❝Sampean sukses dalam karier, tapi sampean gagal dalam percintaan. You still win the game, Bro!❞
-Jauzan Akhsa-
•••○•••
Djenar sedang berada di pantri. Gadis itu mangkir sejenak dari pekerjaan untuk menuangkan air ke dalam gelasnya yang telah kosong. Riset yang tengah ia kerjakan menyangkut mafia bola membuat tenggorokannya terasa kering kerontang. Terlebih ucapan Mason saat itu yang membuatnya terus berpikir, menghentikan semuanya? Ah, Djenar tidak akan secepat itu mengiakan untuk berhenti dari ini semua. Ia terlanjur dibuat penasaran dengan eksistensi mafia bola di tanah air. Setengah perjalanan telah ia tempuh dan tidak mudah untuk putar balik begitu saja.
Persetan soal penyerangan malam itu. Walaupun ia mendapat teror sekalipun, ia tak akan berhenti sampai rasa penasarannya terpecahkan. Gadis itu mempunyai pendirian yang kukuh, tak akan ada satu pun yang bisa menghentikan rasa penasarannya. Layaknya seorang penjaga gawang, ia akan tetap kukuh menjaga gawangnya agar tetap steril dari kebobolan.
"Itu beneran Xavi yang hajar si Mason?"
Djenar baru mendudukkan dirinya di atas kursi pantri saat kedua rekannya masuk dan menyebut nama sahabatnya, Mason. Gadis itu menatap kedua rekannya yang sedang berdiri di dekat dispenser air dengan rasa penasaran. Lalu setelah menenggak sedikit air, ia menghampiri keduanya untuk sekadar mengajak berbasa-basi.
"Emang ada apa dengan Xavi dan Mason?" tanyanya. Kedua rekannya menoleh, raut wajah terkejut ditunjukkan keduanya. Mungkin mereka terkejut dengan kehadiran Djenar yang tiba-tiba.
"Lo nggak tahu, Nar? Si Mason nggak cerita sama lo?" salah satu dari mereka malah bertanya balik. Djenar menggaruk pelipisnya yang tiba-tiba gatal sambil menggeleng. Ngomong-ngomong soal kedekatannya dengan Mason, beberapa rekannya memang sudah mengetahui jika Djenar dan Mason bersahabat.
Setelah mendapat respon seperti itu dari Djenar, gadis dengan potongan rambut pendek sebahu mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saku blazer. Ia membuka galeri dan menekan salah satu video yang sempat viral di sosial media. Saat video telah terputar, Djenar langsung mendekat untuk menonton videonya. Terlihat jelas, Xavi tampak emosi di dalam video sehingga menghajar Mason habis-habisan.
"Mereka kenapa bisa berantem seperti ini?" tanya Djenar.
"Menurut kabar yang beredar, Mason selingkuh sama pacarnya Xavi."
"Shakira Floella si model itu?" tanya Djenar lagi memastikan dengan nada agak terkejut.
"Iya, lah! Siapa lagi emang pacar si pesepak bola ganteng, Xavi Anggara, kalau bukan Shakira," jawab rekannya dengan nada yang terlalu mendramatisasi. Djenar hanya menatapnya malas lalu memilih untuk berpamitan pada keduanya. Mengingat risetnya yang belum selesai itu tidak bisa ditinggal terlalu lama.
Entah mengapa ia terus memikirkan perkataan rekan kerjanya barusan. Mason berselingkuh dengan Shakira? Oh, ayolah, jangan katakan jika kekasih yang selama ini Mason ceritakan adalah Shakira. Ini gila, rivalitas antara Xavi dan Mason tak hanya dalam lingkup lapangan saja. Melainkan juga dalam lingkup luar lapangan, apalagi ini sudah menjalar sampai ranah perasaan.
⚽🧤🏅🏆
"Xavi, fokus!"
Tanpa henti pelatih tim nasional asal Korea Selatan itu terus saja meneriaki kata 'fokus' pada Xavi Anggara. Hari ini adalah hari ketiga pemusatan latihan tim nasional dilaksanakan. Pemusatan ini dilakukan untuk memilih siapa saja pemain yang akan tergabung ke dalam skuad inti. Mereka yang terpilih inilah yang akan mewakili negeri tercinta dalam kejuaraan sepak bola antar Negara ASEAN di Kamboja.
Latihan kali ini terbagi menjadi dua tim, di mana salah satu tim memakai rompi sebagai pembeda. Mereka semua terus bergerak aktif merebut bola, menjaga area pertahanan, dan menunjukkan skill mengasah bola yang dimiliki masing-masing. Tak terkecuali Xavi, namun agaknya pria itu tidak terlalu fokus selama latihan berlangsung. Pasalnya bukan hari ini saja, sudah sejak pemusatan ini berlangsung ia selalu tak fokus. Saat latihan fisik yang mengharuskannya naik turun tangga pun, ia hampir tergelincir. Pelatih sempat mengeluhkan kemampuannya.
Pelatih asal Korea Selatan itu sempat memberi nasehat pada Xavi saat setelah latihan berakhir. Ye Joon, penerjemah yang bertugas untuk menerjemahkan setiap instruksi yang diberikan sang pelatih itu mencoba menyalin bahasanya dalam bahasa Indonesia agar mudah dipahami Xavi.
"Coach Jae-Sun meminta hari ini adalah hari terakhir beliau melihatmu tidak fokus, Xavi. Mulailah untuk lebih serius jika kamu ingin menjadi pilihan Coach Jae-Sun!" kata penerjemah, Ye Joon.
"Siap, Coach!" Hanya itu jawaban yang mampu Xavi berikan. Ia pun merasa demikian, dan itu membuatnya sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan kesempatan yang tidak semua pesepak bola tanah air dapatkan ini.
Setelah Coach Jae-Sun berlalu, Ye Joon sempat memberikan satu tepukan semangat di pundak Xavi. Xavi mengucapkan terima kasih dalam bahasa Korea atas kepedulian sang penerjemah yang akrab disapa Yeju itu.
Di saat-saat seperti ini, ia malah teringat dengan kata motivasi yang diberikan sahabatnya—Jauzan—tempo lalu. "Sampean sukses dalam karier, tapi sampean gagal dalam percintaan. You still win the game, Bro!" katanya.
Benar apa yang dikatakan Jauzan. Ia masih memenangkan permainan sebab ia masih berhasil soal karier. Karier jika dibandingkan dengan masalah percintaan tidak ada apa-apanya. Soal cinta dia masih bisa meraihnya kembali dalam waktu yang tidak lama. Namun, soal karier butuh waktu lama untuk meraihnya kembali sampai bisa seperti sekarang ini.
Usai latihan, para pemain yang mengikuti pemusatan akan kembali ke hotel untuk beristirahat. Xavi melangkahkan kakinya menuju ke arah bus yang terparkir di parkiran stadion bersama rekan setimnya. Tak disangka-sangka, cukup banyak wartawan yang berada di luar stadion. Mereka meneriaki nama Xavi untuk mengajak pria itu mengobrol sejenak. Mungkin mereka ingin bertanya soal masalah pemukulan terhadap Mason tempo lalu.
Jujur, saat ini Xavi sangat malas untuk meladeni mereka. Berbanding terbalik dengan Xavi yang dulu. Xavi yang dulu dengan senang hati meladeni sambil beberapa kali melayangkan candaan yang membuat mereka tertawa. Menurut Xavi, masalah itu tidak penting untuk dibahas. Lagi pula, hei, mengapa mereka tidak membahas soal kariernya saja daripada harus membahas masalah pribadi?
"Xavi, bisa klarifikasi soal perkelahian kemarin dengan Mason?"
"Xavi, apa alasan kamu menghajar Mason kemarin?"
"Xavi ...."
"Xavi ...."
Suara-suara itu semakin memekakan telinga Xavi. Kemudian salah satu wartawan menyodorkan perekam suara tepat di depan wajahnya. Pria itu hanya diam, semakin mempercepat langkahnya. Tak tanggung-tanggung, si wartawan ikut berlari saat Xavi berlari. Pria itu yang merasa risih pun dengan sengaja mendorong tangan salah satu wartawan hingga alat perekam suaranya terjatuh. Xavi tak mempedulikan lagi bagaimana nasib perekam suara itu, yang ia pedulikan sekarang adalah ia bisa selamat dari kejaran wartawan yang terus menguntitnya sampai depan bus.
•••○•••
Jangan lupa kasih feedback-nya kakak! 🤗🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFSIDE [Full Time||End]✅
Ficção Adolescente《Cerita ini lolos dalam kategori Editor Choice pada event menulis 40 hari bersama Rdiamond Publisher》 ⚠️CERITA LENGKAP! ⚽️🥇🏆🧤 Bagi Xavi Anggara, hidup bagaikan sebuah permainan sepak bola. Tidak asal menendang tanpa ada tujuan. Tidak mudah menggi...