Part 8 - Mr. Tangerin

378 79 13
                                    

Kapan update? Hmm... paling kalau mood udh terkumpul ya. You can help raising my mood in simple way, u know.

Just vote or comment.

Thank u.

.

.

.

.

.

.

Hari ini makan siang keluarga Kim tidak seperti biasanya. Jika biasanya makan siang hanya ada Nyonya Kim dan Namjoon, kali ini ada tambahan sang kepala keluarga, Tuan Kim. Jujur saja Namjoon agak heran mengapa ayahnya tumben ikut makan siang bersama. Taehyung saja tidak akan pulang untuk makan siang, mengapa dia menyempatkan diri untuk pulang? Kecurigaan Namjoon bertambah ketika Namjoon mengirim pesan kepada Taehyung, menanyakan mengapa adiknya itu tidak ikut pulang dengan sang ayah untuk makan siang, dan adiknya menjawab jika ayahnya sengaja memberinya pekerjaan ekstra agar Taehyung tidak pulang kerumah.

Aneh. Pasti ayahnya merencanakan sesuatu dan Namjoon tidak tau itu apa. Yang pasti ibunya terlibat, karena beberapa menit yang lalu ibunya terkesan tergesa-gesa dan sekarang sedang membuat kue di pantry.

"Jadi, kapan liburanmu akan berakhir?"  Tanya Tuan Kim pada Namjoon, memecah keheningan diantara mereka

"Saya belum tau. Sepertinya agak lama."

"Aneh juga universitasmu. Kenapa mereka memberikan cuti sangat banyak padamu? Apa karna kau dosen teladan?"

"Mungkin begitu, apalagi saya memang tidak pernah mengambil cuti."

"Ya terserahlah. Lebih baik kau cuti selamanya saja asal tidak usah kembali."

Namjoon langsung berhenti mengunyah makanannya, sejenak menghela napas berat sambil menutup mata. Kenapa Namjoon bodoh sekali? Sudah pasti ini maksud ayahnya, dia pasti akan menyuruh Namjoon tidak kembali ke Amerika.

"I dont want to talk about this."

"Jangan melarikan diri. Kau sudah tau kan, ayah pasti akan seperti ini jika kau pulang. Salahmu sendiri kenapa pulang kesini?"

Namjoon meletakkan garpunya dengan kasar ke atas meja, "Ayah tidak senang saya pulang, begitu? Kalau tau begini saya liburan ditempat lain saja."

Tuan Kim terdiam. Bertahun-tahun dengan karakter seperti ini, dengan cara bicara seperti ini, selalu saja tidak berhasil. Apakah memang keinginannya untuk menjadikan Namjoon penerus perusahaan itu salah? Apa dia egois? Tidak. Namjoon itu berbeda, dia genius, tidak sama seperti dirinya ketika masih muda.

"Hey Namjoon, ketika kau masih muda, kau pasti berpikir bahwa keputusanmu ini adalah yang paling tepat. Jangan sampai kau menyesalinya."

"Seharusnya ayah berhenti memaksa, karena ayah juga dulu menolak keinginan kakek."

"Hey! Kau masih mau mengungkit itu lagi? Sudah kubilang itu adalah 2 hal yang berbeda. Kau tidak sama dengan ayah! Kau itu pintar!"

"Saya juga tau itu. Yoongi juga sudah menjelaskan semuanya. Dia bilang ini tentang tanggung jawab dan tentang Taehyung."

Tuan Kim agak terkejut, "Oh ya? Yoongi bilang begitu? Seharusnya kau mendengarkannya kan?"

"Kenapa saya harus mendengarkannya? Pertama, dia itu gila. Kedua, kenapa semua orang menyudutkan saya sebagai orang yang egois? Apa saya harus menuruti keinginan semua orang supaya tidak egois?!" Namjoon berujar kesal. Terlampau kesal hingga membuat Tuan Kim terdiam beberapa saat.

Tuan Kim kembali menghela napas, baiklah. Mungkin hal ini tidak perlu diperdebatkan lagi.

"Kalau itu maumu baiklah, silahkan lakukan. Tapi ingat satu hal. Jika menurutmu menjadi dosen di sana itu adalah pilihan terbaik, buktikan bahwa kau tidak akan pernah mengecewakan ayah. Karena jika kau mengecawakan ayah, maka ayah tidak akan berpikir dua kali untuk menyeretmu kemari! Sebaiknya kau menghabiskan waktumu agar selalu menjadi dosen terbaik, Namjoon."

Arrogant NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang