"Huh?"
"Dimana Tenn?" tanya Gaku menyadari salah satu membernya tidak ada sesaat setelah mereka kembali ke tempat semula
"Dia langsung pergi barusan," ujar Yamato tak bisa menahan geli.
"Aku masih tidak menyukainya," gerutu Iori mendengus kesal.
"Ma ma ... jika kau terus-terusan seperti ini lama-lama aku juga merasa tersaingi dengan Riku," ujar Mitsuki berniat menggodanya.
"Nii-san, itu tidak seperti yang kau pikirkan. Ku mohon jangan salah paham," Iori buru-buru menyelanya dengan panik.
"Pfft aku hanya bercanda Iori," Mitsuki menyemburkan tawanya setelah melihat raut panik adiknya.
Menarik nafasnya lega, Iori mengusap dadanya pelan, "Syukurlah kalau begitu, akan makin sulit jika kau juga bersikap seperti Kujo-san," ujarnya lega.
"Yahh kurasa itu karena rasa sayangnya yang berlebih, bukan berarti aku tidak menyanyangimu Iori." Mitsuki buru-buru menambahkan kalimatnya tidak ingin melukai adiknya, "Hanya saja ... cara menunjukkan kasih sayang dari setiap orang berbeda-beda."
"OH Mitsuki, kau terdengar luar biasa," ujar Nagi penuh kekaguman, "Aku makin ngefans padamu," imbuhnya lagi.
"Seperti yang diharapkan dari main mc kita," imbuh Yamato ikut serta memujinya.
"Ahaha aku tahu itu," dengus Mitsuki tertawa geli.
.
.
.
Meski sudah tiba beberapa saat lalu, Tenn masih berdiri mematung di depan pintu kamarnya. Perasaannya yang berkecamuk, serta pikirannya yang tengah kacau membuatnya tak bisa memikirkan apapun yang akan ia bicarakan nanti.
Setelah memantapkan tekadnya, Ia mengetuk pelan daun pintu di depannya sebelum akhirnya mendorong gagang pintu agar terbuka. Ia seketika mengedarkan manik delimanya ke seluruh ruangan, sebelum akhirnya jatuh ke sisi kanannya di dekat pintu.
"Jadi kau disitu," gumamnya tersenyum lembut melihat surai merah yang tengah menunduk tampak tertidur pulas. Tatapan Tenn kini menyurut sendu saat mendapati jejak air mata di sudut mata Sang Adik.
"Jangan menangis lagi karena aku," Tenn kembali bergumam lirih, tangannya tertahan sejenak di udara saat ia berniat mengusap lembut surainya hingga akhirnya mendarat dengan pelan di pucuk kepala Riku memberikan usapan lembut.
"Maaf."
"Eh?"
"Maafkan aku," Riku yang sedari tadi terbangun, berujar lirih menahan tangan Sang Kakak yang berada di kepalanya.
"... Aku tidak bermaksud melukaimu dengan perkataanku tadi," imbuhnya lagi kini menatap lurus Sang Kakak.
'Ah jadi itu yang membuatnya menangis.'
"Kenapa kau mendahuluiku eh," dengus Tenn tak bisa menahan senyumnya.
"Hum?" merasa bingung Riku menelengkan kepalanya ke samping.
"Bagaimana bisa aku tidak merasa terancam saat memiliki adik semanis ini," ujar Tenn meraih Riku dalam pelukannya, "Kau adalah hal yang paling berharga untukku, hingga aku tidak ingin kehilangan dirimu dari siapa pun," Tenn berbisik lembut yang masih dapat di dengar oleh adiknya.
"Aku adalah seseorang yang sudah meninggalkan segalanya, tapi kau yang selama ini terus mengejarku membuatku tak ingin kehilangan apapun lagi."
"Kau tidak pernah kehilangan apapun sejak awal," balas Riku tersenyum lembut, Tenn yang merasakan dengan jelas merasakan ketulusannya hanya bisa menarik senyumnya menutupi rasa harunya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ID7 - Reaction Story 2
Fanfiction[Follow dulu yuk sebelum baca, auto Follback kok jangan khawatir. Ku cuman pengen tau siapa aja yang mampir ke cerita ini, jadi tinggalin jejak yak kalo kalian berkenan] -Baca cerita sebelumya ID7-Reaction- Kisah perjalanannya kini beranjak ke tahap...