Guys! Senang banget sama respon kalian di chapter sebelumnya.
Jadi pengin banyak sharing sama kalian deh, biar bisa tau dari masing-masing daerah 😀
Perlu ku ingatkan lagi, cerita ini tetap cerita fiksi ya walaupun disajikan dengan kehidupan yang tak jauh dari sekitar kita. Jadi, untuk konflik ataupun membahasan sesuai dengan apa yang aku ketahui selama ini.
Jika ada kesalahan/kekurangan kalian bisa mengingatkan aku ya.
So, happy reading 🤗❤️
oOo
Wisnu meletakkan handphonenya usai menghubungi sang istri. Pria tersebut lalu menatap orang yang ada di depannya, wanita paruh baya bernama Bu Sulastri selaku ketua kader posyandu Desa Blimbing.
"Nggih mohon maaf, Bu. Ini tadi sudah tak tanyakan istri, katanya manut saja seperti sebelumnya. Kalau biasanya dibelikan sama ibu-ibu sekalian ya tidak masalah. Untuk dananya panjenengan (anda) bilang saja anggaran berapa, besok saya aturke(berikan)." Jelas Wisnu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh istrinya.
"Nah, kalau beginikan enak toh Pak. Ada komunikasinya, lha saya kalau langsung beli sendiri kan ya ndak enak, siapa tau mau dicarikan sendiri sama bu kades."
Wisnu hanya tersenyum tipis sembari menggeleng kepala. "Ndak Bu, seperti sebelumnya saja. Lagi pula panjenengan (anda), yang sudah paham apa yang diperlukan dan lain kali kalau ada apa-apa langsung bilang ke saya kalau nggak ke istri saja, Bu. Jadi kalau ada sesuatu yang kurang enak, tidak akan ada timbul masalah."
Wanita yang bernama Sulastri itu terkekeh, lalu mengatakan jika memang ini hanya kesalah pahaman dan kurangnya komunikasi yang terjalin. Setelah mendapat persetujuan dari Pak Kades, dia berlalu meninggalkan ruangan kepala desa.
Wisnu hanya bisa menghela nafas, belum genap satu bulan menjabat saja dia sudah mendapat komplin dari warganya.
Berbeda dengan Amel, wanita itu tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Hingga meluapkan rasa kesal itu dengan menceritakan pada Wening, rekan kerjanya.
"Ya kalau dia paham ya mestinya langsung ngomong ke aku lah, Mbak. Wong kemarin waktu rapat ya ketemu. Kalau nggak ke aku ya setidaknya lapor ke Mas Wisnu lah, dan mestinya ngomongnya tuh sebelum kemarin. Kalau kayak gini ya sing malu ya aku no, padahal aku sendiri belum tau cara kerjanya gimana." Ujar Amel kesal, mengingat kemarin pulang kerja dia mendapat laporan dari ibu-ibu posyandu yang mengatakan kalau bulan ini tidak ada PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dikarenakan belum ada penyerahan dana dari Pak Kades.
"Lagian lho kalau dana desa belum turun, mestinya Mas Wisnu tetap bakal kasih uangnya dulu wong ya ini juga pengeluaran penting."
Wening yang kemarin mengantar anaknya ke posyandu pun mengerti keadaan pasti di lapangan. Memang benar adanya, jika Bu Sulastri secara terang-terangan mengatakan jika dia belum mendapatkan dana dari Pak Kades untuk PTM bulan ini. Namun, sebagian dari ibu-ibu juga memberi saran untuk Bu Sulastri melaporkan pada Pak Kades, karena mungkin ibu-ibu yang lain paham kalau kepala desa mereka masih baru dan masih tahap adaptasi dengan cara kerja sebelumnya.
"Ya tapi ibu-ibu yang lain paham kok, Mel. Kadesnya baru, jadi ya masih belajar toh. Kalau nggak anak buahnya yang lapor ya tau darimana." Ujar Wening bermaksud menenangkan rekan kerjanya. "Ya dirimu tau sendiri kan, kalau Bu Sulastri itu orangnya bu mantan kades, ya bukannya suudzon tapi ibu-ibu kemarin banyak yang gibahin kalau Bu Lastri masih belum terima sama hasil pemilihan kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Kades
Literatura FemininaHolla!! Anak baru menetas nih :) lagi-lagi tak jauh dari age-gap dan kehidupan di desa. Semoga kalian suka 🤗 -shejasmine- oOo Baru menikah langsung memegang amanah sebagai ibu kepala desa? Belum lagi di usianya yang baru memasuki kepala dua ini...