Hari ini Fano nikah.
Di ujung ruangan, aku berulang kali menepuk pipi untuk membuatku tetap sadar dan menghalau pikiran untuk menumpahkan prasmanan lalu pura-pura kesurupan.
Rasa sesak dan sakit terus memenuhi dada sampai aku kesulitan bernafas sejak semalam.
Coba aja aku ga pernah suka sama Fano atau coba aku sekalian aja ga pernah kenal sama Fano, mungkin ga kayak gini nasibku sekarang.
Aku jalan ke arah temen-temen yang lagi makan.
“Yok, kapan nyusul?”
“Iya nih, masa kalah sama Fano. Padahal yang pacaran duluan kan si Iyok.”
“Jangan lama-lama sendirian, ntar keburu kering tuh.”
Suara Wayan, Faros, dan Alvin bikin sakit kepala.
“Iya, hehehe. By the way, kuburan kalian mau aku taburin bawang goreng atau seledri nih?”
Mereka bergidik ngeri, tapi belum sempat menjawab, Fano mengajak kami berfoto bersama.
Aroma Fano masih sama, menthol segar.
“Fano, selamat berbahagia, ya. Yang terbaik doaku buat kamu dan istri,” kataku dan Fano memeluk ku erat sambil berbisik, “Aku juga berdoa yang terbaik buat kamu, apapun itu. Yok, terima kasih sudah hadir dan penuhi hari-hariku dengan bahagia. Mungkin kalau kamu perempuan, kamu yang bakal aku nikahin.”
Dan pelukan itu terlepas.
Sebentar,
Bentar,
M-maksud Fano itu..
END
📝06 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Iyok's Diary Imagine, pov | FaYok vers ✔
Fanfiction2022 Tulisan Iyok buat Fano, sahabatnya