My sweet romeo✧*。

26 2 0
                                    

Ryu menatapku bete setengah mati. Aku cuma nyengir sambil menggigiti ujung kuku dengan gugup. Dikiranya aku nggak bete, gitu?

"Gue nggak ngerti sama lo. Kenapa sih kemarin malem nggak jawab? Malahan duet sama Ardan, lagi. Maksud lo apaan,sih?" Ryu melengos. Dia melemparkan bola basketnya asal.

"Lo pikir gampang apa buat desain tempat yang luar biasa romantis kaya gitu?" ujarnya sewot.

"Iya, iya."Aku sebenernya mau ngoreksi tuh omongan. Ikhlas nggak sih buatin kaya gitu buat aku?

Aduh, aku malu sendiri kalau inget kejadian semalem. Padahal kan aku tinggal bilang, "Aku juga suka kamu." Gitu kan beres, Dasar dua makhluk itu  Duetku sama Ardan emang bisa dibilang sukses. Sempet nyamber juara 2 malah. Tapi, ungkapan perasaanku ke Ryu lewat lagu yang aku nyanyiin kemaren malem ternyata gatot. Bisa dilihat dari tampang kaya jeruk perutnya waktu dia nyamperin aku buat joging bareng. Padahal aku nyanyinya penuh perasaan banget, lho. Ah, dasar Ryu nggak peka. Dasar nggak punya jiwa seni.

"Kalau seumpama gue nolak, lo kecewa, nggak?"Dasar mulut sialan! Kenapa sih aku musti ngomong kaya gini? Udah jelas kalau aku suka sama dia, kok.

Ryu menatapku kaget. "Ya udah, cari cewek lain. Gitu aja susah," balasnya ketus bin senewen.

Aku menggigit bibir, kikuk. "Ehm..., sebenernya..."

"Well, gini aja gue punya cokelat sama keju," Ryu mengacungkan dua benda itu padaku. Dari mana bisa ngedapetinnya, sih? "Dalam itungan ketiga, lo sama gue musti milih salah satu. Keju pacaran, cokelat putus."

Cokelat putus, keju pacaran... Coklat...., keju...., putus...., pacaran....,

"Satu..., dua..., tiga..."

Tanganku bersilangan dengan tangan Ryu. Dia menatapku terperangah. Setengah percaya, setengah tidak. Aku menundukkan kepala dalam-dalam.

"Lo yakin pilih cokelat?" Ryu mengalihkan pandangannya dariku. Aku mengangguk pelan. Dia menahan napas. "Gue akan minta sama bokap lo buat batalin pertunangan ki..... Hey, apa-apaan sih lo?!!"

Ryu langsung bangkit begitu aku mencolekkan krim cokelat ke pipinya.

"Lo lupa, ya?" Aku menatapnya.

Ryu memandangku bingung. "Lupa?"

Aku nggak bisa nyembunyiin senyumku. "Gue alergi keju, Ryu. Lo lupa kalau gue bisa bed rest seminggu kalau makan keju?"

Aku langsung ngakak melihat tampang bego Ryu. Katanya jawara wahid se- BA, nyatanya bisa juga pasang tampang mirip orang kena stroke dadakan gitu. "Ehm...." Ayo bilang, Aurell. atau lo akan kehilangan dia lagi.

Ryu tambah bengong waktu aku menyanyikan "Kuingin selamanya" Ungu dengan lirih. Aku tersenyum kikuk menatapnya.

"Ri-kun, atashi mo daisuki( aku juga sangat menyukaimu)." Susah payah kutelan liurku sendiri. Duh, serasa nelen meteor, ya. Perasaan waktu aku nembak Ardan dulu juga nggak kaya gini, kok.

"Hah?! Lo bilang apa? Gue nggak denger?" Ryu mengangkat kepalaku. Dia tersenyum penuh kemenangan.

Aku menatapnya kesal. "Je t'aime"

"Sorry aja ya, Rell. Gue lagi pilek nih, so telinga gue ikutan eror. Bisa kerasin dikit, nggak?"

Argh...., cowok ini. Ternyata, dia aslinya tetep nyebelin pangkat dua. "Aishiteru! Sarangheyo! Ti amo! Je t'aime!  Wo ai ni! I love you!" Aku meneriakkan semua kata-kata yang aku inget artinya sama dengan " aku suka kamu". Aku udah nyerah kalau kali ini dia nggak denger. Aku sumpahin punya telinga kuda sekalian.

Ryu mengacak rambutku. "Lo mau nembak apa nagih utang, sih?"

Aku menatapnya malu-malu. Tiba-tiba, ada sesuatu yang terlintas  di benakku. "Kemarin lo bilang mau pergi. Mau pergi kemana lagi?" Entah kenapa, jantungku berdetak cepat begitu nyebutin kata pergi.

"Oh...., itu. Nggak udah dipikirin."

APA?! Nggak usah dipikirin?!. Enteng banget dia ngomongnya. Dia mau buat aku nangis air bah lagi, ya?

"Kenapa nangis lagi, sih? Perasaan semakin bongsor lo jadi gampang nangis. Gue salah ngomong, ya?" Ryu bangkit dari tidurnya, lalu menatapku. Mata beningnya berputar bingung.

"Nggak pa-pa.  Nggak usah dipikirin," balasku ketus. Aku membuang muka dan mencoba menghilangkan perasaan nggak enak. Aku mohon jangan pergi lagi. Apa masih nggak cukup kamu pergi sampai memoriku tentang kamu ilang semua?

"Ya ampun, Aurellia,"Ryu menepuk jidatnya. "Please, deh! Gue tuh mau balik ke Jepang. Pulang kampung sekalian liburan. Lo pikir gue mau ke mana? Lo nggak mau liat festival musim panas? Lo nggak mau pulang ke Kobe? Tiga minggu holiday lho."

Apa?! Pulang kampung? Aku bengong sendiri ngeliat Ryu. Dia tertawa pelan. Sedetik kemudian, dia menarik tanganku.

"Remember me deep inside, in your mind, in your real life. You know that I Love You not only for now but also forever. I can't let you be alone again." Ryu tersenyum. Dia menarikku ke atas sepedanya.

"Lo serius?" Sekalipun nilai bahasa Inggrisku parah, tapi aku ngerti kok maksudnya Ryu.

"Duarius"

Senyumku langsung terkembang. Ah..., Ryu. Aku menatap kacamata yang nangkring manis di mata sipitnya. I like you because you are prince in my life, in my fairy story, in my mind, in ny whole life. Cause you are my prince charming . Cukup buatku karena kamu orang yang paling baik buatku.

Ryu mengayuh sepedanya pelan. "Rell, nyanyiin lagu 'Bintang di Langit' itu!"

"Lo gila, apa? Ini tuh siang, Dudul! Gue bisa dikira nggak waras kalau nyanyiin lagu itu," protesku sewot. Ryu ngakak.

Aku merentangkan tangan. Menikmati angin yang mempermainkan rambut pendekku. You are my sweet Romeo.

My Annoying Engaged(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang