•••○•••
Setiap orang pasti akan mengalami hari-hari terberatnya. Baik itu hari ini, esok, nanti, atau bahkan sudah melewati masanya. Kapanpun itu, mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapinya adalah yang paling utama. Ini semacam 'jatah' untuk mendapat menit bermain dalam sepak bola, dan hari ini adalah jatah Xavi untuk memulainya.
Dengan langkah sesantai mungkin, ia mulai memasuki pintu penyidikan. Tepat saat itu, Xavi dan Shakira bertemu pada ambang pintu. Terlihat jelas di mata Xavi, gadis dengan kacamata hitam yang berada di hadapannya tengah melempar senyum sok manis. Pria itu hanya menanggapinya dengan senyum miring, lalu meminta waktu untuk berbicara dengan Shakira sekejap saja.
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan?" tanya Xavi dengan tatapan datarnya.
Shakira melepas kacamatanya sebelum menjawab pertanyaan Xavi. "Aku hanya ingin kita balikan," jawab Shakira enteng.
Xavi menyipitkan kedua matanya. Alasan yang dibeberkan Shakira terdengar konyol di telingannya. Pria itu tidak yakin dengan alasan yang diberikan Shakira, pasti ada maksud lain di balik ini semua. Namun, sesuatu yang menarik berhasil mengalihkan perhatian Xavi. Sesuatu itu adalah luka lebam yang tercetak di sudut bibir Shakira.
"Omong kosong! Itu ... sudut bibirmu kenapa?" tanya Xavi kemudian.
Shakira menunjukkan reaksi gelagapan ketika diberi pertanyaan seperti itu oleh Xavi. "I-ini ...."
"Pasti kau merekayasa luka lebam ini supaya orang-orang percaya," tuduh Xavi sambil memicingkan mata menatap gadis itu. Shakira menggelengkan kepala. Tidak membenarkan apa yang dituduhkan Xavi. Saat tangan Xavi ingin menyemtuh luka lebam itu, Shakira menghindar darinya. Namun bagaimanapun cara yang dilakukan, luka itu tetap saja masih bisa Xavi jangkau.
"Aduh, sakit!" ringis Shakira sambil menutupi bibirnya dengan tangan. "Kau pikir ini rekayasa, ha? Ini benar-benar sakit!" marah Shakira yang mencuri perhatian beberapa penegak hukum di sana.
Xavi agak tercengang, jika luka lebam di sudut bibir Shakira adalah benar dan bukan direkayasa oleh gadis itu sendiri. Lalu siapa orang yang telah melakukannya? Tentu bukan dia sebab setelah kejadian itu ia tak pernah bertemu kembali dengan Shakira.
"Siapa yang melakukannya?"
"A-apa? Tega sekali kau bertanya seperti itu, Xavi."
Ucapan yang terlontar dari mulut Shakira membuat Xavi menggeleng tak percaya. Gadis itu seolah mengatakannya dengan keras agar semua orang yang berada di dekat mereka mendengarnya. Secara otomatis, Xavi akan dicap sebagai pria kejam yang tidak mau mengakui perbuatannya. Sungguh licik.
"Kau telah memulainya. Maka, jangan pernah merasa takut atau mencoba kabur jika aku melakukan strategi counter attack untuk membalikkan keadaan. Dasar, perempuan licik!" tandas Xavi dengan tatapan penuh kebencian. Shakira hanya bergeming menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFSIDE [Full Time||End]✅
Novela Juvenil《Cerita ini lolos dalam kategori Editor Choice pada event menulis 40 hari bersama Rdiamond Publisher》 ⚠️CERITA LENGKAP! ⚽️🥇🏆🧤 Bagi Xavi Anggara, hidup bagaikan sebuah permainan sepak bola. Tidak asal menendang tanpa ada tujuan. Tidak mudah menggi...