Keesokan harinya. Kayla kini terbangun dari tidurnya yang lelap hingga tak sadar bahwa kini sudah kesiangan untuk shalat subuh. Kali ini tubuhnya sudah terasa membaik. Panasnya sudah sedikit menurun meski tetap masih ada rasa pusingnya.
Tak lama kemudian. Agra baru saja keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk pendek saja. Kayla sontak saja terkejut dan langsung membalikan badannya ke arah kanan.
Begitupun dengan Agra yang seketika malu. Dia langsung pergi ke ruang ganti. Dan memakai baju kantornya yang sudah di siapkan pelayan sejak tadi pagi.
"Maaf aku tidak sengaja. Ku pikir kamu masih tidur," ujar Agra setelah selesai memakai bajunya. Menghampiri Kayla yang kini masih berbaring di atas kasur dengan wajah yang merah menahan malu.
"Tidurlah ke kiri. Tanganmu jangan terlalu bergerak karena masih terpasang selang infus," ujar Agra saat Kayla masih saja menghindar melihatnya.
Kaylapun menurut. Dia membalikan badannya yang seketika ada Agra di sampingnya.
"Bagaimana sekarang? Apa sudah baikan?" tanya Agra pada Kayla.
"Hmmm lumayan."
"Apa masih pusing?"
Kayla mengangguk. Agra kini kembali memeriksa keadaannya.
"Maaf aku sedikit menyentuhmu," ujar kembali Agra saat kini tangannya menyentuh kening Kayla dan juga tangannya.
"Seluruh tubuh ini memang hak mu. Tapi aku menghargaimu. Takut tanganmu itu menyentuh kulit wanita yang begitu rendah sepertiku."
Deg
Agra tampak merasa bersalah saat Kayla mengatakan hal itu. Dia tak menyangka bahwa kata-katanya pada saat itu sungguh begitu membekas di hati Kayla.
"Kayla bisakah kamu tidak mengatakan hal itu lagi? Maafkan aku jika kata-kata itu begitu menyakitimu."
Kayla tersenyum getir mendengarnya.
"Dulu aku selalu menonton kisah cinderella. Aku selalu terenyuh dengan jalan ceritanya. Dimana seorang wanita yang dulu kehidupannya sangatlah rumit dan banyak rintangan. Namun pada akhirnya dia di pertemukan dengan pria baik yang begitu tulus mencintainya. Dari kecil aku tak pernah merasakan sosok orang tua. Terkadang aku selalu iri terhadap teman-teman di sekolahku yang memiliki orang tua yang lengkap. Namun aku selalu mengobati hatiku. Dengan selalu berharap suatu saat nanti akan ada pria yang dapat membuatku bahagia. Mengisi kekosonganku. Dan menemani hidupku hingga akhir usia. Namun nyatanya aku terlalu berharap tinggi. Hingga ketika harapan tak sesuai kenyataan. Hatiku terasa sakit. Sangat sakit."
Kayla bercerita mengeluarkan segala isi hatinya. Dengan air mata yang kembali berderai meski dia sudah menahannya.
Agra terpaku diam. Kata-kata Kayla seakan menusuk hingga jantungnya. Membuat Agra merasa bersalah. Telah menyeret wanita yang polos ini kepada penderitaan karena bersamanya.
"Maaf. Hanya kata itu yang kini bisa ku ucapkan padamu," ujar Agra tak tega.
"Tidak apa-apa. Maaf kalau akhir-akhir ini aku terlalu cengeng." Kayla berusaha untuk tetap tegar meski rapuh. Tangannya mengusap kasar air mata di pipinya.
"Tidak apa-apa. Aku memang lelaki brengsek. Tapi aku tak pernah tega melihat wanita menangis. Meski sekarang aku tidak bisa menjadi suamimu. Anggaplah aku sebagai apapun yang kamu mau. Teman, sahabat, ataupun Kakak. Aku siap menjadi dari ketiganya untukmu," ucap Agra.
"Terimakasih atas penawarannya." ucap Kayla dengan pelan.
"Hari ini jangan dulu ikut ke kantor. Agar kamu cepat sembuh. Nanti aku suruh pelayan dan juga Papa untuk merawatmu disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Pilihan
RomanceSeorang pria yang berprofesi sebagai dokter di jodohkan oleh Ayahnya dengan wanita cantik dan shalihah yang di besarkan di panti asuhan. Awalnya dia tidak mencintai wanita itu karena ada nama seseorang di dalam hatinya yang bersemayam begitu lama da...