prolog

631 50 5
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya...

Maaf, typo bertebaran...

Happy reading...

🍂🍂🍂

Disebuah jalanan kota Jakarta yang sibuk, terlihat seorang gadis yang sedang berlari dengan kenjang. Dia berlari bukan karena bahagia ataupun dikejar seseorang, tapi ia berlari karena panik. Sang ayah saat ini sedang berada di rumah sakit karena terkena serangan jantung.

Jingga Aleta Maheswari, itulah nama gadis cantik itu, dalam hati dia terus berdoa agar sang ayah baik-baik saja. Semoga Tuhan selalu melindungi pria terhebat dalam hidupnya. Hingga jantungnya berdebar dua kali lebih cepat saat melihat tempat tujuannya sudah dekat.

"Pa, Jingga mohon bertahan," gumam Jingga berusaha mencari UGD, hingga dia melihat dua orang yang sangat dia kenali.

"Ma, Kak, Papa gimana?" tanya Jingga berusaha mengontrol napasnya yang tidak beraturan.

"Masih didalam," jawab Diandra Nadya Maheswari, kakak kandung Jingga.

"Semoga Papa baik-baik aja," gumam Jingga yang sukses membuat dirinya mendapat tatapan tajam dari sang ibu.

"Baik-baik saja?" tanya Julia menatap putri bungsunya tajam.

"Iya Ma, semoga Papa baik-baik aj-..." perkataan Jingga terpotong karena sebuah tamparan dipipinya. Tamparan yang baru pertama kali dia dapatkan dalam hidupnya, dan itu diberikan oleh sang ibu.

"Mama kenapa nampar aku?" tanya Jingga menatap sang mama dengan tatapan tak terbaca. Tapi bukannya menjawab, Julia malah kembali menampar pipi sang anak untuk kedua kalinya.

"Semua ini salah kamu," desis Julia menatap Jingga tajam.

"Ma udah, kita lagi ditempat umum," kata Dian menenangkan sang ibu, takutnya wanita itu juga ikutan sakit.

Jingga? gadis itu hanya menatap sang ibu dengan tatapan sendu dan juga tak mengerti. Semua ini salahnya? tapi kenapa? Jingga rasa hari ini dia tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Hingga lamunannya buyar saat melihat dokter keluar dari ruang UGD.

"Bagaimana keadaan suami sayang dokter?" tanya Julia panik.

"Maaf, Allah lebih menyayangi suami anda," jawab dokter yang sukses membuat perasaan ketiga wanita itu campur aduk.

"Maksudnya? Papa saya selamatkan Dok?" tanya Dian berusaha untuk berfikiran positif.

"Pasien telah meninggal dunia," jawab dokter tersebut.

"Nggak mungkin, Dokter jangan becanda ya," kata Jingga yang tak terima jika sang ayah sudah meninggal dunia.

"Yang sabar mbak," ucap dokter tadi yang dianggap angin lalu oleh Jingga. Karena dia memilih untuk berlari masuk ke dalam ruang UGD untuk melihat sang ayah.


"Papa? kenapa Papa tidur di sini?" tanya Jingga berjalan mendekati tubuh kaku sang ayah

"Pa, ayo bangun. Pulang sama Jingga yuk," ucap gadis itu lagi berusaha membangunkan sang ayah.

"Puas lo udah bunuh Papa?" tanya Dian menatap tubuh kaku yang ayah dengan sedih.

"Maksud lo apa?" tanya Jingga menghapus air matanya cepat.

"Semua ini salah lo Jingga!! kalau bukan karena lo Papa nggak akan ninggalin kita!!" teriak Dian keras.

"Kalau aja lo nggak pacaran sama Gavin semua ini nggak akan mungkin terjadi," lirih Dian sambil memeluk sang ayah.

"Gavin? dia ngapain Kak?" tanya Jingga yang masih tak mengerti.

"Kamu kerjasamakan sama pacar kamu itu, biar kamu bisa kuasai harta Papa kamu?" tanya Julia menarik tangan sang putri dengan kasar.

"Maksud Mama apa?" tanya Jingga sambil terisak.

"Nggak usah pura-pura baik! sekarang kamu pergi dari sini. Jangan pernah menunjukkan wajah munafik kamu didepan saya!!" teriak wanita tua tersebut mendorong sang anak menjauh dari jasad suaminya.

"Ma, Jingga mau liat Papa," lirih Jingga berusaha mendekati sang ayah, tapi sayang Julia terus menghalanginya.

"Jingga, pergi dari sini sebelum saya jebloskan kamu ke dalam penjara," tegas Julia menatap tajam sang putri.

"Ma," lirih Jingga dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, dia hanya ingin melihat sang ayah. Kenapa mamanya menjadi seperti ini? kenapa wanita ini menghalangi dia untukelihat papanya untuk terakhir kalinya.

"Keluar!!" teriak Julia menarik Jingga untuk keluar dari ruangan UGD, setelah itu wanita it menutup pintu dengan kasar.

"Ma, toling izinin Jingga buat liat Papa," isak gadis itu berusaha masuk, tapi sepertinya pintu sudah dikunci dari dalam.

"Pa, maafin Jingga," batin Jingga yang masih terisak didepan ruang UGD.

TBC

Suka nggak?
Kalau suka tinggalkan jejak ya
Vote dan komentarnya.

See you next chapter..

Tiara Yulita

2 Maret 2022

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang