tuan hidung mancung - malu

5 0 0
                                    

Aku akan langsung saja bercerita tentang bulan-bulan selanjutnya. Karena ini adalah hari yang memalukan untuk ku pada saat itu.

Lagi-lagi hari kejadian manis aku dengan Tuan hidung mancung terjadi lagi di hari Jumat. Karena memang disana lah kami selalu bertemu.

Hari itu kami semua belajar baris berbaris. Aku mengikutinya dengan semangat karena memang inilah yang aku suka dari Pramuka.

Semua komando aku dan regu ku lakukan dengan baik, meskipun masih banyak kesalahan. Sampai datang lah si Tuan hidung mancung, membuyarkan konsentrasi ku.

Dia mengambil alih komando, dan artinya kami harus mengikutinya. Semua berjalan baik-baik saja, tapi tidak saat komando "istirahat ditempat," diucapkan.

Kalian tahu kan, kalau istirahat ditempat itu pandangan nya harus lurus kedepan. Tapi, aku dengan santainya melirik Kak Dadang yang berada di tengah.

Jelas semua kakak kelas yang mengawasi langsung menyindir keras kepadaku, "Pandangannya ke depan, jangan lirik-lirik."

Tentu saja aku tersindir dan langsung menuju pandanganku ke depan, tapi mataku ini bandel sekali. Mataku terus melirik Kak Dadang.

Ah sudahlah, aku ketahuan kalau begini. Dan benar saja, semua kakak kelas ku mulai bernyanyi dengan irama lagu Susis, dan menyanyikannya dengan lirik, "Sari~ wowowo Sari, si Sari suka Dadang."

Aku malu, dan tertawa tanpa suara saking malunya. Apalagi lagu itu dinyanyikan saat ada si Tuan hidung mancung. Itu artinya dia sudah tahu kalau aku menyukainya.

Akan kah dia menjauhiku?

 
°°°

Aku sangat ingat tentang hari itu, aku bahkan selalu mengingat hari dan tanggalnya, yaitu Hari Kamis, Tanggal 16 Bulan Februari Tahun 2017.

Hujan sangat lebat hari itu, sekitar jam setengah 3 sore atau ah aku tidak terlalu ingat tepat jam berapa nya. aku dan teman sekelasku masih ada di sekolah.

Hari itu kelas kami terpilih untuk memimpin upacara untuk senin depan, sekolah ku memang begitu sih

Petugas upacara nya selalu bergilir per kelas, dan sekarang bagian kelasku. Awalnya aku agak kecewa saat tau ternyata pelatihnya bukan si tuan hidung mancung.

Karena dia sudah tidak lagi menjadi jadi sekbid 3 yang mengurus tentang upacara dan segala yang berhubungan dengan Ppkn. Ah entahlah pokoknya itu.

Fyi, Tuan hidung mancung telah menjadi wakil ketua OSIS 1 di sekolah kami.

Kami latihan di depan mading yang menghadap lapangan, kan sudah kubilang kalau hari itu hujan, jadi kami hanya bisa berlatih di pinggir lapangan saja.

Oh ya, aku ditugaskan untuk jadi pengatur upacara pada hari itu. Eheyy, gini - gini juga suaraku itu keras loh. Makanya aku dipercayakan untuk jadi pengatur upacara atau biasa disebut sebagai Tura.

Aku mengikuti semua instruksi kakak kelas yang mengajari ku tata cara jadi Tura. Jadi Tura cukuplah gampang, hanya Lapor 2 kali, lalu komando hormat kepada pemimpin upacara.

Mading itu dekat dengan tangga, nah kebetulan pada saat kami sedang latihan. Si Tuan hidung mancung sang mantan sekbid 3 datang dan gatal ingin mengajarkan kami.

Aku sangat senang pada hari itu, karena itu adalah awal dimana aku makin jatuh cinta padanya.

Kakak yang tadi melatih ku, kini beralih melatih pemimpin upacara, dan yang melatihku sekarang adalah Si Tuan hidung mancung.

Aku diberi tips dasar agar suara ku lebih menggelegar pada saat memberi komando. Kurasa hari itu adalah hari pertama Tuan hidung mancung berbicara banyak hal dengan ku. Dia sedikit bawel kali ini.

Dia tertawa saat aku meneriakkan, "kepada pemimpin upacara, hormat gerak!" dengan tak sengaja aku menaik turunkan bahuku karena tekanan suara rendah tingginya.

Lantas dia memberitahuku bahwa itu salah dan harus dilakukan dengan sikap tegap, tapi aku terus melakukan kesalahan yang sama.

Aku bingung, dia pun bingung. Jadi dia berdiri dibelakangku dan menahan kedua pundakku agar tidak naik turun lagi.

Aku jelas kaget dan tersipu malu, untung saja dia dibelakang ku, kalau tidak, pasti Tuan hidung mancung sudah tau bahwa wajahku ini telah memerah seperti kepiting rebus.

Temanku yang menonton pun ikut terbawa perasaan dibuatnya, mereka ingin sekali berkata cie dengan lantang.

Berkat si Tuan hidung mancung, aku akhirnya tidak menaik turunkan bahuku lagi saat mengucapkan komando tersebut.

Aku menoleh bahagia ke arah teman-temanku. Mereka berteriak cie dalam diam agar si Tuan hidung mancung tidak dengar. Temanku menawarkan apa moment ini akan diabadikan dalam bentuk foto, dan kurasa itu tawaran yang bagus haha.

Aku langsung mengangkat jempolku menandakan setuju, lantas temanku mengambil handphone ku simpan dalam tas, dan mempotret ku yang tengah berlatih dengan si Tuan hidung mancung.

Selain moment yang membuat hati berdebar itu, masih ada lagi yaitu disaat aku di suruh memeluk kakiku sambil duduk, dan kembali meneriakkan "Kepada pemimpin upacara, hormat gerak!"

Katanya itu agar suaraku lebih keluar, stabil dan kuat. Aku mengangguk dan senyum ke arahnya. Lalu latihannya pun berhenti, dan dia bilang,

"Kerja bagus, Sar. Suara kamu udah keras dan stabil." katanya.

Aku semakin senang karena aku dapat pujian dari  Tuan hidung mancung. Pokoknya tanggal 16 Februari 2017 adalah hari terbaik dalam hidupku.

Cerita Yang Saya Tulis Untuk Tugas Teks CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang