5

2 1 0
                                    

.

.

.

Happy reading

Puluhan bunga anyelir berserakan di sana, seolah sebagai penghias kamar. Ada beberapa lampu obor yang tidak menyala dan bercak merah di dinding bewarna putih.

" Kata Genta sembilan itu melambangkan kekuasaan yang tinggi dan juga misteri"

"PEMBUNUH!!"

.

.

.

Stella menyembunyikan dirinya di gang kecil, sesak memang tapi tidak ada pilihan lain. Gang gelap yang tadi ia lewati sedikit menguntungkan nya.

Kepalanya ia senderkan, keringat mengucur deras di pelipisnya. Darah merembes dari tangan kanannya. Dengan cekatan Stella merobek ujung bajunya kemudian menutup tangan kanannya.

"Stella!"

Stella menegang sembari menutup matanya, mulutnya tak henti hentinya mengucapkan sumpah serapah.

"Ini aku, celsy" Stella membuka matanya, memeluk erat orang yang berada di hadapannya.

"Sudah ku bilang berhenti jadi gadis lemah, kau ini tidak pernah bisa di beri tahu" celsy berucap pelan, perlahan tangannya ia angkat untuk mengelus pucuk kepala Stella. Stella masih saja mendekap, kini dia hanya bisa menangis sejadi jadinya. Bukan karna kesialannya lebih tepatnya ia menangis karna kebodohannya.

"Aku tidak mau seperti mereka" Stella berucap tergugu namun jelas terdengar. Celsy dengan cepat menangkup wajah Stella dengan tangan kanannya, mendekat kemudian tangan kirinya menampar wajah gadis di hadapannya.

"Sudah berapa kali aku bilang bunuh saja orang yang mengganggu" celsy menaikkan nadanya, setengah berteriak tepat di telinga Stella.

"Mereka datang" dengan panik Stella kembali meringkuk seolah dengan begitu ia akan lebih aman. Celsy dengan cekatan mengambil besi yang berada di dekatnya, memegangnya erat-erat takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Celsy berjongkok berusaha menutupi Stella yang benar-benar ketakutan. Ia menggeram kesal, sepatu putihnya ia dekatkan ke kubangan lumpur yang berada di pojok dekat dinding, permukaan yang rusak membuat hujan mampu mengenai tanah.

Stella melihat apa yang celsy lakukan perlahan ia mendekati kubangan lumpur tersebut, hujan kadang sedikit menguntungkan.

Celsy berdiri dengan tegak sekarang, besinya ia geret mendekati segerombolan wanita yang ada di depannya. Tiga di antara para gadis itu membawa senjata tajam. Rambut mereka semua terikat dengan lambang ular di lehernya.

"let's begin"

Siapa bilang pertempuran seperti ini hanya bisa di lakukan para pria? Dengan kobaran penuh amarah mereka saling beradu kebolehan dalam pertarungan. Kesetaraan gender yang sebenarnya kini mereka tunjukkan.

Celsy menekuk tangan gadis yang di ketahui sebagai pemimpin nya, gadis berambut pirang itu ia benturkan Kedinding, beberapa temannya berusaha menarik celsy. Dengan sigap celsy mengambil pisau lipat yang berada pada ketua mereka. Menggores perlahan tangan mereka dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya berusaha mencekal yang seolah berkuasa.

Dua orang lagi mulai menyadari adanya Stella dengan cepat mereka tarik gadis cantik tersebut kasar, mulutnya di bekap paksa sementara kepalanya di sodorkan senjata api . Tapi lumpur tadi membantu, ia sempat menyelupkan tangannya di sana.

Fake TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang