🌼🌼🌼
“ini dia,si pemeran utama kita sudah turun,heh.” ucap sinis nenek Chiyo melirik sekilas pada Naruto dan Kurama yang mengapit sebelah lengannya. Semua mata langsung tertuju pada kedua orang yang berjalan ke arah meja makan di sana.
Mebuki adalah orang pertama yang menghampiri mereka dan berhenti tepat di hadapan Naruto. Wajahnya sangat tidak cerah dan sendu. Matanya sedikit berkaca-kaca dengan bibir bergetar. “Naru...”
Melihat itu, Naruto menggeleng cepat seraya memegang kedua tangan ibunya lembut. Menampakkan wajah teduhnya. Melihat Mebuki sedih membuat Naruto ikut merasakan kesedihannya. Karna biar bagaimanapun, Naruto tidak bisa melihat ibunya menangis apalagi karna dirinya,“Jangan menangis ibu.”
“Maafkan ibu..”
“Apa yang ibu katakan? Ibu sama sekali tidak salah, mengapa harus minta maaf.”
“Ibu,hanya merasa bersalah padamu. Karna ibu,kau dan Sasuke--”
Naruto menyela,“Ibu. Apa yang terjadi antara aku dan Sasuke tidak ada hubungannya dengan ibu. Ini adalah keputusan ku,” tak lama dia menunduk,“Aku tidak bisa melihat Sakura menderita karnaku..”
“Tapi,Naru.. kaulah yang seharusnya menikah dengan Sasuke! Mengapa kau mengorbankan kebahagiaan mu pada Sakura? Kalian-”
“Tidak apa,bu. Aku percaya jika Sasuke akan mengerti. Sakura mencintai Sasuke,dan jika itu bisa membahagiakannya. Karna dari awal,aku hanya orang ketiga di antara mereka.” Kurama mengelus punggung sang adik –pengertian. Dia mengerti bahwa Naruto belum siap membahas hal ini. Lukanya masih baru,dan keluarganya bahkan tidak membiarkannya kering. Itulah mengapa dirinya harus siap menghadapi segala ucapan orang nanti.
Naruto melihat ke arah Kizashi yang makan dengan tenang. Terlihat seperti enggan untuk balas menatap seseorang yang menatapnya itu, membuat Naruto sedih. Bukannya tidak mau,tapi Kizashi masih merasa tidak sanggup menatap mata putra manisnya itu yang hanya akan memperlihatkan luka di matanya. Dan Kizashi tidak dapat melihat itu semua.
Percakapan singkat itu terhenti saat sarapan di mulai. Dengan Kizashi yang tidak mengucapkan apapun selama makan dan nenek Chiyo yang terus berucap sinis dengan segala sesuatu yang dilakukan oleh Naruto. Sebagian masih terasa sama,namun dengan aura yang berbeda. Sebenarnya Naruto masih belum sepenuhnya pulih.
Dia merasa khawatir dengan Sakura saat mendengar bahwa ayahnya mengusirnya keluar dari rumah. Di saat Sasuke kemarin bahkan mengatakan bahwa dia ingin menceraikan Sakura,dia menjadi gelisah. Dia tidak ingin apa yang telah dia berikan pada Sakura pergi dengan percuma. Karna dia tau, seberapa besar cinta yang ada pada Sakura dengan menatap matanya saat itu. Naruto tau,bahwa dia tidak akan bisa menolak keinginannya. Cinta yang ada itu bukanlah cinta,melainkan sebuah obsesi.
Noda hitam yang ada pada kertas putih tidak akan bisa hilang dengan sempurna. Begitu pula dengan apa yang sudah dia putuskan malam itu. Dia akan menyerah pada Sasuke demi Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Limerence : BYT-2
Fanfic-[Book 2]- (Selow update) Pengorbanan besar yang dilakukan Naruto seperti menjadi boomerang terhadapnya. Demi agar bisa menghentikan aksi berbahaya yang dilakukan oleh Sakura, Naruto rela memberikan takdirnya kepada Sakura. Lantas apa yang akan di...