Pieces of Truth

900 106 69
                                    

Warning: reaction chapter ini sepenuhnya non canon ya, chapter ini ada untuk mendukung alur cerita yang ada.

Typo selalu ada, tolong koreksiin juga ya kalo ada yang nemu hehe.

Yang terakhir, baca bagi kalian yang luang yaa.. Enjoy your time.
______________________________________

"Kujo apa yang terjadi?" tanya Mitsuki menghampiri Tenn yang masih termenung di tempatnya.

Tatapan Tenn masih terpaku ke arah kepergian adiknya, bahkan hingga satu per satu temannya mulai berdatangan berkumpul di sekitarnya. "Ada apa sebenarnya?" gumam Touma lirih yang masih belum mengerti akan situasi di sekitarnya.

"Apa cuma aku atau memang suasananya sedikit aneh," Haruka menyelutuk mengungkapkan perasaannya, membuat semuanya diam-diam menyetujuinya tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Aku tidak menyukainya," gumam Tenn setengah meracau.

Hingga tiba-tiba situasi aneh yang mulai menjadi rutinitas mereka kembali terjadi, kegelapan dengan cepat melingkupi semuanya. Dan kepingan kejadian di masa lalu yang kali ini berbeda kembali terjadi.

"Ayah, izinkan aku mengelola pusat perbelanjaanmu." suara tegas dari sosok yang masih terlihat muda terdengar dengan jelas.

Dengan tenang pria paruh baya yang sedari tadi memeriksa berbagai berkas di mejanya, mengangkat wajahnya sejenak untuk menatap lawan bicaranya, "Kau bukan bertanya, apa itu artinya tida ada pilihan lain?" tanyanya saat menyadari bahwa kalimat anaknya bukanlah kalimat tanya.

"Aku ingin merubahnya," jawabnya lugas tanpa gentar.

"Perubahan seperti apa tepatnya?"

"Nama."

"Tempat itu akan menjadi Sorairo," imbuhnya lagi masih menatap lurus Sang Ayah.

Menghela nafasnya sejenak,ia melembutkan tatapannya pada Sang Anak, "Yoru, bukankah ayah sudah mengatakannya beberapa kali. Lepaskan kepergian Sora."

"Ini bukan berarti aku menahannya disini, aku menerima kepergiannya tapi aku menolak melupakannya." Balas Yoru dengan tenang.

"Sorairo ...," gumam Nagi mengingat sesuatu

"Yahh itu tempat kita berurusan dengan bom," Yamato menimpalinya, "Aku tidak menyangka Yoru dan Sora yang kita lihat waktu itu berhubungan dengan kehidupan di waktu kita," imbuhnya lagi mengerutkan dahinya.

"Pusat perbelanjaan paling besar dimana banyak orang bisa berkumpul, aku ingin menjadikan itu tempat bagi Sora agar bisa melihat semuanya. Bahwa kehidupan kita tetap berjalan dengan baik."

"Selanjutnya aku akan membangun menara tertinggi disana," imbuhnya lagi menjelaskan gagasan masa depannya.

"Menara yang tinggi yang akan mencapai langit, tempat dimana Sora berada," pungkasnya membuat Sang Ayah tak kehabisan kata-kata.

"Jadi itu alasan dibangunnya Sorairo Tower," gumam Mitsuki terperangah

Menghela nafasnya sejenak, ia mengendurkan bahunya menyandar ke sandaran kursinya dengan lesu merasa semua energinya tiba-tiba terkuras, "Lakukan sesukamu, Pusat perbelanjaan itu—iie Sorairo sekarang menjadi tanggung jawabmu."

"Terima kasih ayah."

"Jadi kita kembali ke ingatan ini," ujar Touma mengingat penggalan memori aneh interaksi kedua anak yang belum mereka kenal.

"Anak yang lebih tua bernama Yoru," Yuki menimpali dengan tenang, "Kalau begitu apa yang terjadi pada Sang Adik?"

"Si rambut perak itu, apa dia yang bernama Sora?" Momo ikut bertanya-tanya dengan penggalan memori ini.

ID7 - Reaction Story 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang