku tidak pernah bisa berbohong dihadapan Yui. "Kau tahu itu dengan baik bukan? Jadi hentikan sandiwara antara murid dan guru ini."

Bugh!
Tinjuan didapat Keisuke hingga wajahnya teralihkan ke samping. Sudut bibirnya pun mengeluarkan sedikit cairan merah akibat robek. Belum cukup, Yui kembali melayangkan tendangan hingga Keisuke yang tidak berniat memberikan perlawanan ataupun pertahanan pun terjatuh ke tanah. Yui menempatkan dirinya di atas perut Keisuke. "AKU SELALU MENAHAN DIRI UNTUK TIDAK MENGHAJARMU DAN SELALU MENGABAIKAN SEGALA PIKIRAN NEGATIF TERHADAP MU, DAN KAU MALAH MEMBERIKU BALASAN DEMIKIAN? DASAR IDIOT!"

Napas yang tercekat serta wajah yang memerah marah sedikit demi sedikit kembali tenang. "Setidaknya ... tetap anggap aku sebagai temanmu," lirihnya.

"Tidak bisa, aku harus melakukan ini dan akan berjalan lancar jika kita tidak memiliki hubungan apapun lagi." Keisuke tetap pada pendiriannya.

Sedetik kemudian Keisuke menahan tangan Yui kala gadis itu hendak melayangkan tinjuan. "Akibat dari kau yang meninggalkan Toman adalah Manjirou yang merasa sedih sialan!"

Bugh!
Yui yang mendapat tinjuan telak pada pipinya langsung tersudutkan. Posisinya saat ini berkebalikan, dimana Keisuke lah yang berada di atasnya. "PIKIRAN MU ITU HANYALAH MIKEY! SEGALANYA BAGIMU HANYALAH MIKEY! TIDAK SALAH JIKA DRAKEN MENYEBUTMU ANAK ANJING YANG SANGAT SETIA TERHADAP TUANNYA!"

Tidak terima dengan perkataan Keisuke, keduanya saling melayangkan serangan. Amarah yang menguasai membuat dua orang itu dibutakan dan hanya berpikir untuk saling menyerang sesekali saling mengeluarkan kata-kata untuk memancing kekesalan. Semuanya tampak dari mereka yang membabi buta, tak menerapkan setiap aliran bela diri yang sudah mereka kuasai.

My King | Tokyo revengers x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang