We read books at a library in the forest.
Unable to concentrate, we are quick to joke around.
I love you! <3 <3!
***
Ada satu hal lagi yang paling Mark sukai di dunia ini selain Echa dan semangka.
Iya, belajar.
Manusia mageran kayak Echa cant relate, tapi ajakan Mark semalam buat nemanin dia ke perpustakaan ngebuat wanita itu ngangguk, lumayan buat isi otaknya yang udah lama nggak berfungsi.
"Dimana sih tempatnya?"
"Ikut aja sih ay."
Echa merengut tak suka, ujung jaket Mark ditarik dari belakang, "Tungguin, by."
"Iya ay, iya, jangan lelet dong, nanti ketinggalan bus."
Echa nurut, langkah kakinya semakin cepat saat bus yang akan mereka tumpangi udah keliatan, Mark yang lebih dulu melompat ke atas, disusul dia.
"Duduk, ay."
"Nggak usah ah, itu aja tuh nenek-nenek kasian kalo berdiri."
Mark tersenyum kecil, tangannya terulur, ngeberesin poni Echa yang berantakan. "Sayang banget aku tuh sama kamu."
"Iya, makasih."
Tawa Mark kedengeran renyah, Echa yang udah males ladenin suaminya cuma naro kepalanya di bahu lelaki itu, ngebiarin Mark meluk pinggangnya biar nggak jatuh.
"Kalo udah sampai, bangunin ya?"
"Iya, sayang."
***
Perpustakaan yang Mark maksud terletak agak di ujung kota, di tengah-tengah rindangnya pepohonan yang menjulang tinggi, ada satu bangunan yang terbuat dari kayu berlantai tiga. Nggak banyak orang di sana, Mark ngegandeng tangan istrinya yang udah sibuk liatin bebungaan di depan perpus.
"Yo Mark, whats up bro!"
"Kevin!"
Echa ngikutin langkah Mark dari belakang, masih merhatiin kuncup matahari yang mekar sempurna, jadi pengen punya satu di rumah, kayaknya bakal cantik banget deh.
"She's my wife. Ay, ini temen aku, namanya Kevin."
"Hah?"
"Astaga, kamu ngapain sih?"
"Liatin bunga matahari."
Mark pengen marah, tapi ngeliat binar di mata Echa, bikin amarah itu lenyap.
"Kenalan dulu ay sama temenku."
"Oh ... hi, my name is Echa, Mark wife."
"Yeah I know. Nice to meet you, Echa."
"Yes ...?"
Rasanya Mark pengen ngebekep istrinya di kamar, muka bingungnya tuh lucu banget soalnya, nggak pengen Mark kasih liat ke orang lain.
"Yuk masuk."
"Loh ... Mas Kevin?"
"Udah mau balik, sayang."
"Ohhh oke!"
Langkah mereka terhenti di rak buku setinggi bahu Mark, Echa yang sejujurnya nggak tau mau baca apa asal narik aja. Mark nunjukin satu tempat di dekat jendela yang berhadapan langsung dengan halaman depan.
"Tungguin aku di situ aja ay."
"Okaay!"
Mark ngelanjutin nyari bukunya sementara Echa duduk di sofa yang nyaman banget, rasanya pengen rebahan aja deh.
Matanya teralih pada rumpun daisy yang juga mulai mekar, beberapa kuntumnya jatuh ke tanah, di sisi lain ada tanaman kaktus dalam pot, juga ada taman tulip kecil. Tempat ini asik banget buat belajar dan foto-foto, sayangnya Echa nggak bawa kamera, sementara ponselnya masih yang jadul banget, kameranya belum di upgrade.
"Ay,"
"Yes?"
Echa tau kok, tau banget kalo suaminya demen belajar tapi ngeliat Mark dengan tujuh tumpuk buku tak ayal ngebuat matanya membulat kaget.
"Itu mau kamu baca semua?"
"Iya, kalo nggak habis aku bawa pulang."
Lelaki itu udah nenggelemin diri dalam lautan huruf, ninggalin Echa yang mati kebosanan karena semua bukunya tuh pake bahasa inggris, sementara dia nggak bisa bahasa inggris tingkat lanjut, salahnya sendiri yang males belajar.
"Ayang..."
"Hm..."
"Ayyyyyy!"
"Hmmm?"
"Bosen!"
"Hm?"
"Markie."
"Apa, baby?"
"Satu tambah satu berapa?"
"Dua."
"Tiga tambah tiga?"
"Enam."
"Aku tambah kamu?"
"Jadi baby."
"HAHAHAHA."
"Ssssst."
Echa nggak ekspektasi jawaban itu bakal keluar.
"Pengen punya baby nggak?"
"Pengen tapi nanti."
"Kapan?"
"Ya nanti."
"Ya kapan?"
"Kalo udah tiba waktunya, ay. Kamu sabar aja, cinta kita nggak terhingga kok, siap-siap aja, aku pengen punya lima."
Kali ini Echa yang bungkam.
Mark diam-diam senyum, lalu ngelanjutin bacaannya pas liat istrinya kicep.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
love is
Fanfictioncinta itu ... sederhana. [GS] [MARKHYUCK] terinspirasi dari ilustrasi karya mbak Puuung.