Hari-hari berikutnya penghuni kos tetap melakukan kegiatan seperti biasa.
Tentu saja dengan suasana yang berbeda setelah mereka kehilangan dua orang kawan.
Tambah lagi, Junghwan belum juga kembali hingga saat ini.
Jihoon dengan outfit tidurnya—boxer dan kaos oblong—berdiri di halaman depan kos sambil mengembuskan asap dari mulutnya, menikmati tenangnya pagi hari.
"Eh, Bang Ji?" sapa seseorang dari belakang.
Jihoon menoleh dan mendapati sosok yang sudah rapi mengenakan track suit dan earphone terpasang di telinga kirinya tengah berjalan ke arahnya.
"Oit," balasnya seadanya.
"Gue kira lo udah berhenti ngerokok, Bang?"
Jihoon mengembuskan asap dari hidungnya sekali, "Lagi sumpek aja."
Yoshi manggut-manggut.
"Rajin amat pagi-pagi mau lari," celetuk Jihoon.
"Hehe iya, Bang. Lama juga nggak lari. Lumayan stress reliever," balas Yoshi. "Ya udah gue cabut dulu ya, Bang."
Belum sempat Jihoon membalas ucapan Yoshi, seseorang dengan kaos hitam dan celana training kuning membuka pagar.
Yoshi yang baru saja melangkahkan kaki untuk mulai berlari dan Jihoon yang sedang mengisap gulungan di sela-sela jarinya sontak membatu.
"JUNGHWAN!?"
•
"KE MANA AJA LO!?" teriak Jeongwoo yang sudah rapi dengan seragam sekolah.
Junghwan juga masih tampak linglung.
Lupakan rencana lari paginya. Yoshi masih terlalu tercengang saat ini.
"Kalem, bro," ujar Hyunsuk sambil menepuk bahu Jeongwoo. "Ke mana aja, Junghwan? Tau nggak kita semua khawatir gara-gara lo nggak pulang seminggu?"
Sosok yang paling muda itu menundukkan kepalanya.
Jihoon menghela napas.
"Ya udah yang penting sekarang udah balik. Lain kali jangan diem-diem aja. Paling nggak kabarin kalo lo tidur di luar," Jihoon menengahi. "Bubar bubar kuliah sekolah lo semua!"
Yoshi menemani Junghwan kembali ke kamarnya.
Sepanjang jalan menuju kamar, Junghwan terus menatap kosong ke lantai di depannya.
Yoshi yang berjalan beberapa langkah di belakang Junghwan terus menatap yang lebih muda dengan penuh simpati.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Junghwan seminggu belakangan ini?
Yoshi masih ikut larut dalam keheningan dan berpikir.
"Junghwan ... kamu ... ada slek sama anak kos ...?" akhirnya ragu-ragu Yoshi bertanya.
Mendengar pertanyaan Yoshi, Junghwan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Percaya sama Junghwan, Bang, aku juga nggak inget gimana tiba-tiba bisa ada di sana ...."
Yoshi mengerutkan kening.
Di sana ...?
•
"Jeongwoo," panggil Haruto.
"Ha?" Jeongwoo yang berjalan mendahuluinya menengokkan kepala ke belakang.
"Yang kata lo kasus di kosan yang ada yang meninggal dulu itu ... kaya gini juga?" tanya Haruto.
Jeongwoo tampak berpikir.
"Nggak sih. Dulu nggak seheboh ini. Tapi asal lo tau aja, pemilik kamar itu meninggalnya posisinya digantung," jawab Jeongwoo. "Eh, duduk sini aja."
Kedua pemuda itu meletakkan mangkok mereka di meja paling pojok kantin.
Haruto mengerutkan kening.
"Bisa jadi dia bunuh diri ...?" tanyanya ragu-ragu, merasa tidak pantas membicarakan orang yang sudah meninggal seperti itu.
"Iya. Tapi di lehernya ada luka. Lukanya gara-gara benda tajam," jawab Jeongwoo. "Tapi karena nggak ada bukti dan saksi, jadi kasusnya ditutup dan almarhum dianggap bunuh diri."
Haruto termenung.
Ia berpikir, seharusnya polisi menangani kasus itu sampai tuntas karena baik korban maupun keluarganya pasti mengharapkan keadilan.
"Tapi sejauh yang kita tau dia tuh nggak punya keluarga juga," ucap Jeongwoo tiba-tiba, seakan membaca pikiran Haruto. "Pas dia dimakamin juga gaada kerabat yang dateng. Kayanya dia bener-bener sendirian."
Damn.
Haruto semakin sedih mendengarnya.
Ada banyak hal yang berkecamuk di kepala Haruto—tentang kejadian yang menimpanya dan penghuni kos beberapa hari ini.
Too many things have happened. Ia melamun sambil bertopang dagu, membiarkan uap dari kuah bakso di depannya mengenai mukanya.
"Lo kalo gamau baksonya buat gue aja."/
HALO LAGI SEMUA MAAF LAMA BGT UPDATENYA lagi chaos sama kuliah 😓 makasih banyak buat yang udah baca meskipun update nya lama ((bgt)) and leave trace it really means a lot to me!! <3
anw stream jikjin!!!!