tuan hidung mancung - ah seperti itu

4 0 0
                                    

Kejadian yang di kuceritakan diatas, hanyalah sebagian kecil dari semua momen diriku dengan Tuan hidung mancung yang membuat hatiku berguncang hebat ditempatnya.

Sebagian cerita yang membuat kesan hidupku menjadi lebih bermakna dan berwarna. Sebagian cerita tentang bodohnya diriku di masa lalu yang terlalu mengharapkan seorang pria.

Semua momen-momen itu tertancap jelas di memoriku. Aku ingin menceritakan semuanya. Tapi, semakin banyak aku bercerita, semakin banyak mengais kenangan, maka semakin sulit diriku untuk melupakannya dan malah akan terus menerus mencintainya.

Jujur, aku terus memikirkannya. Memikirkan arti dari semua perlakuan baiknya, apakah dia benar menyukaiku? atau kah sebenarnya dia amat membenciku? bolehkah aku sedikit berharap lewat itu?

Semakin aku dewasa, aku sadar. Kurasa sikapku ini terlalu berlebihan. Aku menunjukkan perasaanku terlalu jelas, semua orang tau, dan semua orang benci itu.

Semua orang menatapku sinis saat aku tersipu karena Tuan hidung mancung memberi perhatian padaku. Aku sangat sadar akan hal itu, bahwa semua orang tidak suka akan semua sikap berlebihanku.

Aku berulang kali menangis karena hal sepele itu. Entah karena aku cengeng atau memang hatiku ini tersakiti.

Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk menjauhinya, benar-benar menjauhinya. Aku keluar dari ektrakurikuler yang selalu mempertemukan kami. Aku akan melupakannya.

Ya namanya juga satu sekolah, mau bagaimana pun aku menjauh, aku akan tetap bertemu dengannya. Apalagi eskul pramuka tengah sibuk-sibuknya menyiapkan perlombaan, sehingga setiap waktu istirahat aku selalu melihatnya berlatih di lapangan sekolah kami.

Kadang aku sengaja mengantarkan temanku yang akan berlatih hanya untuk melihat si Tuan hidung mancung. Tak segaja kulihat, Tuan hidung mancung menyapa temanku dengan senyuman manis diwajahnya. Senyuman yang tak pernah diberikan untukku.

Iri? bisa dibilang begitu. Tapi aku tak menyesal meninggalkan eskul itu. Bisa melihat senyum lebarnya, sudah menjadi anugerah tersendiri bagiku. Walaupun senyuman itu bukan untukku, aku ikut bahagia.

°°°

Akhirnya waktu perpisahan benar-benar tiba. Dia sudah tidak ada lagi disekolah ini. Aku agak kesepian karena hal itu. Jujur aku sedikit merindukannya.

Hari-hari yang dahulunya penuh cinta kini memudar ditelan masa. Baguslah, aku sudah mulai melupakannya.

Tak ada si Tuan hidung mancung pun, aku masih bisa merasakan rasanya bucin, haha. Maafkan lah aku yang baperan ini. Aku mulai mengalihkan rasaku ke teman seangkatanku.

Dia anak paskibra, aku mulai menyukainya gara-gara mimpi aneh yang membuatku amat sangat tersipu, hey kenapa aku aneh sekali?

Dimimpiku, dia tiba-tiba berteriak "i love you, Sari."  didepan kelasku. Ah itu menjijikkan, tapi anehnya aku terbawa perasaan!!

Waktu demi waktu terlewati, akhirnya acara pentas seni tiba, dimana aku akan tampil di depan semua angkatan dan alumni untuk nilai praktek pelajaran kesenian.

Dimana dari salah satu alumni itu, ada Tuan hidung mancung disana. Kesempatan itu tak akan kusia-siakan.

Seperti biasa dia ramah pada semua adik kelasnya, dia menampilkan senyuman manisnya itu dengan lebar. Temanku mendorongku agar aku berfoto bareng dengan Tuan hidung mancung, aku sedikit malu hari itu, jadi temanku yang mewakili aku untuk izin berfoto bareng dengannya.

Saat temanku berbicara dengan Tuan hidung mancung, aku berada jauh dari mereka, tapi aku masih bisa mendengar percakapan mereka.

Senyuman itu masih ada saat temanku hanya meminta izin fotbar tanpa menyebutkan namaku, Tapi setelah namaku disebut dihadapannya, senyumannya luntur.

Ah jadi seperti itu.

Cerita Yang Saya Tulis Untuk Tugas Teks CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang