🥀 - there's three

354 75 27
                                    

Sorot mata Chaewon mengarah langsung ke pintu saat dua bidang kayu besar yang mulanya mengatup itu seperti dibuka seseorang.

Kening Chaewon merengut, bukan karna siapa yang datang tapi karena apa yang dibawa sosok itu padanya lalu disuguhkan di hadapannya.

"Apa ini?" tanya Chaewon bingung.

"Makanlah."

"Tapi, ini.. Kelinci."

"Aku tidak makan .."

".. kelinci hidup."

Felix mengusap keningnya gusar. "Kau benar. Aku lupa bahwa kau bukan vampir." Pria itu menatap Chaewon dengan bibir terlipat.

"Jadi manusia sepertimu makan apa?"

"Nasi. Kau tahu? Tanaman padi yang diolah jadi beras. Lalu .. apa saja, seperti roti, susu, sayuran, buah, daging, dan itu pun harus diolah, dipastikan bersih dan aman untuk tubuh manusia."

"Repot juga ya, bangsa manusia."

Chaewon memicing. "Kenapa?"

"Rumit. Mereka pasti punya banyak keinginan yang berujung menyulitkan diri sendiri."

Chaewon tersenyum kecut. "Lalu kau pikir apa untungnya jadi vampir?"

"Mudah saja. Bangsa kami tidak perlu mengolah makanan, hanya—"

grkk..

"Oh..!" Chaewon refleks menutup matanya dengan kedua tangan, kejutannya itu saat Felix dengan entengnya mengeluarkan taring dari giginya dan memangsa kelinci itu sampai mati.

"Maaf."

Walau gemetar Chaewon berusaha tampak baik-baik saja. "Tidak, apa. Aku mengerti."

Felix mengusap seluruh darah di bibir, wajah dan tangannya. Ia nampak berpikir sejenak sembari menatap sekeliling ruangan.

Sampai pandangannya terkunci pada busur dan anak panah di dekat tungku api.

Felix segera mengambilnya dan mencoba memanah lukisan dari kejauhan.

slap!

Bibir lelaki itu melengkung tipis membentuk sebuah senyuman kala anak panahnya tepat mengenai sasaran.

Ia mendekati Chaewon dan menarik tangannya pergi dari ruangan. "Ayo kita berburu!"



























Kilat menyambar kanvas hitam cakrawala, petir juga bermunculan ke arah yang tak pasti.

Gdbuk ..! Gdbuk ..!

Suara langkah dua monster berkepala besi melintasi jalan dan hutan-hutan. Binatang malam yang biasa berkeliaran pun tiba-tiba berhenti beraksi dan memilih diam di sarang. Bersembunyi dari para pasukan yang datang.

"Ssakh!" Pria bernetra seruncing elang itu memecut keras tali yang mencekik megahorse hitam yang ditungganginya.

Sang pangeran yang memimpin pasukan tersebut menarik pedangnya lalu menebas dahan-dahan pohon yang menghalangi jalannya dan bala pasukan.

"Kak! Bukankah untuk menuju negri para vampir ada sebuah dinding mencapai awan yang membatasi?" adiknya, sang pangeran bungsu kerajaan Cannavero bertanya.

"Apa ayah tidak memberitahu mantranya?" Hugo balik bertanya setelah berhasil membunuh nyamuk raksasa dengan sekali tebasan pedang.

"Tidak. Aku kira ayah memberitahunya padamu," balas si adik.

"Pangeran Yang, kita ini saudara. Ayah tak mungkin hanya memberi tahu hal pada salah satu diantara kita saja."

Bala tentara dracula yang dipimpin Hugo dan Yang telah keluar dari hutan kegelapan, mereka mulai mendekati tanah yang cukup lapang dengan kondisi yang tampak tandus tak terurus.

Terlihat tak ada apapun yang menghalangi penglihatan sejauh mata memandang ke negri para vampir, namun sebenarnya ada tembok yang begitu besar sebagai pembatas wilayah kedua bangsa.

Hugo menarik tali megahorse yang ia tunggangi hingga kuda berukuran besar itu berhenti dengan dua kaki depan terangkat.

Hugo jadi penasaran tentang tembok ghaib yang dibangun ayahnya dan sang raja vampir dahulu kala.

Hugo mendekatinya dan mengulurkan tangannya namun ia segera menariknya kembali ketika getaran aneh mengenai tangannya.

"Tembok ini masih terkunci, adikku. Bagaimana kita harus melewatinya?"

"Yang ku tahu, ada sebuah jalan rahasia menuju negeri para vampir tapi lebih jauh jaraknya dibandingkan hanya melintasi tembok ini, Kak."

"Dimana itu?"

"Melewati desa para troll, menyebrangi sungai cinnamon dan pemukiman para demigod," jelas Yang.

"Itu sangat jauh."

"Tapi jalan yang aman dibandingkan ini, Kak. Kalau kita melewati tembok ini pun, berarti kita harus menghadapi rakyat desa dan para penjaga istana."

"Sementara jika melewati jalan jauh tadi, kita bisa langsung menuju ke ruang bawah tanahnya."

Pangeran Yang, .. kurasa dia akan menyesal setelah mengatakannya.

Hugo menghela nafas gusar, ia menatap ke belakang, pada para bala tentara berkuda milik kerajaannya.

Kemudian ia menatap adiknya dan mengangguk meyakinkan.

••••

kemaren ada pren maplelilacc bilang chae peliks tu kayak roger sama ruby. HEHE kreatib.

TAPI JATOHNYA PEDOFIL :D

••••

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐔𝐍𝐃𝐄𝐀𝐃 ࿐ྂ。• chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang