Siang itu, ada sesuatu yang baru di sekolah Senja Ayudisha. Ada guru baru yang diperkenalkan di kelasnya, gurunya ganteng.
"Jadi anak-anak bapak semuanya, Pak—eh Kak Ben aja ya, akan menjadi guru pengganti pelajaran Matematika untuk kelas dua belas."
Sorak meriah terdengar setelah itu, khusunya para cewek yang merasa senang akan guru pengganti itu. Udah ganteng, pinter lagi, idaman banget, begitu pikir mereka. Berbeda dengan Senja yang sedari tadi melirik sinis remaja di depan, karena menatapnya dengan pandangan yang—menurut Senja—genit.
"Auto rajin deh gua, kalo gini caranya!!!." bisik Geby.
"Ih! Gue malah gasuka." tukas Senja.
Geby heran,"Kenapa?,"
Senja menggelengkan kepala,"Ya gatau, gasuka aja, dari awal dia masuk ke kelas."
Geby mendorong pelan bahu Senja,"Aneh lu!."
Setelah Bapak Kepala Sekolah keluar dari kelas, anak-anak murid pun ramai lagi, namun langsung diam dalam sekejap karena gestur tangan Kak Ben yang telunjuknya berada di depan bibir—mengisyaratkan untuk diam.
Kak Ben tersenyum ramah,"Hari ini kakak gak bawa absen, jadi kita main-main aja gimana?."
"WO! HO!"
"ASIK!"
"Betah deh gua kalo gini!"
"Yes!"
"Ganti guru aja deh!"
"Kesempatan nih!"
"Makasi Kak Ben!"
"Centil amat"
"Jamkos weh!"
"Kapan lagi!?"
"Rugi yang gak masuk!"
"Boleh izin bolos gak ya?"
Begitulah suara-suara yang Senja dengar. Suara seketika lenyap, lagi. Karena Kak Ben melakukan hal yang sama.
"sttt!. Jangan berisik ya, nanti Kakak gak jadi ngajar disini." imbuhnya.
Kak Ben menepuk tangannya sekali,"Yok!, yang bisa jawab dapet nomor w.a Kakak!." ujarnya kemudian menulis soal dipapan tulis menggunakan spidol yang berada di di meja Senja, karena meja Senja dan Geby adalah tempat terdepan.
"Pinjem ya cantik," katanya.
Geby kaget sementara Senja menatapnya tak suka.
"Iya Kak," saut Geby.
Ternyata soal yang ditulis Kak Ben di papan tulis berawalan dengan angka, yang membuat semua murid perempuan berpikir keras dan melontarkan jawaban cepat-cepat agar mendapat imbalan.
Soalnya:
1+2+3+1
1+2+3+1
1+2+3+1=?Senja terkekeh pelan begitu melihat soalnya, batinnya berkata, klasik.
"Tiga puluh sembilan," ujarnya spontan tetapi pelan.
Walau pelan, Kak Ben mendengar karena ia terus memperhatikan gerak bibir Senja.
"Iya! Kamu, coba sebutkan jawabannya!." titah Kak Ben seraya menunjuk Senja, menarik semua mata meliriknya.
Senja merasa dirinya menjadi pusat perhatian,"Saya?."
"Iya kamu, Cantik." ujar Kak Ben.
Air muka Senja kembali datar,"Saya engga tau Pak—eh Kak."

KAMU SEDANG MEMBACA
┈ 𓈊 𓈒 ˲ Just Read and Enjoy The Story : )!
De TodoJust read, Baru pertama kali bikin cerita,jadi yaaa maklumin aja. Nana bakal berusaha buat yang lebih bagus lagi,bantu dukung Nana ya!,, Sama sama