Part 38

5.1K 527 19
                                    

***

Usia kandungan Shasha sudah menginjak sembilan bulan. Tak terasa dua bulan sudah berlalu setelah kejadian itu, dan Shasha pun akhirnya bisa bernapas lega karena sudah tak ada lagi orang yang akan mengusik ketenangan hidupnya bersama dengan Danu.

Hari-hari menjelang persalinan semakin dekat membuat Shasha terkadang merasa begitu gelisah, namun ia sadar jika ia tak boleh terus-terusan hanyut dalam kegelisahannya. Apalagi ia hidup dengan pria ajaib seperti Danu, Shasha harus bisa bersikap dewasa, jika ia gelisah, Danu bahkan akan lebih gelisah daripada dirinya.

Danu sangat takut kehilangannya, sampai-sampai terbawa mimpi segala. Membuat Shasha jadi sering menenangkan pria itu ketika mimpi buruk itu datang di malam hari.

"Sayang... Ayo tidur dong... Jangan mainin perut terus, geli..." Keluh Shasha pada Danu yang tengah menciumi dan mengusap-usap perutnya sejak satu jam yang lalu. Shasha bahkan sangat takjub melihat suaminya yang begitu telaten saat memberikan scrub dan masker pada permukaan perutnya. Padahal Shasha bisa melakukannya disalon khusus ibu hamil, tapi Danu tidak setuju, ia tidak suka perut istrinya disentuh-sentuh oleh orang lain selain dirinya dan juga ibu mertuanya yang selama ini selalu memeriksa kehamilan Shasha.

"Masih ingin main dengan si kecil sayang, kalau malam dia aktif sekali." Ungkap Danu dengan senyuman geli, perut Shasha tampak miring kekanan dan kekiri membuat Danu gemas sekaligus ngeri.

"Tapi aku capek sayang... Mau tidur... Besok main lagi yah... Tiap malem main terus, sebentar lagi dia juga keluar, mas Danu nanti bisa main sepuasnya sama si kecil." Tutur Shasha dengan nada lelahnya membuat Danu merasa bersalah.

"Shasha lelah? Maaf ya..." Danu pun segera menutup piyama Shasha, lalu beringsut masuk ke dalam selimut, memeluk istrinya.

"Hm." Shasha pun mengangguk.

"Tapi kalau do it something?" Danu pun mulai meraba milik Shasha membuat Shasha langsung menatap tajam suaminya.

"Tadi siang kan udah..." Ucapan Shasha barusan membuat Danu langsung menghembuskan nafas kasar.

"Ya sudah, saya tidur dulu. Selamat malam." Selalu begini jika Shasha menolak ajakan suaminya. Danu selalu ngembek, tidur menyingkur, menahan tangis sampai tidak mau makan gara-gara keinginannya tidak dituruti.

Kehamilan Shasha yang semakin tua membuat gairah seks Danu semakin memuncak, sedangkan Shasha sendiri sampai kuwalahan menghadapi nafsu suaminya. Padahal selama ini Shasha yang begitu sangat agresif, namun sejak perutnya semakin membesar, wanita itu jadi semakin pasif.

***

Keesokan harinya masih seperti biasa, Shasha melalui hari-harinya di rumah bersama dengan Danu yang memilih untuk bekerja dari rumah karena takut meninggalkan Shasha.

"Ini susunya." Danu mengangsurkan segelas susu kehamilan kepada istrinya, seperti biasa, setiap pagi dan malam selalu Danu yang membuatkan susu untuk Shasha. Namun kali ini sikap Danu tampak berbeda. Mungkin gara-gara penolakan Shasha semalam. "Saya mau ke ruangan kerja dulu." Tuh kan Danu bahkan tak menyapa anaknya seperti biasa. Ya Tuhan Shasha harus bersikap seperti apa lagi untuk menghadapi Danu, kenapa suaminya itu tidak bisa memahami keadaannya sekarang?

"Maaf non, itu ada kiriman paket untuk tuan." Ujar Erni pada Shasha.

"Paket? Paket apa bi?" Tanya Shasha penasaran.

"Nggak tau non, non lihat sendiri aja."

Shasha yang penasaran pun segera berjalan menuju ruang tamu untuk melihat paket yang dimaksud oleh Erni. Paket tersebut berukuran cukup besar dan dibungkus dengan karton.

Say I'm Sorry (Tersedia Ebook Di Google play/Pdf/Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang