02

462 76 2
                                    

Jujur saja, perkataan Ibu Kim siang tadi berhasil membuat Haruto merinding.

Sekarang dia mulai mikir.

apa jangan-jangan di sini ada setan, ya?

Haruto baru saja selesai mandi. Ini sudah hampir jam sembilan malam, tetapi pemuda itu benar-benar merasa gerah.

Akhirnya ya bodo amat lah. Mandi aja.

Ternyata beres-beres barang sendiri capek juga. Pantas saja ibunya sering mengomel karena dia yang nggak pernah bersih-bersih. Bikin kotor yang ada.

Ia membuka ponselnya untuk pertama kali setelah rencananya menelpon ibu kos yang ia batalkan tadi.

Ternyata ada beberapa notifikasi.

Ralat. Cuma dua.

Dari ayah dan ibu.

Ya, di sekolah lamanya Haruto memang tidak punya begitu banyak teman. Sebenarnya banyak anak yang mengenalnya, tetapi Haruto tidak bisa dekat dengan orang-orang itu.

Ia hanya merasa tidak cocok dengan mereka.

Menurutnya, punya banyak teman berarti harus sering ikut nongkrong, traktir ini itu, dan membayari mereka makan di hari ulang tahun.

Itu artinya pengeluarannya jadi lebih banyak, alias buang-buang uang.

Setidaknya itu yang ia pahami dari sistem pertemanan di sekitarnya selama ini.

ayah
haruto
sudah sampai apa belum?

Haruto mengetikkan balasan untuk ayahnya.

haruto
sudah yah dari tadi siang
maaf baru sempat kasih kabar
tadi masih beres-beres

Lalu ia beralih pada pesan dari ibunya.

ibu
nak, sudah sampai??
gimana?
aman kan?
ibu
nak, kok ditelepon ayah nggak diangkat?

Haruto tersenyum.

Belum apa-apa ia sudah merindukan ibunya.

Padahal kalau di rumah bawaannya Haruto pengen marah mulu soalnya yang namanya Ibu Haruto itu bawel setengah mampus.

haruto
aman buk hehe
maaf blm sempat kasih kabar
maaf ya buk, kalo di rumah gak pernah bantu beres-beres
beres" ternyata emang secapek itu :(

Tiba-tiba saja ada panggilan video yang masuk.

Haruto langsung tersenyum lebar.

Ia buru-buru mengangkat panggilan tersebut.

Tanpa perlu menunggu, suara heboh langsung terdengar dari seberang sana.

"Halooo Harutooo!!"

Haruto tersenyum sumringah.

"Halooo!"

Ia menggantung handuknya terlebih dahulu, baru kemudian mengambil posisi berbaring di kasur.

Ayah Haruto memulai perbincangan.

Namun ibunya justru diam saja, dengan mata yang menatap berkeliling di seluruh space yang tersisa di belakang Haruto yang terlihat dari layar.

Tampak seperti sedang menelaah sesuatu.

Setelah ada jeda diam beberapa saat, berulah Ibu Haruto buka suara.

"Nak, di kamarmu ada siapa aja?"



























The NeighbourhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang