10

3K 375 87
                                    

Suara tangisan bayi memecah keheningan koridor ruang bersalin. Perasaan haru, lega, dan senang saling bercampur aduk--- menguasai hati bagi beberapa sosok yang tengah menunggu disana.

Setitik air mata jatuh menuruni pipi chubby Sakura. Wanita itu refleks memeluk Hanabi yang berada disampingnya.

Netra hijaunya menatap punggung kokoh Sasuke yang kini bersimpuh lemas dibalik dinding persalinan.

Ia melepaskan pelukannya saat mendengar isakan kecil keluar dari bibir Sasuke. Pria itu menangis.

Keadaannya yang kacau balau membuat hatinya teriris sedih. Ingin rasanya kedua tangannya mengelus punggungnya yang tak sekokoh biasanya. Sekedar memberinya kekuatan. Tapi apa daya, ketakutan itu semakin memenuhi rongga dadanya.

Pintu yang terbuka mengalihkan semua atensi dengan berbagai ekspresi berbeda. Dokter Tsunade melepas masker di mulutnya dan menggeleng.

Ekspresinya menyendu hingga Sakura sadar akan tangkapan mimik yang ia terima, tangannya mengepal semakin kuat.

"Mister Sasuke, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, Tuhan berkehendak lain."

Tubuh Sasuke yang terhuyung langsung ditangkap oleh Hiasi. Surainya yang panjang menutupi wajahnya yang terluka. Kepalan tangan yang seakan meremukkan itu mengguncang batin Sakura yang melihatnya.

"Sakura-nee."

Hanabi memeluknya hingga tangisan keduanya terdengar pecah. Mereka tak menyangka Hinata akan berakhir seperti ini. Banyak untaian doa yang mengharapkan kondisi Hinata akan membaik namun ternyata Tuhan berkehendak lain.

Hinata, kenapa kau harus pergi secepat ini?

Dadanya sesak. Sahabatnya kembali hilang namun kali ini untuk selamanya. Ia memeluk bahu ringkih Hanabi semakin erat. Ditatapnya wajah memerah gadis remaja itu seksama.

Setelah kehilangan ibunya beberapa tahun yang lalu, kini ia juga harus kehilangan kakak tercintanya. Ia tahu bagaimana dekatnya gadis itu dengan Hinata. Hinata yang selalu menjadi tolak ukur perilakunya. Dan kini, gadis itu kembali kehilangan separuh jiwanya. Ia kembali mendekapnya semakin erat.

"Tubuh Hinata sedang dibersihan dan untuk Nyonya Sakura, saya rasa bayi Nyonya Hinata membutuhkan Anda."

Hanabi melepaskan pelukannya. Maniknya yang sama seperti Hinata mendongak--- memancarkan tatapan permohonan yang nyata.

"Tolong, jaga keponakanku, Sakura-nee."

Sakura mengangguk kecil. Ia mengusap kedua matanya yang basah namun tak dapat dipungkiri jika jejak kesedihan jelas tertinggal disana.

Memberikan anggukan hormat kepada Hiasi yang terduduk lemah di kursi tunggu, Sakura kembali melangkah setelah mendapatkan anggukan sendu pria paruh baya itu.

Kaki jenjangnya melangkah mendekati sang suami. Setelah berada di posisi yang sama dengan Sasuke, tangannya terangkat. Ia merealisasikan keinginannya sejak tadi.

Hanya elusan ringan yang diberikannya di bahu pria itu karena sebanyak apapun kalimat yang akan ia keluarkan saat ini pasti tak akan berefek apapun untuk pria disampingnya.

Kubangan luka telah menggali semua rongga dada setiap orang disana tak terkecuali Sasuke. Kepergian Hinata meninggalkan luka dan pasti akan membekas disetiap hati dan benaknya.

Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang