02 🗝️ 'Ingatan Sesat'

442 29 10
                                    

haiiiii!!!
gimana puasanyaa? lancarr kah?
semoga ceritanya bisa nemenin kalian pas lagi gabut yaa hehee


















.
.
.











"Namra.." dengan suara yang lirih, Shaga berdiri di depan pintu kamar Namara. Kedua pipinya merah merona, sepertinya ia mabuk.

"Shaga? Kok bisa ad--"

Brukk!

Shaga menubrukkan tubuhnya ke dekapan Namara, membuat gadis itu refleks memeluknya.

"Shaga! Woii! Bangunn!! Shaga! Ga!!"





🎬 🎬 🎬






🌄 Esok Paginya 🌄

Namara membuka matanya secara tiba tiba, matanya langsung dalam kondisi melotot. Hal pertama yang nampak pada iris matanya adalah bantal putih dan bagian samping kasurnya kosong.

"Gila! Kok gue mimpi gitu gituan sih.." herannya kemudian mendudukkan bokongnya. Namara melihat ke sekelilingnya tuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun di dalam hotelnya, maksudnya Shaga. Saat matanya membuktikan bahwa hanya ia hanya seorang diri disana, Namara pun turun dari kasur.

Saat ia hendak berjalan ke toilet, Namara berbalik badan dan mengarah ke depan meja rias. Tujuannya tuk mengaca. "Ngg? Kok gue pake baju ini?? Bukannya semalem.. Gue pake piyama handuk ya?" ia kembali terheran heran. Entah kenapa karena terbawa mimpi anehnya semalam, Namara jadi berpikiran kemana mana.

"Ahh gak mungkin. Udah jangan diinget lagi! Stop Namara! Stopp!!" ia bahkan memukuli palanya berkali kali tuh menghentikan pikirannya tentang mimpinya itu. Setelah itu Namara pun masuk ke dalam toilet untuk mandi. Hari ini ia harus pergi ke kantor walaupun sudah tak bersemangat lagi dan pastinya akan berhadapan dengan Shaga.

Setelah aktivitasnya berjalan selama hampir satu jam, Namara pun siap berangkat ke kantor. Seperti biasa ia memesan taksi online, karena Namara tidak punya mobil alias mobilnya ada di rumah sedangkan ia kini sedang cabut dari rumah.

Ketika di dalam taksi, tiba tiba sebuah pikiran aneh muncul dan itu tidak ada di dalam mimpinya.

Inilah isinya,

"Namra.." Shaga berdiri di depan pintu kamar Namara, ia terlihat lunglai.

"Shaga? Kok bisa ad--"

Brukk!

Shaga menubrukkan tubuhnya ke dekapan Namara, membuat gadis itu refleks memeluknya. "Shaga! Woii! Bangunn!! Shaga! Ga!!" mendengar teriakannya, pria itu pun membuka matanya dan melepaskan diri dari dekapannya.

Wajahnya yang merona menatap sendu gadis di depannya itu. "Namara.. Aku minta maaf.." ia kemudian bergumam, ucapannya terdengar tulus.

"Hah? Minta maaf? Buat??"

"Dulu aku udah ninggalin kamu gitu aja. Padahal waktu itu papa belum ada niatan buat seriusin hubungan kita.. Aku terlalu egois" jujur Shaga setengah sadar. Bisa dibilang pria ini 85 persen dibawah radar alkohol.

"Oi! Jangan bilang lo mabuk ya??" tudingnya seraya mengeluh. "Ck ck, ngapain pake minum minum segala sih! Nyusahin aja" omelnya kemudian menarik Shaga masuk ke dalam dan membiarkan pintunya tertutup. Ia membawanya duduk di sofa, sementara dirinya pergi mengambil air putih.

"Haahh.. Panasnya" keluh Shaga, perlahan melepaskan jasnya dan mengibaskan tangannya ke area lehernya yang kegerahan.

Namara pun datang dengan membawa botol air mineral, lalu memberikanya. "Nih, buruan!" ia akhirnya menyuapi Shaga karena pria itu nampak sudah dibawah alam kesadarannya. "Augh, Shaga shaga" ia menggeleng gelengkan kepalanya.

My Naughty MentorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang