Hingga aku tiba di hotel tempat keluarga besarnya Kevin menginap, aku masih belum tahu apa maksud Kevin siang tadi.
Aku sudah pulang ke rumah untuk bertemu keluargaku. Aku mengobrol dengan banyak orang, termasuk dengan Niza, kebanyakan dia ingin memastikan bahwa Kevin betulan datang ke Bandung dan tidak kabur tiba-tiba. Aku tak bisa menceritakan bahwa Kevin menciumku semalam, jadi sebisa mungkin aku mencari alasan agar tidak ngobrol lama-lama dengan Niza.
Aku tiba di hotel itu pukul sepuluh malam. Sengaja menunggu aba-aba dari Kevin.
"Semua keluargaku udah masuk kamar masing-masing, sebab besok pada makeup-an jam tiga pagi. Come here."
Begitu tulis Kevin di Whatsapp-nya.
Aku bersyukur, ketika aku tiba di hotel, aku tak perlu berbasa-basi dengan keluarganya Kevin. Lift hotel tidak membutuhkan kunci untuk mengakses setiap lantai, sehingga aku langsung naik ke kamar tempat Kevin menginap.
Setelah aku memencet bel kamar Kevin, pintunya terbuka. Kevin berdiri dengan sangat ganteng. Menjulang dan segar, hanya dililit handuk putih saja di tubuhnya. Sisanya telanjang.
"Seriusan?" tanyaku dengan mata menyipit. "Kamu mau godain aku, hm?"
"Aku baru beres mandi."
"Kenapa enggak pake baju dulu?"
"Karena kamu udah keburu datang sebelum aku pake baju. Masuk."
Aku masuk ke kamar Kevin yang tampak berantakan oleh koper dan setelan-setelan untuk besok. Kusingkirkan pakaian adat khas Sunda yang dihamparkan di atas tempat tidur, kugantung ke lemari. Kukira Kevin akan mengenakan pakaian apa gitu hingga aku duduk dengan nyaman di atas tempat tidurnya. Ternyata dia masih hanya membalut handuk saja di area perutnya. Duduk dengan santai di atas sofa. Ketiaknya tampak bersih, bebas dari rambut.
Dan kelihatannya aneh. Sebab aku terbiasa melihat ketiak itu berambut lebat.
"Sekarang apa?" tanyaku.
"Gapapa. Stay here aja. Kamu ada acara?"
"Kenapa aku harus stay here?"
"Kan, aku butuh kamu, Zo."
"Iya, butuh apa? Mau dipijat? Mau dibeliin makan? Atau kamu ada makanan yang bisa kuhabiskan? Atau ngetikin berita acara buat salah satu case kamu, karena kamu mau push rank dulu? Atau apa?"
"Aku cuma butuh kamu di sini." Kevin tersenyum. Dia menyilangkan satu kakinya ke atas paha kaki yang lain, sehingga aku deg-degan karena nyaris bisa melihat apa pun di balik lilitan handuk itu. "Duduk sini." Kevin menepuk area kosong sofa di sebelahnya, kemudian menyandarkan tangannya ke sandaran sofa.
Aku pindah ke sana. Secara teknis terpaksa duduk sambil menyandarkan kepalaku ke otot lengan Kevin. Tubuhnya terasa hangat dan segar secara bersamaan. Aroma sabun masih menguar kuat dari permukaan kulitnya. Bahkan kulihat, titik-titik air yang terlewat diusap oleh Kevin masih menempel di betisnya.
Kami terdiam beberapa saat. Lalu aku menoleh ke sebelah. Kebetulan wajahku langsung dihadapkan ke ketiak Kevin yang bersih.
"Oh, ya ampun," seruku, menyadari sesuatu. "Ada yang missed enggak kecabut."
Aku mendekat dan melihat beberapa helai rambut halus masih tertancap di ketiak Kevin. Hidungku dekat banget ke ketiak itu, yang beraroma enak sekarang. Namun Kevin langsung mengangkat lengannya agar dia sendiri bisa melihatnya.
"Alah, gapapa. Enggak akan ada yang notice."
Dan setelahnya, tiba-tiba ketiak itu mendarat di pipiku, lalu lengannya menarik kepalaku, dan dengan terpaksa ... wajahku jadi ada di bahunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/302769967-288-k691592.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(2) Malam Terakhir
RomantizmGay theme. Explicit. Dalam dua hari ke depan, orang yang kucintai selama lima tahun terakhir akan menikah. Namun, bukan menikah denganku. Dia akan menikahi kakak kandungku, pindah ke Surabaya, dan kami hanya akan bertemu setiap lebaran. Itu pun kal...