Kenyataan yang tak sesuai harapan

32 3 1
                                    


"Bapak sakit. Sepertinya penyakit jantungnya kambuh lagi Tuan."

Agra langsung menancapkan gasnya setelah mendapati telepon dari seorang pembantu di rumahnya. Di dalam mobil Agra dan Kayla tampak saling diam membisu. Agra fokus dengan menyetir mobilnya sedangkan Kayla melihat ke arah jendela kaca tanpa memandang Agra sedikitpun.

Setelah mendengar pembicaraan Agra tadi bersama temannya sungguh membuat Kayla sakit. Sangat sakit. Hingga membuatnya bahkan ingin mundur jika terus seperti ini. Karena akan lelah jika terus berada dalam lingkaran  sandiwara.

Di dalam rumah. Agra segera membuka pintu kamar sang Ayah. Di ikuti oleh Kayla yang tentu saja sangat khawatir dengan keadaan Ardi. Karena dia begitu menyayangi pria paruh baya itu mengingat selama ini selalu membantu panti asuhan dan itu berarti membantu dirinya juga. Di lihatnya kini Ayahnya tengah berbaring dengan tubuh yang lemah dan juga wajah yang pucat.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Agra kepada salah seorang pembantu disana yang menjaga Ardi.

"Bapak masih merasakan nyeri tuan."

"Kenapa kamu tidak panggilkan dokter?" Agra menatap pembantu itu dengan raut wajah marah dan panik.

"Anu Tuan. Bapak hanya mau di periksa tuan," jawab sang pembantu dengan tertunduk ketakutan. Sedangkan Ardi kini tampak lemas. Matanya terpejam menahan sakit.

Agra panik. Segera dia mengambil peralatan medisnya di kamar sebelah. Lalu segera memeriksa keadaan sang Ayah. Memberinya obat lalu memasang selang infus ke tangannya.

Sedangkan Kayla kini berada di dekat Ardi. Raut wajahnya terlihat khawatir seperti seorang anak yang melihat ayahnya sakit.

Tak lama kemudian. Kondisi Ardi kini sudah membaik. Rasa nyeri di dadanya kini berkurang setelah Agra memberinya pengobatan. Hingga dia kini bisa sedikit berbicara.

"Papa mau minum?" tanya Kayla perhatian.

"Boleh nak."

"Ini Pah." Kayla memberikan segelas air minum. Lalu hendak membantu sang mertua untuk bangun. Hanya saja dia tak kuat untuk itu. Badan Ardi terlalu berat. Hingga tanpa bicara apapun. Agra yang membantunya seolah mengerti.

Kayla memberikan minuman itu pada Ardi.

"Terimakasih Nak."

"Iya Pah."

"Bagaimana sekarang keadaan Papa? Sudah sedikit baikan?" tanya Agra seraya duduk di samping pria yang begitu berarti baginya.

"Sudah hanya saja masih lemas."

"Syukurlah Pah. Itu memang biasa. Yang terpenting nyerinya sudah hilang."

"Iya Agra."

Kayla kini sibuk memijat kaki Ardi. Raut wajahnya begitu khawatir. Ardi sudah dia anggap sebagai ayahnya sendiri. Melihat itu Agra begitu terenyuh. Namun dia tetap memasang wajah datar di hadapan Kayla. Namun sesekali bersandiwara dengan tersenyum di depan sang Ayah.

"Kayla, Agra!" Panggil Ardi pada keduanya.

"Iya Pah." Jawab Kayla dan Agra berbarengan.

"Papa mau bicara penting pada kalian.

"Silahkan Pah," ujar Kayla lembut seraya tersenyum.

"Jika nanti Papa tidak ada. Papa mohon tetaplah bersama. Terutama kamu Agra. Jangan pernah tinggalkan Kayla. Papa sudah yakin bahwa Kayla adalah istri yang terbaik untukmu. Setelah itu harapan Papa ingin segera melihat cucu. Sepertinya Papa akan tenang untuk pergi jika melihat terlebih dahulu anak kalian. Papa tidak minta apa-apa. Papa hanya menginginkan itu. Kalian harus berjanji pada Papa."

Wanita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang