🥀 - ?

279 75 63
                                    


Sebagian warga desa Troll yang menyaksikan secara langsung sosok bertaring yang mereka sebut monster itu berteriak dengan suara melengkingnya, terbirit mengelilingi desa.

Sebagian lagi tak sadarkan diri, ada yang lampau terkejut hingga menabrak pohon dan ramai-ramai diarak ke rumah Tabib Troll. Pokoknya, kedatangan Exion Felix  membuat korban berjatuhan.

Petugas buletin ras Troll tak ketinggalan meliput kejadian untuk diredaksikan pada seluruh humanoid mungil di seluruh Neverland.

Sementara Pria yang dimaksud para Troll bahkan masih berpaku di tempatnya dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi beberapa saat lalu hingga sekarang.

"Jangan khawatirkan mereka, ya .. mereka memang agak agresif bila ada pendatang baru. Apalagi dari ras lamia," ujar Troll menyenggol bahu Felix setelah menaiki undakan tangga agar tinggi mereka setara.

Troll menghampiri keluarganya yang terdiri dari Ibu, ayah dan ketujuh adiknya. Mereka sudah menyambut gembira Troll di pintu perbatasan desa walau sedikit parno pada sosok yang datang bersama Troll.

"Yang Mulia! Perkenalkan, ini keluargaku!" seru Troll. Troll merangkul Troll yang nampak lebih sepuh. "Ini Papa Troll."

Lalu tangannya berbelok hendak menunjuk troll wanita yang dewasa.

Tetapi Troll nampak celingukan seakan mencari sesuatu. "Dimana Mama Troll?!" panik Troll.

Semua kelimpungan turut serta ikut mencari sampai akhirnya Troll sendiri yang mendapati Mama Troll tergeletak di tempatnya berdiri tadi.

Dengan tangan dan kaki yang nampak kaku, namun bibir tersenyum dan mata yang terbang ke langit-langit kelopak.

"Mama!" teriak Troll menghampiri Troll yang nyatanya ibu dari Troll. "Mama, ada apa?!"

"D.. D.. Dia tampan sekali.. AaAaAAA!!!" jerit Mama Troll. Kakinya sukses dibuat lemas akibat dari terlalu lama menatap pesona si calon pemimpin Neverland barat.

Matanya, rambutnya yang agak basah, wajah dingin yang tersapu angin, caranya berdiri tegap, caranya menatap ——sempurna. Laksana taman bunga di tanah yang tandus atau bahkan oasis di ladang gersang.

"Gawat! Gawat! Mama mengalami syndrom alergi ketampanan!! Bawa dia ke rumah tabib Troll!!" Beberapa Troll kecil membawa tandu untuk mengangkut tubuh Mama Troll ke rumah Tabib di ujung desa.

Troll menghela napas merapikan pakaiannya. "Itu tadi Mama Troll," ujar Troll memperkenalkan.

Pandangan makhluk kerdil itu lalu tersapu pada sekelompok Troll kecil yang berderet sesuai warna baju mereka dalam susunan pelangi. "Dan itu adik-adikku namanya Troll, Troll, Troll, Troll, Troll, Troll dan Troll."

Bibir Felix mengatup setelah agak lama terpana. Wajah mereka mirip semua bak pinang dibelah seribu. "Oh ..., bagaimana aku dapat membedakannya?"

"Tidak perlu repot membedakan kami karena kami semua itu sama. Semua untuk satu dan satu untuk semua!" seru Troll mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi, begitupun sorakan Troll yang lain, antusias.

"Ada apa pangeran mahkota kerajaan Gustavo berkunjung ke desa kita, Troll?" Papa Troll membetulkan lingkaran pipih yang terbuat dari bongkah lazuli di kedua matanya, atau nama masa kininya, kaca mata.

"Begini, Papa. Pangeran Exion berniat pergi ke negri para dracula untuk menyelamatkan pacarnya."

"—kameradnya!" ralat Troll relfleks sedetik setelah bola matanya tergerusuk sorot runcing dari sepasang netra merah disebelahnya. "dia memang politikus yang naif,"

"Dan siapapun tahu tiada yang bisa menembus dinding antar perbatasan negri mereka, maka Pangeran Exion mengambil jalan lain yaitu melewati desa kita. Dia harus tiba di negri dracula sebelum esok malam."

𝐔𝐍𝐃𝐄𝐀𝐃 ࿐ྂ。• chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang