"What kind of music do you like?"
***
Hari ini Mark libur, beneran libur tanpa kerjaan tanpa tugas kampus, makanya Echa dari tadi pagi udah bangun, beresin apartemen mereka, masak, nyuci baju, pokoknya semua urusan rumah udah beres sebelum Mark bangun.
"Masak apa ay?"
Pelukan di perutnya ditambah satu kepala di bahu ngebuat Echa cukup tau kalo suami gantengnya udah bangun.
"Aku lagi bikin carbonara. Mandi dulu gih."
Mark nggak nurut, pria itu justru narik kursi makan di ngebuka tudung saji.
"Wih ada tempe."
"Iya! Kemarin aku beli, mahal sih tapi yaudahlah nggak apa-apa."
"Mandi dulu, Mark! Jorok ih."
Namun, patuh dan Mark itu nggak bisa disandingka, bukannya nurut, dia malah asyik nyemilin tempe yang digoreng sama istrinya.
"Kita mau kemana hari ini?"
"Toko musik kan? Katanya kamu mau beli gitar."
Ah dia baru sadar kalo semalem dia ngejanjiin ke Echa buat jalan-jalan sebagai hadiah karena dia diizinin beli gitar.
"Kamunya nggak pengen kemana gitu?"
"Aku pengen jajan aja sih."
Echa yang udah capek ngasih tau Mark buat mandi akhirnya ikut duduk di satu kursi yang tersisa.
"Kamu udah mandi?"
"Udahlah! Emang kamu!"
Tangannya terulur, nyentil hidung bangir istrinya, "Aduh rajinnya istriku."
"Iya dong, soalnya suami aku pemales."
"HADEH!"
***
Mereka akhirnya keluar dari apartemen saat matahari tepat di tengah kepala, Mark nggak ngelepasin genggaman tangannya dari Echa, takut istri cantiknya ilang di tengah kerumunan soalnya Echa kan nggak bisa bahasa inggris, ntar susah nyarinya.
"Tokonya di mana sih ay?"
"Di deket perpus yang pernah kita datengin itu."
"Oh," bibirnya membulat, semakin ngedeket ke Mark pas di halte selanjutnya beberapa orang naik dan nambah sesak.
Tangan Mark melingkar di pinggang Echa, narik perempuannya untuk nyender ke bahu, dia tau kalo Echa nggak tahan berdiri gini kalo naik bus.
"Nggak mual kan?" bisiknya lirih.
"Enggak kok."
"Syukurlah."
Bus berhenti di halte tujuan, Mark lebih dulu turun dan nungguin sampe Echa akhirnya melompat kecil, keduanya menyusuri trotoar yang bersih, melewati beberapa gedung pertokoan yang rame oleh turis lokal maupun mancanegara, sampe kaki Mark berhenti di salah satu toko yang terletak agak belakang.
Echa milih buat ngeliat-liat vinyl, sementara Mark berbicara dengan pemilik toko.
"Itu vinyl Michael Jackson kan?"
"Hemm, aku udah punya di Indo."
"Masih aja naksir beliau."
"Siapa sih yang nggak suka Michael Jackson. Lah kamu juga, masih aja suka Arctic Monkeys."
"Kamunya aja nggak nolak pas aku tembak pake lagu do I wanna know."
"Itu mah akunya aja yang emang udah naksir kamu."
Mark ngalah, ngebiarin istrinya ngeliat-liat vinyl itu lagi daripada berdebat di sini, soalnya walaupun Mark bener, kalo udah adu argumentasi sama Echa, semua pendapatnya bakal dipatahin dengan gampang.
"Aku bayar dulu ya."
"Iyaaa."
Keduanya keluar dari toko dengan tas gitar dicangklong ke bahu Mark dan Echa yang jalan di sampingnya.
"Mau kemana lagi ini?"
"Makanlah."
Echa jalan lebih dulu, ngebiarin Mark ngejar langkahnya yang dipercepat, mereka emang biasa kayak gini soalnya selera musik mereka tuh beda banget, walaupun emang ada kesamaan di beberapa genre, tapi tetap aja Echa masih suka gondok.
"Nanti pas sampai di apart, aku bantuin kamu cover lagu Korea deh, tapi jangan manyun dong."
"Bener yaa?"
"Iya, janji."
Echa terkikik senang, di otaknya udah tersusun banyak lagu yang pengen banget dia cover.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
love is
Fanfictioncinta itu ... sederhana. [GS] [MARKHYUCK] terinspirasi dari ilustrasi karya mbak Puuung.