WARNING
Bahasa suka suka
Banyak typo
Happy Reading
play music diatas yah :)
.
.
."Bagaimana jika aku seseorang yang tidak ingin kamu bicarakan?
Dan aku merasa bahwa kamu tidak akan pernah membutuhkan ku lagi."○●○●○
Jihan duduk melamun menunggu bus yang akan mengantarnya pulang, ia kembali teringat kejadian tadi siang di sekolah.
Flasback on
"Ji, sejak kapan?""Maaf."
"Itu gak ngejawab apapun, Jihan."
Jihan menunduk melihat tangannya gemetar, Jihan takut bahkan untuk mengusap air matanya saja ia tidak memiliki keberanian.
"Hiks Dewa maaf."
Dewa menghela nafas, ia menghampiri Jihan dan memeluknya.
Sejujurnya Dewa tidak tega melihat Jihan menangis, bagaimanapun Jihan tetap sahabatnya.
Sahabat yang selalu bersamanya sejak kecil."Jangan nangis."
"Jujur gua bingung harus gimana Ji, lu tau gua sayang banget sama lu kan, tapi lu juga harus tau rasa sayang gua gak lebih dari seorang sahabat."
"Maaf ji."
Sakit.
Itu yang Jihan rasakan meskipun ia sudah tahu akan seperti ini akhirnya.Semakin erat pelukan Jihan pada Dewa, bahkan jika boleh egois Jihan tidak ingin melepaskannya karena ia yakin ini akan menjadi pelukan terakhir mereka.
Flasback offEntah sudah berapa kali Jihan menghela napas, ia sangat lelah setelah menangis dan hanya ingin segera pulang mengubur diri dalam selimut melupakan apa yang terjadi hari ini.
Jalanan malam hari sangat ramai tetapi tidak bagi Jihan, ia merasa sepi setalah kehilangan orang yang di sukai sekaligus sahabat terbaiknya.
"Aaarrgghhh" teriakan Jihan membuat beberapa orang menatapnya.
Jihan yang menyadari sudah membuat keributan pun hanya menunduk.
Pikirannya sedang kacau.
'Seandainya' hanya kata itu yang terus berputar dikepalanya.Seandainya ia tidak meminta Dewa untuk menemuinya...
Seandainya ia tidak mengungkapkannya...
Seandainya ia bisa menahan perasaannya seperti biasa, mungkin saat ini Dewa masih bersamanya.
Isak tangis terdengar, beberapa orang menatap Jihan iba, tetapi tidak ada yang mendekat dan berusaha untuk menenangkannya.
.
.
.
Sudah seminggu sejak kejadian itu dan semuanya berubah seperti yang Jihan pikirkan.Dewa mulai menjauhinya, perlahan mereka menjadi asing satu sama lain.
Kebersamaan mereka selama ini seolah tidak berarti apa-apa.Jihan tidak menyalahkan Dewa yang menjauhinya atau menyalahkan perasaannya yang menyebabkan semua ini terjadi, Jihan hanya merasa belum terbiasa tanpa kehadiran Dewa di sisinya.
Diperjalanan pulang Jihan melihat anak-anak sedang bermain petak umpet di taman dan itu mengingatkannya pada Dewa.
Flasback on
"1, 2, 3, udah belum? Dewa udah belum?"Tidak ada sahutan dari Dewa maka Jihan mulai mencarinya, karena tidak berhati-hati akhirnya Jihan terjatuh.
"Hiks Dewa."
"Dewa, sakit hiks kaki Jihan berdarah hiks."
Mendengar tangisan Jihan akhirnya Dewa keluar dari tempat persembunyian dan melihat Jihan sudah terjatuh memegangi kakinya.
Dewa melihat kaki Jihan hanya tergores sedikit."Jangan nangis ini gak apa-apa kok, hu~ hu~ hu~ udah aku tiup biar sakitnya pergi."
"Udah gak sakit lagikan, Ji?"
Jihan mengangguk dan menghapus sisa air mata dengan tangan mungilnya.
Flasback offJihan tersadar dari lamunannya lalu ia bergegas pergi, berlama-lama disana hanya akan mengingatkannya pada masa lalu.
Masa lalu di saat mereka berdua masih baik-baik saja.Baru beberapa langkah Jihan pergi, hujan pun turun, mungkin keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya karena Jihan lupa untuk membawa payung hari ini.
Jihan berlari mencari tempat berteduh, seragamnya basah, hawa dingin mulai menyelimutinya.
Disaat seperti ini biasanya Jihan akan meminta Dewa untuk menjemputnya.Flasback on
Dewaa!
"Dewa Dewa."
(20.34)"kenapa?"
(20.39)"Dewa disini hujan."
(20.40)"Terus?"
(20.42)"Hehehehe"
(20.43)"Gak usah ketawa, makanya kalau di suruh bawa payung itu ya di bawa, batu sih lu."
(20.44)"Ish iya maaf, terus ini gimana dong gua pulangnya?"
(20.45)"Ck, tunggu di sana."
(20.46)"Aww sayang Dewa deh, aku tunggu yah, hati-hati di jalan."
(20.47)"Hm."
(20.48)Flasback off
Jihan menghela napas, kenangannya bersama Dewa terus saja bermunculan.Jihan menyadari kalau selama ini ia terlalu bergantung pada Dewa dan saat Dewa sudah tidak ada di sisinya Jihan merasa sangat kehilangan.
Terkadang Jihan berpikir bagaimana keadaan Dewa tanpa dirinya.
Apa Dewa juga merasakan hal sama seperti yang Jihan rasakan?
Apa Dewa juga merasa kehilangan?
Entahlah, Jihan sendiri pun tidak tahu.
Untuk saat ini yang Jihan tahu hanya berusaha membiasakan diri tanpa kehadiran Dewa.Mungkin dengan Dewa yang menjauhi Jihan itu adalah keputusan yang terbaik untuk mereka berdua.
Karena jika mereka berdua tetap bersama, Jihan akan terus merasa sakit karena perasaan yang ia miliki untuk Dewa.
Dan Dewa akan selalu merasa bersalah karena tidak bisa membalas perasaan sahabatnya.
Maka dari itu pergi dan menjauh adalah yang terbaik untuk mereka.
.
.
.
.
.
ENDDengan mereka yang selalu bersama, perhatian kecil yang selalu diberikan satu sama lain dan perasaan saling mengenal lebih dalam, Bisakah laki-laki dan perempuan bersahabat tanpa melibatkan perasaan?
Menurutku sih sulit.
Jika bukan kamu yang terjatuh, mungkin saja dia yang jatuh lebih dulu tanpa kamu sadari.
Falling end
Terimakasih ya yang sudah baca:)
Sunniee💥
(25.02.22)
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RandomHanya kumpulan Oneshot sebagai selingan cerita yang lain :) Sunniee💥