chapter 7

264 24 1
                                    


Trigger Warning.
A lot of mature and explicit scene.










Hermione masuk ke dalam flatnya, berjalan menaruh sebuket bunga tulip di meja tamunya. Mengambil vas bunga kosong yang ada di atas kulkas. Mengisi vas itu dengan air lalu memasukkan bunga tulip dan perintilannya.

Hermione memutuskan untuk menaruh vas itu di nakas samping ranjangnya.

Hermione mengamati bunga tersebut. Jika bunga mawar merah melambangkan cinta dan hasrat. Maka bunga tulip merah melambangkan cinta dan kasih sayang yang tak terhingga.

Hermione mengedikkan bahunya. Theo adalah pria yang sulit ditebak. Entah apa tujuan pria itu memberikannya bunga. Hermione tidak terlalu menanggapinya dengan serius.

Pikiran Hermione kembali dipenuhi oleh sosok pria berambut pirang platina dengan hidung mancung dan mata abu abu yang tajam.

Memikirkan bagaimana bagian bawah dirinya bisa basah dengan hanya melihat mata pria itu.

Jesus Christ. Itu adalah hal terkotor yang pernah terpikirkan olehnya. Draco benar-benar mengambil kontrol penuh pada diri Hermione. Memejamkan matanya erat, berusaha menyingkirkan hal itu jauh-jauh dari pikirannya. Itu adalah sesuatu yang tidak pantas.

Hermione berjalan ke arah kamar mandi. Memutuskan untuk mandi dengan cepat.

Sebenarnya wanita itu ingin berendam di bathtub yang terisi penuh dengan air hangat. Namun apa daya, Hermione tinggal di flat sederhana dengan biaya sewa yang termasuk murah untuk ukuran flat yang tidak terlalu kecil dan terletak di pinggiran kota London. Letaknya sangat strategis. Flatnya juga nyaman dan bersih. Hermione menyukai interior flat ini, tapi tetap saja. Ada beberapa fasilitas yang tidak bisa ia dapatkan disini. Ada harga ada kualitas.

Hermione berjalan menuju dapur lalu menggoreng dua butir telur dan bacon untuk dirinya sendiri. Menyiapkan sepotong roti dan menaruhnya diatas piring.

Draco pasti akan mengeluh jika ia melihat ini semua. Pria itu sedikit pemilih dalam urusan makanan.

Hermione menghentikan kegiatan makannya. Menutup mata dengan tangannya saat tersadar bahwa ia kembali memikirkan tentang Draco.

Sial.

Hermione mengumpat terlalu banyak hari ini. Ia bahkan tidak bisa menghitungnya.

Semua hal yang ada di sekitar wanita itu mengingatkannya pada Draco.

Tidak bisakah ia hidup tenang sehari saja tanpa memikirkan tentang pria Malfoy itu?

Hermione menatap piring di depannya. Nafsu makannya berkurang saat Draco kembali singgah di pikirannya. Ia bahkan baru menghabiskan bacon dan belum menyetuh telur serta rotinya.

Hermione beralih mengambil remote TV lalu memencet tanda merah di ujung atas. Matanya menonton layar besar yang terpajang di depannya. Melupakan sejenak piring yang tersaji di depannya.

Layar itu menampilkan sebuah pagelaran fashion show. Melihat bagaimana seorang model berjalan dengan pinggulnya yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Hermione mengambil roti lalu memakannya perlahan.

Melihat bagaimana acara itu berganti menjadi menjadi sesi wawancara. Hermione membaca tulisan yang muncul di layar. Menampilkan nama designer-designer yang mendesain pakaian tadi.

Hermione kembali fokus pada makanannya. Sesekali mengecek ponsel yang ada di tangan kirinya.

Fokusnya langsung buyar sesaat setelah mendengar kalimat dari salah satu presenter.

London BreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang