Bab 2 Aku dan Dia

40 0 0
                                    



Sejenak kuingat-ingat masa-masa itu, kenalkan Aku Zahrani Alexa seorang siswa sekolah menengah pertama. Saat ini aku masih terlalu dini untuk mengenal dan jatuh cinta. Kata orang hanya cinta monyet, emang monyet jatuh cinta kayak gitu amat. Saat itu aku masih ingat ketika seseorang membantu untuk mengambil tasku yang tersangkut di atas pohon. Kala itu aku sedang dibuli oleh teman-temanku. Dia adalah penyelamatku, sejak saat itulah perasaan itu ada dan dimulai.

" Ini tasmu!" dia menyodorkan tasku

" Terima kasih." Aku masih tertunduk ketakutan

" Hei, lihat aku! jangan takut mereka sudah pergi." Dia menyingkirkan tanganku dari wajahku.

" Mereka jahat, mereka melukai perasaanku, mereka mengejekku habis-habisan," keluhku sambil menangis

"Eits, jangan menangis! Aku Amir Husein, siswa SMA Patimura, aku telah mengusir mereka dan percayalah mereka tidak akan mengulanginya!"sambil tersenyum.

Senyuman itu sampai saat ini masih bersamaku, rasa itu bertumbuh dan bertambah setiap harinya, aku tak bisa menyangkalnya. Dulunya aku adalah seorang korban bulian hingga saat ini aku menjadi orang yang paling percaya diri setelah bertemu dengannya. Dialah orang yang perlahan mengikis rasa takutku. Dialah yang membawa banyak tawa dalam senduku. Aku mengaguminya.

Amir kala itu masih sekolah kelas XII. Dia seorang aktivis sekolah. Seorang yang sangat tampan yang menjabat sebagai ketua OSIS SMA Patimura. Sejak pertemuan itu, aku malah semakin sering bertemu dengannya. Mungkin takdir yang membawanya ke dalam kehidupanku. Kami semakin sering pulang bersama, maklum masa itu masih belum banyak kendaraan, jadi kita harus menempuh jarak dengan berjalan kaki ke sekolah. Banyak tawa, banyak cerita dan banyak kebahagiaan yang hadir setelah dia datang ke dalam kehidupan ku.

Pagi itu, aku kaget karena ada seseorang memanggil dari luar. Suara teriakan Mama, aku sangat mengenali suara itu. Aku heran, tumben Mama meneriakiku sepagi ini.

" Iya, Ma!" sahutku

" Ini ada temanmu datang."

" Siapa, Ma?" Balasku

" Amir, katanya!" balas Mama

Setelah sahutan terakhir dari Mama aku tidak membalasnya lagi, aku tersenyum seperti orang gila di kamarku. Rasaya tidak percaya bahwa Amir datang ke rumahku sepagi ini. Aku langsung merapikan seragamku dan tersenyum di hadapan cermin, entah angin apa yang membawanya datang ke rumahku, tentu aku sangat bahagia. Aku bergegas keluar kamar dan menuruni tangga kayu dengan cepat.

" Selamat pagi, Mama."

" Eh, tumben cerah sekali?" Goda Mama

Aku hanya membalas dengan senyuman, wajahku mulai memerah ketika aku berada di meja makan. Amir juga ikut duduk di sana. Dia memang sering kuceritakan ke keluargaku. Meskipun ini pertama kali dia mendatangi rumahku tetap saja dia langsung akrab dengan keluargaku. Keluarga pun menyambutnya begitu hangat, jadi itu tidak membuatnya terlalu canggung. Mamaku hari ini memasak nasi goreng dan rasanya bertambah nikmat karena dia datang dan sarapan bersamaku. Aku tidak tau, entah mimpi apa aku semalam.

Sarapan berakhir, aku berpamitan dengan Papa dan Mama untuk pergi sekolah. Setiap langkahku akan penuh makna jika berjalan di sampingnya. Aku sangat percaya itu, dia akan selalu menjadi alasan saat tertawaku semain lebar.

" Oh, iya, bang Amir kenapa datang pagi-pagi ke rumahku?"

" Enggak, aku cuma pengen berangkat bareng aja, lagian aku juga pengen denger cerita kamu lebih banyak."

" Kan udah sering cerita, temen-temenku aja udah bosen, denger cerita aku."

" Asal kamu tau, mungkin aku orang yang gak akan pernah bosen dengerin celoteh kamu."

Masih DenganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang