.
.
.
.
Gelap mulai menyapa, pertanda malam telah tiba. Jalanan yang ramai mulai menyepi sedangkan pria dengan rambut hitam acakan itu duduk di bangku taman yang sepi. Pakaian nya yang urakan dengan rokok yang ia nikmati terus menerus. Asap rokok mengepul, pria itu tampak begitu menyedihkan.
"Huft, rasanya begitu hampa mungkin seperti ada yang hilang" pria itu lagi lagi mengembuskan nafasnya panjang, terkadang dunia begitu berat bagi orang seperti nya.
"Lama rasanya tidak bertemu dengan mu" tepukan di bahu menyadarkan pria itu dari lamunannya, ia berbalik melihat siapa yang menyentuh bahunya dari belakang.
Terkejut, ia berdiri lalu memeluk orang yang menyapanya. Sangat erat seperti sahabat lama, namun siapa sangka mereka pernah bertengkar hebat.
"Maaf" pria berbaju urakan itu memeluk teman lamanya, dia teman lamanya begitu lama hingga ia tidak ingat kenapa Pertemanan indahnya menjadi hancur, putus dan begitu asing.
"Hei aku sudah memaafkan mu bodoh, berhenti memeluk, aku merasa sesak nafas" yang di peluk sedikit memberontak, hei pelukannya menyesakkan asal kalian tau.
"Renggala, Kamu tidak pernah berubah" sekilas senyuman terpampang, rasanya kaku karna sudah terlalu lama tidak menyunggingkan senyum.
"Aku akan seperti ini selalu, monoton"
Pria bernama renggala itu memutar bola matanya malas. Kemudian menendang tulang kering pria yang ada di hadapannya."Bangsat, apa maksud mu berbuat hal yang tidak senoh noh" pria itu mengangkat tangan nya bersiap memberi bogem mentah kepada teman sialan nya, oh seperti nya mereka kembali berteman.
"Jangan memukul ku sialan, aku hanya ingin memberitahu mu bahwa aku tidak berubah tapi lebih baik dari padamu yang berubah layaknya gembel" renggala memunculkan seringainya kemudian tertawa renyah.
Pria tersebut memandang temannya kesal "hanya pakaian ku yang gembel, aslinya aku mapan dengan para wanita yang rela mengantri untuk mendapatkan ku" ucap pria itu sombong.
"Aku tidak bertanya, jadi aku tidak peduli" lagi lagi senyum miring itu muncul, sialan memang.
"Ya lebih baik kau pergi bangsat, muka mu terlalu kotor untuk aku lihat" pria itu menepuk pundak renggala kemudian berjalan pergi meninggalkan pria itu.
Derap langkah demi langkah hingga akhirnya yang di tinggal berteriak " WOY GENTA, AYO BERTEMU LAGI DI KAFE BIASA BESOK" langkah pria bernama Genta itu berhenti, menunduk sambil tersenyum kemudian balas berteriak.
"YA, JIKA AKU INGAT" pria itu melanjutkan langkahnya kali ini tidak dengan kesedihan, iya bersiul sambil sesekali merapikan rambutnya. Siapa yang menyangka bahwa aslinya dia adalah pelukis terkenal yang sukses? Penampilan nya benar benar seperti gembel.
Ia sampai di Depan rumahnya, menghela nafas berat berusaha menyiapkan diri untuk menerima tamparan.
Ia berjalan, membuka pintu besar yang ada di hadapannya. Masuk tanpa permisi dengan tamparan keras di pipinya. Untuk kesekian kalinya bibirnya berdarah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Teacher
RomanceTidak ada yang bisa menebak takdir, Berawal dari misi seorang seniman yang harus menjalani kehidupan seorang guru membuatnya menemukan hal-hal baru, termasuk cintanya. Namun apakah dia benar-benar bisa mendapatkan cintanya? Penasaran kelanjutan nya...