Playing With The Devil 8

11.6K 324 29
                                    

"D-D-Dik ...."

Betapa pun besar Eliz mengupayakan usahanya, tapi nama itu tetap saja tak bisa tuntas ia ucapkan. Selalu ada saja yang membuat ia menjadi gagal dalam upayanya. Untuk menciptakan jarak dan waktu yang ia butuhkan. Dalam tuntunan tubuh yang menginginkan ketenangan.

Oh, astaga. Saat ini Eliz dan ketenangan adalah dua kutub berbeda yang tak saling mengenal.

Karena sangat mustahil rasanya Eliz bisa tenang tatkala ada sentuhan bertubi-tubi yang ia terima. Di bibirnya. Dengan teramat lembutnya. Yang dalam deburan begitu keras justru mengguncang dirinya.

Dika layaknya polisi yang tidak memberikan kesempatan bagi buronannya untuk kabur. Tidak memberikan kesempatan untuk Eliz bisa melepaskan diri darinya. Karena ketika bibirnya sudah kembali menjajah bibir Eliz, maka Dika mendapati dirinya yang telah berubah. Dari seorang polisi menjadi seorang pemburu.

Lantaran satu kecupan yang ia dapatkan membuat Dika tak bisa lagi berpikir dengan waras. Ia tak dapat berhenti. Menyadari bahwa satu sentuhan yang ia ambil menuntut dirinya untuk mendapatkan sentuhan selanjutnya.

Dika menahan tekuk Eliz. Menelengkan kepalanya. Membuka bibirnya. Menjulurkan lidahnya. Lau bergerak dalam satu usapan yang membuat Eliz menahan napas di dadanya.

Tubuh Eliz bergetar hingga ke ujung kaki. Jari-jarinya menekuk dalam dorongan yang tak mampu ia tahan. Sensasi aneh nan asing itu membuat ia makin tak mampu berpikir lagi. Alih-alih terdesak dalam jurang tanpa kesadaran.

Basah dan hangat.

Eliz mendapati tubuhnya seperti mati rasa, tapi anehnya jutru mampu dengan jelas merasakan kesan itu. Yang membuat ia makin tak berdaya. Terombang-ambing dalam pusaran yang tak mampu ia jelaskan. Apakah itu?

Tak ada yang bisa menjawabnya. Tak pula ada yang berniat menjawabnya. Karena Eliz pun alih-alih menanyakannya, ia justru melakukan hal yang sebaliknya. Tanpa sadar diam. Di sela-sela erangan yang entah bagaimana bisa lolos dari tenggorokannya.

"Aaargh ...."

Eliz membuka matanya. Yang entah sejak kapan terpejam dalam buaian ciuman yang Dika labuhkan. Ia mengerjap, sekali. Hanya untuk menyadari dalam hitungan yang amat cepat. Betapa memalukannya suara itu. Terkesan erotis. Penuh dengan nada sensual. Tapi, nahasnya tak bisa ia tahan.

Ada desakan dalam dada Eliz yang memberontak. Mendorong tubuhnya memberikan reaksi di luar nalar yang tak pernah ia duga sebelumnya. Bahwa ketika ciuman itu semakin dalam menjajah bibirnya, ia makin terperosok dalam lembah yang memerangkap dirinya.

Eliz tak bisa kabur. Eliz tak bisa melarikan. Lebih dari itu Eliz hanya bisa pasrah. Terbawa aliran yang membuat ia tak melakukan apa-apa tatkala lidah Dika memberikan usapan yang selanjutnya.

Karena ketika sekali usapan ia lakukan, Dika mendapati bagaimana sensasi itu menarik dirinya. Membuat ia ingin melakukan hal yang serupa untuk yang kesekian kalinya. Dan itulah yang ia lakukan.

Lidah hangat cowok itu kembali melakukan penjelajahannya. Meraba kedua belah bibir Eliz dengan pergerakan samar yang membuat tubuhnya terasa memanas. Oh, bagaimana bisa? Sementara di luar sana hujan beserta angin tengah memerangkap bumi, di sini ia justru merasakan yang sebaliknya.

Kelembutan bibir Eliz membuat Dika tak mampu untuk berpikir. Ia tak ingin membuang-buang waktu hanya demi mendapatkan satu jawaban yang tak penting. Lantaran di saat ini, pada waktu ini, di mata Dika tidak ada yang lebih penting lagi selain mendobrak pertahanan tak seberapa yang tersisa dari Eliz.

Dika menekan bibir Eliz. Untuk kemudian dengan menggunakan ujung lidahnya, ia menyelinap di antara bibir yang telah memberikan setitik celahnya. Ia menusuk. Ia masuk. Dan telinganya mampu mendengar. Ada desahan tertahan yang berasal dari cewek itu.

The Devil 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang