AUTHOR POV
Syra berjalan memasuki kantornya dengan langkah gontai. Badannya terasa pegal-pegal akibat lembur semalam. Sambil menenteng tas coklat miliknya, Syra memasuki lift yang sudah berisi empat orang. Tiga diantaranya adalah karyawan bagian marketing dan satu orang lainnya adalah OB di kantornya.
"Pagi, Mbak Syra,"sapa Doni, si Office Boy.
Syra hanya membalas dengan senyuman. Bukannya sok cuek, tapi untuk bicara saja ia merasa lelah. " Mbak Syra sakit?"tanya Doni. Syra menggeleng "Cuma capek don. Maklum, kemaren kerjaanku banyak, jadi aku bawa pulang terus lembur di rumah," jawab Syra sambil memijat pundaknya. Satu persatu orang yang ada di lift keluar saat berhenti di lantai masing-masing. Terakhir Doni yang berhenti di lantai 17. Kini tinggal Syra seorang.
Ting!
Akhirnya Syra sampai dilantai 20, lantai paling atas di gedung kantornya. Di lantai 20 ini hanya ada satu ruangan, yaitu ruang CEO. Syra segera berjalan menuju mejanya yang ada di dekat pintu masuk ruangan CEO. Setelah berbenah, Syra langsung duduk di kursinya yang empuk sambil bersandar dan memejamkan matanya. Ia tidak habis pikir, bekerja sebagai sekretaris ternyata berat juga, terlebih ini Sekretaris CEO. Syra harus berhati-hati dan selalu siap. Untunglah bossnya ini adalah sahabat dekatnya sewaktu SMA dan Kuliah.
"Syra! Syra!"
Mendengar namanya dipanggil, Syra langsung membuka matanya dan berdiri. Ternyata yang memanggilnya adalah seorang pria tampan dengan setelan jas mahal, dan dia adalah Rey, sahabat sekaligus bossnya. Di sebelah Rey, ada seorang pria tampan (tidak setampan Rey) dengan pakaian serba hitam ala bodyguard. Dia adalah Jack, asisten pribadi yang merangkap menjadi tangan kanan plus bodyguard Rey. Terkadang Syra memanggilnya dengan sebutan manusia multifungsi. Meskipun tampilannya seperti itu, Jack adalah orang yang bersahabat dan ramah.
"Lihatlah, sekretarismu yang cantik ini sudah seperti kerbau saja. Tertidur dan susah dibangunkan." ledek Jack, sementara Syra hanya tersenyum kecut. "Terima kasih atas pujian dan perhatian anda, Tuan Jacky Sanders," sungut Syra. Jack memang sering mengganggu Syra. Tapi Syra sangat menyayangi Jack. Rey dan Jack, ibarat malaikan dan devil. Rey malaikat yang selalu menolongnya, sedangkan Jack adalah Devil yang menjahilinya. "Jack! Hentikan. Syra seperti itu karena ia banyak pekerjaan." Mendengar pembelaan dari Rey, Syra tersenyum lebar dan menjulurkan lidahnya, meledek balas Jack. "Dasar kekanakan," cibir Jack "Memangnya kau tidak? Bahkan kau lebih kekanakan daripada aku," balas Syra. "Sudahlah, Jack! Kita harus segera ke ruanganku, ada yang ingin aku bicarakan, dan Kau Syra. Selesaikan pekerjaanmu, jangan lupa setelah makan siang ada meeting dengan klien," ucap Rey seraya berjalan memasuki ruangannya dengan Jack yang berjalan dibelakangnya.
"Syra, kenapa sih lo betah banget ngejomblo kayak gini? Inget! Umur lo udah 25 tahun," ujar Mirna, sahabat Syra yang kebetulan satu kantor namun Mirna berada di bagian accounting. "Yaelah, umur 25 itu masih belum ketuaan buat nikah. Lagian aku masih pingin sendiri. Pingin bebas," jelas syra sambil meminum soft drink. Saat ini mereka sedang makan siang di warung kecil dekat kantor. "Kenapa nggak sama pak bos Rey aja?" Pertanyaan Mirna sukses membuat Syra tersedak dan hampir menyemburkan minuman yang hendak ia telan. Setelah batuknya reda, Syra langsung memukul pelan bahu Mirna "Apaan sih?! Nggak mungkinlah. Rey itu sahabat aku. Bagiku dia udah kayak kakakku," gerutu Syra. "Ck! Heran gue sama lo, Lo itu lucky banget. Tiap hari kerja ditemenin dua pria tampan. Banyak banget yang ngincer posisi lo. Udah gitu, kok lo nggak tertarik sama mereka sih? Kalo cewek lain, udah pasti mereka bakal mimisan. Kemaren aja waktu lo cuti, Pak Rey ngadain sidak. Ada beberapa karyawati sampe pingsan," ujar Mirna panjang lebar selebar jidatnya. Syra hanya geleng kepala. "Lebay," gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M STILL LOVE YOU
RomanceSyra terkejut bukan main saat tiba-tiba dirinya dilamar oleh Gerrald. Tidak ada angin,tidak ada hujan. Gerrald mendatangi kedua orang tuanya dan melamar Syra. Bahkan kedua orang tuanya langsung setuju. Memang diawal Syra sempat merasa bahagia, nam...