Kesembilan remaja yang berniat mencoba memainkan sebuah game misterius justru malah terjebak dan di permainan oleh game tersebut, jalan keluar yang tak kunjung datang membawa banyak permasalahan dan pertikaian pada mereka, lalu bagaimana cara mereka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah hampir sepuluh menit Renjun terus berjalan bolak-balik seperti setrikaan, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Tap!
Ia menghentikan langkahnya.
"Teman-teman!" Panggilnya.
Dengan kompak teman-temannya menoleh ke arahnya.
"Apa tidak ada mantra untuk keluar dari sini?" Tanyanya.
Haechan menggelengkan kepala, "mana ku tahu."
"Aku tidak tahu tapi coba kita cari di internet," jawab Yoshi, lalu meraba sakunya mencari ponsel miliknya.
"Aish! Aku lupa tidak ada ponsel dan internet disini," ucapnya, yang langsung mendapat helaan nafas dari Haechan.
"Dari artikel yang kubaca sebelumnya tidak ada yang menyebutkan mantra untuk keluar dari sini, kita hanya bisa keluar jika menyelesaikan misi itu," jawab Asahi.
"Lalu apa kita akan menyelesaikan nya?" Tanya Haechan.
"Maksudmu dengan saling membunuh?" Jeno balik bertanya.
"Pokoknya tidak boleh ada yang saling membunuh!" Tegas Jihoon.
"Atau bagaimana jika kita bunuh diri bersama-sama dengan pisau tadi? Jika kita mati bersama-sama siapa tahu kita bisa keluar bersama-sama juga." Usul Haechan.
"Cukup sudah, jangan lakukan hal gila lagi!" Sanggah Yedam.
"Ya baiklah."
Hari yang cukup berat ini dilalui oleh mereka hanya dengan terus berpikir dan berdebat untuk mencari jalan keluar, sampai tak terasa matahari sudah berada di ujung barat dan hari sudah mulai gelap.
"Sebentar lagi malam tiba, kita akan tidur dimana?" Tanya Renjun.
"Di sini ada tiga kamar, tapi kurasa lebih baik kita tidur di sini bersama-sama saja, kalian tidak keberatan kan? Jika terus bersama-sama kita bisa saling menjaga," usul Jaemin.
"Aku setuju, lebih baik begitu," jawab Renjun.
"Apa kita perlu membuat api unggun atau semacamnya untuk penerangan?" Tanya Jihoon.
"Tidak perlu, disini ada lilin dan juga pemantik api," jawab Jaemin.
"Apa ada barang lain disini?" Tanya Haechan.
"Seperti yang kau lihat, hanya ada sofa, kasur, pisau, kain, lilin, pematik api, sapu, lap pel, dan barang lainnya yang tidak berguna, itu saja yang baru aku temukan," jawabnya.
'Tidak ada yang bisa kumanfaatkan rupanya,' gumam Haechan.
"Ayo kita lakukan sesuatu yang tidak membosankan!" Ajak Jaemin, lalu ia mengambil lilin dan juga pematik api itu dan mulai menyalakannya di tengah-tengah mereka berkumpul.