Chapter 5 (Revisi)

3.9K 74 0
                                    

AUTHOR POV

Syra menjalani kehidupan barunya sebagai seorang istri dengan lancar. Bahkan ia menyukai kegiatan barunya ini. Namun besok cuti nikahnya selesai dan ia akan kembali disibukkan dengan kesibukan kantor dan tumpukan berkas yang harus ia urus. Sepertinya menjadi wanita karir sekaligus ibu rumah tangga tidak semudah yang ia kira. Meskipun di rumah Gerrald sudah ada lima pelayan dengan pembagian tugas masing-masing, namun Syra tetap ingin turun langsung untuk mengurus rumah, terutama masalah dapur. Dia menyuruh pelayan bagian dapur untuk mengurus bagian lain, membantu temannya. Urusan masak-memasak biarlah dia yang melakukan. Didikan ibunya yang mengharuskan istri mengurus keperluan suami, termasuk urusan perut. Seperti yang ia lakukan saat ini.

"Marie, kau menaruh garamnya dimana?" tanya Syra pada kepala pelayan di rumah Gerrald. Wanita paruh baya bernama Marie tersenyum ke arah Syra. "Ada di laci nomor tiga," jawabnya. Aura keibuan yang dipancarkan Marie membuat Syra sangat sayang dan segan padanya. "Anda mengingatkan saya pada saat saya muda," celetuk Marie. Syra yang baru saja mematikan kompor langsung menoleh ke arah Marie. "Oh ya?" tanya Syra sambil tersenyum. Marie mengangguk. "Ya, anda mengingatkan saya saat saya pertama kali menjadi seorang istri. Saya keteteran mengurusi suami saya karena saya terbiasa hidup sendiri," ujar Marie sambil tertawa kecil. Syra dapat melihat pancaran penuh sayang dari kedua mata Marie, sepertinya Marie sangat sayang dengan keluarganya. "Marie, kau bekerja pada Gerrald sudah berapa lama?" tanya Syra. "Saya sudah bekerja dengan keluarga Anthony sejak Tuan Gerrald usia 1 tahun. Awalnya saya hanya seorang nanny, tapi saya memilih mengabdikan diri dengan tuan Gerrald yang sudah saya anggap seperti anak saya sendiri. Saya senang beliau menikah dengan gadis seperti anda, Syra," Syra tersipu malu mendengar pujian dari Marie.

"Kalau aku boleh tahu, Gerrald itu sosok yang seperti apa?" tanya Syra lagi. Marie tersenyum maklum karena ia tahu sifat tuan mudanya. "Saya tidak menyangka, tuan masih menutup diri dengan anda," ucap Marie sambil tertawa geli. "Aku bahkan tidak diberi kesempatan untuk mengenalnya lebih dalam. Bahkan sampai sekarang aku masih merasa terkejut dengan lamaran dan pernikahan kilatnya itu," ujar Syra. Kali ini Marie tersenyum getir. "Saya tidak bisa memberitahu apapun. Karena saya ingin anda mengetahui secara langsung dari tuan. Kalau begitu saya permisi dulu." ucap Marie seraya beranjak pergi untuk menata makanan untuk makan malam di meja makan.

Syra yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut melihat suaminya yang sudah pulang dan kini sedang terlentang di ranjang.

"Kamu baru pulang?"tanya Syra seraya duduk di pinggir ranjang. Ia melihat kerutan di dahi Gerrald. "Apa ada masalah?"tanya Syra sambil mengelus lengan suaminya. Perlahan Gerrald membuka matanya. Menatap lurus Syra. "Tidak, aku hanya lelah," jawab Gerrald. Syra tersenyum.

"Ku siapkan air hangat. Tunggulah sebentar."

Baru saja Syra berdiri. Sebuah tangan mencekal dan menarik lengannya hingga ia jatuh menimpa Gerrald.

"Aww...kamu apa-apaan sih?" sungut Syra sebal. Gerrald hanya terkekeh geli. Syra yang sudah menyingkir dan kini duduk di sebelah Gerrald yang terlentang. Ia menatap Gerrald gemas. "Udah ah! Aku mau nyiapin air hangat buat kamu," ucap Syra seraya berjalan menuju kamar mandi.

***

GERRALD POV

Aku hanya bisa terkekeh geli melihat sikap malu-malu wanita yang sudah menjadi istriku itu. Hmm...yah tak apalah menikmati masa-masa pernikahan ini sebelum memulai semua rencanaku. Akan kubiarkan dia tertawa sepuasnya sebelum tangis yang akan menemaninya nanti. Aah! Tidak sabar menunggu semuanya.

"Airnya sudah siap. Jika sudah selesai segeralah turun. Aku sudah menyiapkan makan malam." Setelah mengatakan itu, ia keluar dari kamar.

I'M STILL LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang