"Ini letakkan disebelah sana!"
"Kemudian vas ini juga.. ah, Minki apa para perkerja kebun sudah datang?" Pak Han merupakan kepala urusan rumah tangga yang telah lama mengapdi pada Mark Lee itu sibuk wara-wiri, memberi intruksi pada para maid untuk secepat mungkin menyelesaikan pekerjaan sebelum Tuan Mark datang.
Pak Han sendiri belum tau alasan mengapa Tuan-nya menelpon dengan nada terburu-buru lalu memerintahkan dirinya untuk menyulap hunian megah ini menjadi penuh mawar dan parahnya hanya mawar merah segar yang harus menjadi pernak-pernik pelengkap hunian bukan jenis mawar lainnya, dan sebelum Pak Han bertanya lebih rinci sambungan telepon sudah lebih dulu diputus oleh Tuannya itu.
Meski sedikit repot, bahkan secara instan mendatangkan perkerja kebun untuk mengubah lahan belakang menjadi taman mawar. Bukan hal mudah mendatangkan bibit-bibit mawar berkualitas baik dan juga kuntum-kuntum mawar tanpa cacat.
Sungguh hunian megah itu terlihat amat sibuk.
"Para perkerja kebun sudah datang Pak Han." Minki menjawab cepat, sambil membawa sekeranjang penuh kuntum mawar untuk dibawa kelantai atas.
"Baik, lanjutkan perkerjaanmu."
Hufh...
"Ada apa sebenarnya ini?" Pak Han memijat pelipisnya, bingung bercampur lelah mendominasi tubuhnya yang terbilang tidak muda lagi, helaan nafas berat kembali ia lakukan saat mata tuanya melempar tatapan keluar pintu utama. Beberapa mobil berjajar dengan muatan penuh bunga mawar.
.
.
.
.
"Sajangnim.. anda tidak boleh melakukan ini." Sekertaris Kim berteriak sekeras mungkin agar Presdirnya mendengar apa yang diucapkannya. Tentu saja dirinya harus berteriak mengingat suaranya akan kalah dengan bising suara helikopter yang dengan angkuh membawa sang Presdir didalamnya lengkap dengan sosok asing berkimono merah. Sekertaris Kim sendiri tidak tau siapa, dirinya hanya khawatir jika terjadi sesuatu pada Sajangnimnya, mengingat kastil ini terlalu aneh dan parahnya Mark Sajangnim membawa serta boneka cantik serupa bidadari bersamanya. Burung besi yang sudah siap landas, Mark Sajangnim yang terlihat terburu-buru dengan raut wajah cemas.
"SAJANGNIMMMM!..."
Teriakkannya mungkin tak terdengar, bahkan meski terdengar ditelinga Presdir tentu saja dirinya tidak dihiraukan. Kini tinggal ia seorang yang berdiri termanggu ditengah tanah kosong yang ditumbuhi rumput hijau, lengkap dengan seribu pertanyaan yang mencerca pikirannya.
"Manequuin yang dibawa sajangnim sangat cantik.. ck,"
"Rambutnya berwarna merah pekat.. tidak. Merah gelap.. eum.. aku belum pernah melihat mannequin sesempurna itu. Ya Tuhan, semoga boneka itu tidak membahayakan Mark Sajangnim."
"Ah, mannequin yang pemahatnya tidak kasar sama sekali, serupa manusia nyata.. jadi manusia atau mannequin? Tapi, tidak ada manusia yang semolek itu. Ah, baiklah itu pasti mannequin antik." Sekertais Kim berjalan kembali menuju kastil dimana mobilnya terparkir sambil terus berguman.
Sepertinya Sekertaris Kim telah salah persepsi akan sosok indah yang dibawa Sajangnimnya itu.
.
.
.
.
Pak Han berada dimuka pintu utama diikuti dua puluh maid yang berjajar rapi masing-masing berbaris terbagi menjadi dua bagian. Katakan semua orang yang berkerja keras menyulap hunian megah itu bak rumah mawar penasaran akan kedatangan Tuan-nya. Mata mereka tidak lepas pandang dari mobil mewah yang berhenti, menunggu Tuan mereka untuk keluar mobil yang mereka yakini ada sesuatu didalam mobil itu dan benar saja tidak terkecuali pak Han, semuanya dibuat terpaku melihat sosok yang berada dalam gendongan bridal Mark. Tubuh semampai berbalut kimono merah, wajah yang terpahat sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story About MarkChan II
Historia CortaCerita pendek Original story by kim anna shinotsuke #ibnuchan23