end

620 39 10
                                    

Disini lah mereka. Duduk di kursi panjang dengan pemandangan kota London yang terpampang jelas di depan mata. Ditemani oleh angin malam yang terasa mencekik

Draco memutuskan untuk berjalan berbalik, mengikuti Hermione tanpa sepatah kata pun.

Tidak ada yang terjadi di antara mereka. Mereka hanya berjalan beriringan dengan jarak lima puluh senti meter. Berperang dengan pikiran masing-masing.

Draco beberapa kali melirik Hermione, tapi wanita di sampingnya selalu mengalihkan pandangan. Enggan melihat wajah pria itu lagi.

"Aku tidak tau jika kau memilih untuk datang kesini." Draco memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

Hermione melirik Draco dari ujung matanya. Lalu berkata,

"Hanya ingin."

Draco terus mengamati wanita di sampingnya.

"Apakah kau baik-baik saja?" Pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja, membuat Draco mengutuk dirinya sendiri. Dari sekian banyak hal yang ingin ia tanyakan, kenapa harus kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

Draco mencoba untuk tenang, mengalihkan pandangannya ke depan untuk menghindari tatapan Hermione.

"Jauh lebih baik darimu."

Draco kembali menatap Hermione saat kalimat itu mengalun di telinganya. Menubrukan netra abunya dengan netra coklat milik Hermione.

Dilihat dari mana pun sudah jelas, wanita itu jauh dari kata baik-baik saja. Hermione berbohong. Jika ini dalam keadaan normal, mungkin Draco akan marah saat mengetahui wanita itu membual padanya.

Ia bisa melihat wanita di depannya terluka. Namun tidak ada hal lain yang bisa Draco lakukan untuk membuat wanita itu merasa lebih baik, karena saat ini ia sama hancurnya dengan Hermione.

Hubungannya dan Astoria membaik, namun tidak seperti dulu lagi. Astoria seolah menguliti kepribadiannya. Mungkin wanita itu belum sepenuhnya memaafkan Draco.

Perihal maaf dan memaafkan bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi mengingat semua perbuatan yang telah pria itu lakukan.

"Kau harus menjaga pola makanmu Hermione."

Hermione memanglah memiliki tubuh yang kurus, namun tidak sekurus ini.
Hermione mulai merasa muak dengan pria di sampingnya. Berkata seperti itu hanya akan membuat Hermione kembali menaruh harapan.

"Itu bukan urusanmu,"

"Berhentilah bersikap seolah-olah kau peduli padaku, itu memuakkan." Lanjutnya, suara Hermione terdengar sedikit bergetar.

Draco sedikit terkejut mendengarnya. Ini pertama kalinya Hermione berbicara dengan nada seperti itu dengannya. Itu membuat egonya terluka.

Hermione berdiri dari duduknya, berniat untuk segera meninggalkan tempat itu. Rasa laparnya sudah tergantikan dengan rasa di sesak di dada yang kian menggerogoti jiwanya.

Draco menarik tangan Hermione sebelum wanita itu berhasil melangkah, menarik tubuh kurus Hermione ke dalam pelukannya.

Dia sudah tidak bisa menahannya. Persetan dengan Astoria yang akan marah jika mengetahui hal ini kembali terjadi. Draco tidak peduli lagi.

Draco bisa merasakan suhu rendah tubuh Hermione. Wanita itu kedinginan.

Hermione diam disana, Kakinya terasa kaku. Kembali tenggelam dan membiarkan dirinya jatuh ke dalam lubang yang sama sekali lagi.

"Aku mencintaimu." Suara pria itu mengudara, menyadarkan Hermione.

Hermione tidak bereaksi apapun, ia merasa sangat lelah. Menangis membuat tenaganya terkuras. Berpikir bahwa mungkin kelenjar lakrimarisnya sudah berhenti bekerja. Meski kenyataannya manusia tidak akan pernah kehabisan air mata.

London BreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang