Part 9 : Perjodohan

757 47 5
                                    

Assalamualaikum
Happy reading. Votenya jangan lupa.

****

Seperti biasanya, setelah melaksanakan sholat magrib lalu dilanjutkan membaca Al Qur'an, Aliya duduk di meja belajarnya mengambil buku lalu membacanya.

Lagi-lagi tanpa diinginkan Aliya, pikirannya kembali mengingat kejadian saat di restoran siang tadi. Aliya menutup buku yang sedang ia baca karena pikirannya yang tidak bisa fokus.

"Aliya, please jangan berharap," ucap Aliya memejamkan matanya kemudian merebahkan kepalanya di atas meja. "Bukannya tidak mungkin ya Allah, hanya tidak pantas," sambungnya.

"Lalu kenapa tidak mencoba memantaskan?" tanya seseorang yang berada di ambang pintu kamar Aliya.

Mendengar ucapan tersebut sontak saja Aliya menatap ke arah suara, Aliya membelalakkan matanya mengetahui bahwa ibunya yang berdiri disana.

Zahra berjalan mendekati Aliya. Dengan perasaan masih terkejut Aliya mencoba meneguk salivanya dengan susah, menatap ibunya yang semakin dekat. Wajah Aliya kini bagaikan maling yang tertangkap basah.

"Lagi jatuh cinta ya?" tanya Zahra seraya mengelus pelan pipi Aliya.

Tak ada jawaban dari Aliya. Zahra pun mengambil kursi yang ada di kamar Aliya lalu menaruhnya di hadapan aliya kemudian duduk.

Sedangkan Aliya hanya memerhatikan apa yang dilakukan ibunya.

"Kok nggak dijawab?" Zahra memberikan tatapan kepada Aliya.

"Nggak tau." Aliya bingung harus menjawab apa pertanyaan ibunya. Ia tahu bahwa ia memang sedang jatuh cinta namun ia juga sedang berusaha untuk mengubah rasa cintanya hanya menjadi rasa kagum saja.

"Kok nggak tau? Kalo kamu jatuh cinta, umi nggak marah kok, cinta itu fitrah yang Allah anugerahkan kepada setiap makhluk-nya. Umi cuma mau pesen jangan pernah mencintai sesuatu yang melebihi cinta kamu kepada Allah," tutur Zahra.

"Iya umi," ucap Aliya pelan.

"Jadi bener nih lagi jatuh cinta, sama siapa?" tanya Zahra kembali dengan mata menyelidik.

"Umi ...."

****

"Al," teriak Nabila yang baru saja memasuki kelas.

"Hmm," balas Aliya.

Nabila menaruh tasnya di atas meja kemudian duduk di samping Aliya. Nabila menatap Aliya yang sedang membaca buku novel, kemudian dengan gerakan cepat tangannya mengambil buku novel yang sedang dibaca Aliya lalu menutupnya.

"Nabila..." ucap Aliya menatap Nabila.

"Al, kamu tau nggak?"

"Nggak tau, kan belum kamu kasih tau," jawab Aliya.

"Iya juga sih. Jadi kemaren aku bikin story Instagram isinya kata-kata dari Ali, trus aku iseng coba tag Instagram nya Ali, nggak nyangka banget kalo Ali bakal repost story Instagram aku. Duh, Al jadi bingung nanti nikahannya mau pake adat apa ya," jelas Nabila terlihat sangat senang dan tak henti tersenyum.

Aliya tersenyum mentap sahabatnya yang terlihat sangat bahagia, walaupun terkadang halu nya sangat tinggi. Aliya hampir lupa bahwa Nabila menyukai Ali.

****

Setelah selesai membantu para santri  membersihkan halaman pondok, Ali dipanggil Abinya melalui salah-satu santri yang sangat dekat dengan Abinya.

Ali berjalan memasuki rumah menuju kamar Abinya.

"Assalamualaikum," ucap Ali yang sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Wa'alaikumussalam, masuk" ucap seseorang dari dalam.

Ali membuka pintu kamar dan masuk, dilihatnya Abinya yang sedang duduk sambil membaca kitab. Perlahan Ali berjalan mendekati Abinya.

"Duduk," ucap Kiayi Ahmad-Abi Ali.

Kiayi Ahmad menutup kitab yang tadi dibacanya lalu menaruhnya di atas meja.

Ali duduk di samping Abinya. "Abi panggil Ali?" tanya Ali.

"Iya Ali, ada yang ingin Abi bicarakan," jawab Kiayi Ahmad.

Ali mengangguk lalu mencoba mendengarkan baik-baik apa yang ingin Abinya bicarakan, sepertinya sesuatu hal yang penting.

"Ali kan sudah dewasa, dan juga sudah waktunya untuk membina rumah tangga. Beberapa bulan yang lalu Abi di beri amanah oleh teman Abi sebelum dia meninggal, dia ingin agar anak perempuan satu-satunya untuk dinikahkan dengan anak Abi, yaitu Ali," jelas Kiayi Ahmad.

Deg! Ali terkejut mendengar ucapan Abinya, menikah? Tapi Ali mulai menyukai seseorang. Ali bingung haruskah ia melupakan orang yang mulai ia sukai dan menikah dengan wanita lain.

"Iya Abi, Ali bersedia untuk menikah dengan wanita itu," setelah bertengkar keras dengan hatinya, Ali setuju dengan pernikahan ini, ia ingin membantu Abinya untuk menjalankan amanah yang diberikan kepada Abinya.

Ali yakin semuanya sudah di atur oleh Allah, apapun yang menjadi takdirnya itu adalah yang terbaik untuknya.

"Alhamdulillah, besok kita datang ke rumahnya ya," kata Kiayi Ahmad yang mendapat anggukan dari Ali. "Untuk acara pernikahan kita bisa langsungkan secepatnya sebelum kamu kembali ke Mesir," sambung Kiayi Ahmad.

"Iya Abi"

****

Jam tiga pagi Ali bangun dari tidurnya dan bergerak untuk mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat tahajud.

"Ya Allah, jika hamba tidak berjodoh dengan wanita yang selama ini hamba kagumi, bantulah hambamu ini untuk melupakannya, dan buatlah hamba agar bisa mencintai wanita yang akan menjadi istri hamba kelak. Hamba yakin ya Allah, apapun yang engkau takdirkan untuk hamba, itu adalah yang paling terbaik, bantulah hamba untuk bisa menjalankan pernikahan di jalan yang benar, jadikanlah hamba suami yang bisa membimbing istrinya menuju surga-Mu. Aamiin." Ali berdo'a setelah melaksanakan sholat tahajud, dengan tangan yang mengangkat ke atas Ali mengucapkan bait demi bait do'a dengan penuh ketenangan.

"Bismillahirrahmanirrahim, mulai sekarang aku akan berusaha melupakannya," ucap Ali.

Ali mengambil Al-Qur'an yang terletak di atas meja kemudian membacanya dengan perlahan dan suara yang merdu. Suara Ali dalam mengaji menambah ketenangan di gelapnya malam.

****

•Makasih buat kamu yang udah mau baca cerita aku•Mohon dimaafkan jika terdapat typo di dalam tulisanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Makasih buat kamu yang udah mau baca cerita aku
•Mohon dimaafkan jika terdapat typo di dalam tulisanku.
•See u next time

Cukup Bagiku Hanya MengagumimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang