Sudah tiga hari berlalu sejak hari itu. Hermione menjalani kehidupannya dengan normal ketika Draco tidak ada. Bohong jika Hermione mengatakan bahwa dia tidak merindukan pria itu.
Draco berkata ia akan ada di Jerman dalam tiga hari. Mungkin Draco akan sampai di London nanti malam atau besok pagi.
Saat ini jam empat sore. Hermione sudah menyelesaikan pekerjaannya di restoran. Hari ini toko bunga milik Madam Pomfrey tutup. Jadi Hermione memutuskan untuk bersih-bersih dan bersantai di dalam flatnya.
Hermione mulai menyusun agenda apa-apa saja yang akan ia lakukan hari ini. Hermione harus memanfaatkan waktu luangnya dengan baik.
Hermione mulai melepas sprei yang membungkus kasurnya dan menggantinya dengan yang baru. Membersihkan meja rias yang terletak tidak jauh dari ranjangnya. Lalu berpindah untuk mengelap kaca besar yang ada di sudut ruangan kamarnya.
Mungkin sudah cukup. Hermione mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Kamarnya sudah cukup bersih. Hermione beralih ke ruang tamu. Membersihkan semua hal yang bisa ia bersihkan. Menyusun koleksi novelnya dengan benar. Membersihkan lantai dengan vacuum cleaner.
Sekali lagi ia mengedarkan pandangannya. Peluh mengucur dari pelipisnya. Merasa lega sekaligus bangga pada dirinya sendiri. Hasil yang memuaskan, pikirnya.
Hermione berjalan menuju ke kamarnya. Saat ini wajahnya pasti sangat kusam. Segera ia mengambil handuk lalu menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Hermione menggunakan tank top dengan celana pendek. Ia tidak memiliki rencana untuk keluar. Perutnya lapar, mungkin sebentar lagi ia harus memasak bahan yang ada di dalam kulkasnya.
Hermione membungkus rambutnya dengan handuk putih. Merebahkan tubuhnya di ranjang. Pikirannya melayang ke kejadian beberapa bulan yang lalu.
"Granger, dimana kau?" Hermione mendengar suara Draco dari luar. Saat ini ia membaca buku di kamarnya.
"Aku berada di kamar." Sahutnya sedikit berteriak. Draco memiliki kunci cadangan flatnya. Jadi dia bisa masuk kapan saja ke dalam flat Hermione.
Hermione melihat pria itu masuk ke kamarnya lalu bersandar pada pintu kamar Hermione sambil melipat tangannya di depan dada.
"Apa?" Tanya Hermione saat Draco tidak kunjung mengeluarkan suara.
Draco hanya tersenyum disana sambil menatap Hermione dengan mata berbinar.
Draco beranjak menuju ranjang Hermione. Bersandar di headboard kasur lalu menggerakan tangannya pelan. Mengisyaratkan Hermione untuk bergabung dengannya di ranjang.
"Kemarilah Granger, aku merindukanmu."
Hermione tersenyum melihat Draco yang ada tak jauh darinya. Hermione meletakkan bukunya lalu segera berjalan ke arah Draco dan mendudukkan dirinya di samping laki-laki itu.
Draco memindahkan kepala Hermione agar bersandar di dada bidang miliknya.
"Kau selalu mengatakan 'aku merindukanmu' setiap kali kita bertemu." Hermione membiarkan Draco memainkan surainya. Draco mengelus kepalanya, lalu mencium, lalu mengelusnya lagi.
"Karena kenyataannya memang seperti itu. Aku merindukanmu setiap saat. Memangnya kau tidak merindukanku?" Hermione mendongak mendengar pertanyaan lelaki yang disandarinya.
"Yah itu, tergantung." Jawabnya singkat. Ia memainkan salah satu tangan Draco yang memeluk perutnya erat.
"Tergantung?"
"Kadang aku merindukanmu, kadang aku tidak." Bohong Hermione pada Draco.
"Apakah aku harus mempercayai kalimatmu? Kau sama sekali tidak memiliki bakat membual." Draco berseru mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
London Breeze
RomanceHermione yang terjebak di dalam hiruk pikuk kota London. Berusaha untuk mencari jalan keluar dari semua masalahnya dan berakhir terseret dalam hubungan terlarang dengan Draco Malfoy.