DS | 26 •Semesta yang Kejam•

11.8K 1.5K 144
                                    

Melihat kedua insan yang sedang di mabuk asmara ini membuat semesta tersenyum getir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat kedua insan yang sedang di mabuk asmara ini membuat semesta tersenyum getir. Tanpa ragu dia menurunkan suara hati tuan putri yang sedang berteriak menangis di dalam sana.

Khadafi menarik Xaula agar menepi di pinggir jalan untuk meneduh. Namun tubuh gadis itu seakan mati rasa tidak mau digerakkan. Dia menatap langit yang sedang menurunkan hujan dengan senyum yang meneteskan air mata.

Genggaman tangan Khadafi di tarik kembali oleh Xaula yang menyuruhnya untuk hujan-hujanan. Tuan putri tak mau meneduh. Dia mau menghabiskan sisa waktu bersama Khadafi dengan momen yang tak terlupakan seperti ini.

“Mau main ujan-ujanan, biar kisah kita tercantum dalam memori kenangan.” Khadafi tersenyum, lalu mengangguk. Dia tidak mungkin melarang sang istri yang terlihat sedang bersedih namun ia tutupkan dengan senyum keterpaksaan ini.

“Nanti kalau kita sakit bersama, kita saling rawat merawat ya, sayang.”

Xaula terkekeh. Dia menyubit pipi Khadafi dengan gemas, “Iya suamiku, nanti main rawat-rawatan kayak anak TK.”

Benar kata Xaula, semesta memang kejam. Dengan teganya semesta memisahkan kedua insan ini yang baru saja bersatu dengan berbagai perjuangan.

Kamu jahat semesta. Xaula hanya ingin kebahagiaan, dan Khadafi hanya ingin Xaula berada di sisinya. Kenapa kamu sejahat ini dengan mereka berdua? Apa kamu cemburu melihat salah satu dari mereka bahagia? Iya kamu cemburu, sampai harus memisahkan mereka yang baru saja kemarin bersatu. Belum lama loh mereka bersatu. Apa tidak ada cara lain untuk mereka bahagia. Oh ayolah, mereka ini hanya manusia yang ingin merasakan kebahagiaan.

Diskusikan lagi semuanya dengan semesta lain untuk mereka bisa menyatu kembali.

“Sudah malam, ayo pulang.”

Xaula masih menatap pemandangan kota dengan sangat pedih. Kenapa orang lain bisa dengan bebasnya tertawa bahagia di hadapannya. Sedangkan kebahagiaan dirinya di renggut oleh orang lain.

Kenapa harus Xaula yang menerima takdir yang kejam ini?

“Mau mati boleh nggak?” ucap Xaula tanpa sadar.

“Omongan kamu sudah melantur, tandanya kamu sudah lelah. Ayo pulang.”

“Aku mau pulang ke sisi Allah. Biar semua masalah hilang dalam sekejap. Aku gak sanggup nanggung semuanya ustadz.”

Detik ini juga Xaula menangis kejer dalam dekapan Khadafi. Laki-laki yang masih tidak tahu kenapa tuan putrinya menangis, ia membawa Xaula ke dalam dekapannya. Semakin erat, semakin kejer Xaula menangis tanpa sebab.

“Nangis aja sepuasnya. Aku selalu siap siaga menjadi tempat berteduh kamu.”

“Ustadz. Hiks ... gue takut lo ngebenci gue.”

“Aku tidak akan membenci kamu sampai kapanpun, Robia.”

“Kalau gue bikin lo marah gimana?”

“Aku bakal meluk kamu dari belakang, sambil bilang kalau aku lagi marah sama kamu.”

DISKUSI SEMESTA [TERBIT DI SNOWBALL PUBLISHING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang