***
Hari yang cerah dan mendukung membuat Shasha terus tersenyum, karena itu artinya keinginannya untuk berbelanja menghabiskan uang Danu akan terealisasikan. Ia dan Danu kini masih berada di jalan bersama Eman yang menyetir mobil, serta jangan lupa bodyguard yang selalu setia mengawal mereka berdua juga ikut.
Shasha tak ingin lengah sedikit pun, ia tak mau mengambil resiko, apalagi Danu bilang kemarin sempat diteror oleh nomor yang tidak dikenal, meskipun Danu bilang tidak apa-apa dan bisa mengatasinya, namun tetap saja hal itu membuat Shasha merasa khawatir.
"Senang?" Tanya Danu sembari menatap wajah istrinya dengan penuh rasa cinta.
"Tentu aja dong, mau belanja gitu loh, mau ngabisin duit, gimana nggak seneng?" Ucapan Shasha barusan langsung membuat Danu tersenyum gemas.
"Shasha suka uang?" Wah Danu, pertanyaan macam apa itu? Polos sekali memang pria satu itu, Shasha jadi terkejut, dan menatap suaminya dengan tatapan memicing.
"Ya suka dong, siapa yang nggak suka uang? Bilang sini siapa yang nggak suka sama uang? Mana ada?"
"Shasha kamu lucu sekali." Danu malah mencubit pipi istrinya dengan gemas. Sedangkan Shasha malah menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. "Kalau begitu kamu bisa menghabiskan uang bulanan yang sudah saya beri, kamu bisa membeli apapun yang kamu inginkan, yang kamu mau, yang bisa membuat kamu merasa senang. Sekarang saya bekerja untuk kamu dan si kecil, uang saya dan semua harta saya juga milik kamu Shasha." Mendengar itu, Shasha langsung menatap wajah Danu dengan penuh haru. Shasha kemudian menyentuh pipi suaminya.
"Harta yang paling berharga bagi aku itu cuma mas Danu, meskipun mas Danu nggak ngasih apapun buat aku, aku nggak ada masalah, yang penting mas Danu jadi milik aku."
"Shasha... Saya sangat beruntung mempunyai istri seperti kamu. Kamu seperti ibu peri." Mata Shasha sudah berkaca-kaca, namun kalimat terakhir Danu membuat wanita itu malah menahan senyuman geli.
"Ibu peri dari Hongkong?"
"Hongkong? Memangnya ada ibu peri dari Hongkong?" Duh... Kalau sudah begini Shasha jadi malas menjelaskannya pada Danu. "Ibu peri dari Amerika Shasha, seperti di film Peterpan."
"Ya ampun mas Danu, aku cuma becanda doang kok." Shasha langsung tertawa terbahak-bahak melihat wajah polos Danu, sedangkan Danu malah memasang wajah kebingungan gara-gara ulah Shasha.
Ditengah-tengah tawa Shasha, tiba-tiba saja ponsel Danu berbunyi, ada telepon dari Eka yang tengah sibuk di kantor.
Danu pun langsung mengangkat teleponnya. Dan terjadilah perbincangan antara mereka berdua yang membahas masalah proyek.Shasha sendiri merasa sangat heran ketika mendengarkan percakapan Danu dan Eka. Danu begitu sangat pintar, cekatan dan cerdas saat membahas masalah bisnis serta pekerjaan. Tapi kenapa jika berhadapan dengan masalah sosial dan seks, pria itu menjadi sangat polos seperti anak kecil. Pantas saja Luna sengaja memanfaatkan kepolosan Danu, bertahun-tahun menjalin hubungan, sampai Danu tidak sadar jika Luna sudah menguras hartanya habis-habisan, mengkhianati dan menyakiti perasaannya. Danu yang malang, sungguh beruntungnya sekarang ia bertemu dengan Shasha, jika saja Danu tidak menikah dengan Shasha, entah bagaimana dengan kehidupannya sekarang, mungkin Danu bisa jadi orang gila.
"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Shasha sembari mendekati suaminya, mengelus dadanya dan bersandar nyaman disana.
"Sedikit. Soal kerjasama dengan perusahaan asal Korea Selatan."
"Emangnya kenapa?" Mendengar nama Korea Selatan membuat Shasha semakin penasaran.
"Minta pertemuannya diundur, padahal Eka sudah memesan tiket."
![](https://img.wattpad.com/cover/274036083-288-k780816.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Say I'm Sorry (Tersedia Ebook Di Google play/Pdf/Karyakarsa)
RomanceDanu Prakasa Adiyaksa, asisten kepercayaan Armand, pria gagah berdarah Minang yang selalu membuat mata para wanita tak mampu berkedip. Tatapan matanya yang tajam dan deru nafasnya yang menggairahkan selalu mampu menarik perhatian kaum wanita disekit...