Ibu Negara: Besok jam 12 siang di Resto Gulung Tikar. Meja nomor 7. Jangan lupa bawa buket bunga. Kalau bisa warna putih. Tiara suka putih.—
Johnson menunduk dalam, fokusnya tertuju pada layar ponsel, membaca ulang pesan dari ibunya. Setelah memastikan alamat tujuannya sudah benar, ia segera turun dari mobil sembari membawa buket bunga sesuai permintaan ibunya.
Restoran Gulung Tikar cukup ramai siang ini. Banyak sekali pengunjung berpakaian formal memenuhi bangku-bangku yang tersedia.
Di luar ekspektasi. Joshnson sempat mengira restoran ini akan sepi sesuai arti namanya, ternyata perkiraannya meleset.
Netra Johnson bergerak teliti menyusuri ruangan, mencari meja nomor tujuh. Tidak sulit menemukan meja tersebut. Letaknya berada di dekat pintu masuk. Selain itu, sosok gadis berpakaian serba putih terlihat sangat menonjol dibandingkan pengunjung lainnya.
Tidak salah lagi, gadis itu pasti Tiara. Saat ini Tiara duduk membelakanginya. Di atas meja sudah ada segelas es jeruk yang tinggal tersisa setengah. Pemandangan tersebut membuat Johnson heran. Sepertinya Tiara terlalu bersemangat ingin bertemu dengannya sampai-sampai datang lebih awal dari jam yang telah disepakati.
Johnson menghampiri meja nomor tujuh. Ia mengambil tempat duduk di seberang, berhadapan dengan Tiara.
"Tiara?" sapa Johnson.
Tiara—yang semula sedang sibuk berkutat dengan ponselnya—mendongak. Melihat ekspresi bingung gadis itu, Johnson melanjutkan ucapannya.
"Saya Johnson," Johnson mengulurkan tangan kanannya.
"Oh, anaknya Tante Belinda?" Tiara bangkit berdiri, membalas jabatan tangan Johnson. "Tiara."
Setelah saling memperkenalkan diri mereka mulai memesan makan siang. Johnson baru tahu restoran ini menjual beraneka ragam masakan Bali. Pantas saja dekorasi ruangan didominasi oleh furniture kayu dan ornamen tradisional Bali.
"Kamu lagi sibuk, ya?" tanya Tiara membuka topik pembicaraan.
"Lumayan," jawab Johnson, seadanya.
"Pantes terlambat."
Johnson tertegun. "Siapa yang terlambat?"
"Kamu."
"Bukannya kamu yang terlalu cepat—"ucapan Johnson terhenti saat tatapnya terjatuh pada jam tangannya. Ia beberapa kali mengerjap, takut salah melihat. Jam telah menunjukkan pukul setengah satu. Ternyata bukan Tiara yang datang terlalu awal melainkan dirinya yang terlambat.
Gawat.
Kalau sampai Tiara melaporkan kejadian hari ini pada Belinda, sudah pasti akan timbul masalah baru. Satu-satunya cara untuk lolos dari ceramah panjang lebar ibunya adalah dengan membujuk Tiara agar tidak marah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSTING
Romance"Sandra, kamu mau jadi istri saya? Setelah saya pikir-pikir sepertinya kita lumayan cocok." "Pak Jo, setelah saya pikir-pikir sepertinya bulan depan saya resign." - Menjadi sekretaris Johnson bukan hal yang mudah bagi Cassandra. Kepalanya hampir pe...