Zelia berjalan santai menyusuri koridor. Pagi ini ia sengaja berangkat lebih awal dari biasanya untuk menghindari Karin.
"Pagi, cowok kaku!" Sapa Zelia pada seorang laki-laki yang tengah fokus meneliti mading.
Sadar tak ada respon dari sang empu, Zelia pun mengikuti arah pandang lelaki itu.
"Kak Deva baca apaan si? Serius amat."
Deva melirik sejenak. "Yang lo liat."
"Aneh."
Tak lama dari itu, mata Zelia berhasil menangkap kertas menarik yang tertempel diujung mading. Sudah berganti warna.
Ia langsung mengambil kertas pesawat itu dengan cepat, membuat Deva agak mundur sedikit untuk memberi ruang.
Zelia menatap Deva yang kini sudah duduk di bangku koridor, entah dari kapan, Zelia tidak tahu.
"Siapa yang nulis ini?,"
Deva mengedikkan bahunya. "Gak tau."
"Ck! Serius, kak." Rengeknya, lalu duduk disamping Deva dengan jarak satu kursi.
"Gue pengen tanya sama dia, kenapa tiba-tiba si Virgo setuju sama kemauan Libra? Padahal kan awalnya dia yang paling nolak." Lanjut Zelia.
"Lo ngomong apa si?,"
Zelia memutar bola matanya malas. "Gak usah dibahas."
Keadaan mendadak hening, hanya terdengar langkah kaki siswa lain dan beberapa obrolan mereka.
"Eh, gimana soal Kak Rachel? Udah sampe tahap apa?," tanya Zelia membuka topik lagi.
Deva merogoh sakunya dan memberikan ponselnya pada Zelia. "Gue belom baca balesannya lagi."
"Dasar kaku!" Zelia mengambil ponsel Deva kasar.
Entah kenapa ia semakin kesal dengan sikap Deva yang monoton. Zelia pun membuka ponsel Deva dengan mudah, tanpa harus memikirkan sandinya. Ia menyentuh icon whatsapp--mencari roomchat Rachel.
Rachel
Deva anak basket?
Anda
Iya
Zelia menyodorkan ponsel tersebut pada pemiliknya. "Nih, udah gue bales. Lain kali kal--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas [ON GOING]
Teen FictionTentang kamu yang selalu bercerita kisah virgo dengan libra. Menarik, meski semua itu semu.