PLAK!
Hyunjin merasakan panas di pipinya, ia menggeram samar dan menatap tajam sang Papa yang baru saja menamparnya. Padahal, dirinya baru saja melangkahkan kaki dari pintu depan rumah megah milik Ayahnya ini.
Kini, kedua tangan Ayahnya menarik kerahnya dengan kencang.
"Kau tahu aku siapa, Hyunjin. Namaku terkenal luas, wajahku tersebar luas di seluruh penjuru dunia." geram ayahnya kepada Hyunjin. Wajahnya memerah disertai dengan urat urat yang timbul di dahi dan lehernya.
"Bahkan nama dan wajahmu pun sudah tersebar luat di internet. menurutmu karena siapa? KARENA AKU, HYUNJIN! KAU-" Ayahnya menghela napas mencoba meredakan emosinya.
Pasalnya, teman temannya sudah menunggu di luar, akan memalukan jika bentakannya terdengar hingga telinga teman temannya itu.
"-renungkan apa kesalahanmu. Malam ini aku akan berangkat ke Cuba, aku akan pergi selama kurang lebih 3 bulan. Perhatikan sikapmu dan jangan buat malu papamu." ia melepaskan tangannya dari kerah milik Hyunjin dan melenggang pergi sembari merapikan bajunya.
Hyunjin terlibat perkelahian lagi dengan teman sekelasnya. Kejadian seperti itu tak hanya sekali terjadi, kerap kali Hyunjin menjadi tersangka utama menghajar salah satu dari banyak teman sekolahnya.
Ayahnya yang merupakan aktor dengan bayaran termahal di Amerika itu tentu saja sangat menghawatirkan sikap anaknya.
Reputasinya yang ia bangun sebagai seorang aktor sekaligus single parent yang dipuji puji dermawan dan pekerja keras tentu wajar saja ia lindungi reputasinya mati matian.
Setelahnya, Hyunjin melenggang pergi masuk ke dalam rumahnya. Rumah megah bernuansa hitam putih itu terasa dingin.
Bagaimana tidak? Yang tinggal disini hanya Hyunjin dan sang ayah beserta belasan pembantu dan satu penjaga rumah. Sangat sepi, bahkan melebihi lorong lorong rumah sakit.
Hyunjin menghela nafas seraya merebahkan diri di kasurnya saat sampai dikamarnya. Lalu ia menatap kosong ke arah langit langit kamarnya.
Hyunjin melihat kearah jam dinding di kamarnya yang menunjukan pukul sebelas malam.
Lantas Hyunjin bangun dan mengambil hoodie miliknya dan berjalan keluar mansion ayahnya melewati lorong lorong sunyi yang dipenuhi ukiran klasik serta guci keramik mewah di sepanjang jalan.
Setelah berhasil keluar dari mansionnya Hyunjin menghela napas pelan ketika melihat pagarnya terkunci. Hyunjin memang tidak diperbolehkan keluar malam oleh ayahnya. Kenapa? tentu ayahnya menghindari hyunjin dari hal buruk seperti club malam atau lainnya.
Hyunjin melihat sekeliling dan terkekeh menemukan satpam penjaga pintu gerbang mansion itu tertidur lelap di sofa dalam ruangannya. Ini merupakan kesempatan pikirnya.
Hap!
Hyunjin tersenyum ketika selesai memanjat pagar yang besar. Yah, sedikit bangga karena pagar tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dirinya.
Ia berjalan menelusuri kota seorang diri ditemani dengan kesunyian dan angin malam yang menusuk sembari mendengarkan musik dan memakan roti yang ia beli sebelum ia pulang ke rumah.
Ternyata berjalan tengah malam sendiri seperti ini tidak terlalu buruk pikirnya dibandingkan dengan merenung di dalam kamarnya yang sunyi.
Setelah kurang lebih setengah jam berjalan, ia merasa lelah juga akhirnya dan memilih untuk duduk di salah satu halte bus yang sudah tidak terpakai, ia menatap ke arah jalan yang sangat sepi. Karena yah, ia memang sedang berada di jalanan kecil yang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive'
FanfictionRemember when we first met? You said "Light my cigarette." [Hyunjin x Felix]