"Permintaan pasar turun sebanyak tiga puluh persen dari bulan lalu. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan omset pasar tetapi permintaan produk hari demi hari terus mengalami penurunan," jelas Dini.Jemari Johnson mengetuk permukaan meja. Efek suara yang diciptakan menimbulkan kesan intimidasi bagi seluruh karyawan yang berada di ruangan itu.
"Wawan."
Semua mata kompak tertuju pada Wawan perwakilan Divisi Produksi.
Sang pemilik nama tersentak kaget. Wawan langsung membenarkan posisi duduknya. "Iya, Pak?"
"Ada ide?" tanya Johnson.
"Menurut saya kita harus membuat produk baru dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan sebelumnya," jawab Wawan.
"Jika menambah kualitas berarti dana yang dikeluarkan juga akan bertambah. Otomatis harga barang akan lebih tinggi. Sudah pasti hal itu akan berpengaruh pada daya beli konsumen," Johnson menyunggingkan senyuman tanpa ekspresi. "Kamu ingin perusahaan ini gulung tikar?"
Wawan yang mendapatkan penolakan telak dari Johnson seketika menunduk. "Maaf, Pak."
"Ada yang punya usul lain?" Johnson mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan.
Suasana kembali hening.
Tidak ada satupun anggota rapat yang berani menyampaikan pendapatnya. Mungkin mereka takut akan bernasib sama dengan Wawan.
Dalam keheningan itu, tiba-tiba saja seseorang memberanikan diri mengangkat tangan kanannya. Dalam sedetik perhatian seluruh anggota, termasuk Johnson.
Sebelah alis Johnson terangkat naik, menatap heran gadis berkuncir kuda yang duduk tidak jauh dari tempatnya berada.
Johnson melengos, netranya tertuju pada Dini dan Arista selaku perwakilan Divisi Pemasaran dan Divisi Keuangan. "Ada ide?"
"Menurut saya program diskon dapat meningkatkan minat konsumen atas produk kita," jawab Dini.
"Diskon pada masa sulit. Nanti saat keadaannya kembali normal konsumen akan merasa harga normal produk kita terlalu mahal dan mereka akan menunggu saat ada diskon lagi," Johnson menatap datar Dini. "Keledai saja tidak jatuh di lubang yang sama sampai dua kali."
Dini menunduk dalam. "Maaf, Pak. Saya kurang berpikir panjang."
"Ide lain?" Johnson memejamkan mata, perlahan memijat pangkal hidungnya.
"Saya, Pak!"
Johnson melirik malas gadis berkuncir kuda yang sejak tadi sengaja ia abaikan keberadaannya. Sama seperti sebelumnya, gadis itu tampak sangat bersemangat ingin menyumbangkan ide.
Karena sejauh ini belum ada anggotanya yang memberikan ide cemerlang untuk mengatasi kerugian, akhirnya Johnson mengalah. Ia menggerakkan telapak tangannya, memperisalahkan gadis itu berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSTING
Romance"Sandra, kamu mau jadi istri saya? Setelah saya pikir-pikir sepertinya kita lumayan cocok." "Pak Jo, setelah saya pikir-pikir sepertinya bulan depan saya resign." - Menjadi sekretaris Johnson bukan hal yang mudah bagi Cassandra. Kepalanya hampir pe...