Bagian 10 - Praduga

237 41 6
                                    

Keesokan harinya, berita tentang sebuah kereta kuda yang meledak tersebar dengan cepat.

Masalahnya, itu bukan kecelakaan biasa. Berdasar laporan saksi mata dan pengamatan polisi, serta detektif kondang Sherlock Holmes yang pendapatnya turut dimuat dalam koran, kejadian itu adalah kesengajaan. Berbagai spekulasi pun bermunculan, lantaran korban adalah seorang wakil rektor, seorang kusir, serta seekor kuda.

"Nak Will."

Muncul dengan senampan teh hangat dan beberapa iris bolu di atas piring, pria tua itu mendudukkan diri di hadapannya. Yang bersangkutan tidak merespon; tenggelam dalam pikirannya sedari upacara pemakaman. Masih dalam balutan jas hitam, William menopang dagu, menatap bayangan jendela di atas permukaan meja seakan itu rekaman sinematik.

"Kami semua turut berduka," ujar Tuan Renfield simpatik. "Berbicaralah, Will. Kita pasti bisa menyelidiki siapa pelakunya."

"Aku hanya tidak habis pikir," gumam si pirang, melepas tangan dan kemudian bersandar di sofa. "Semua seperti rencana yang tersusun sempurna. Tapi, mengapa harus Tuan Leeford? Dia orang baik..."

Pria tua itu tidak tahu harus berkata apa. Sekilas diliriknya topi beludru di meja bufet seberang, tampak kusam oleh jelaga dan rusak pinggirannya akibat bara. Meski begitu, William enggan membuangnya. "Aku tak akan sanggup membayangkannya jika itu dirimu, nak Will."

Seseorang menghampiri mereka. Begitu dia masuk, Tuan Renfield bangkit dan undur diri, meninggalkan keduanya di ruang tamu. Melihat sang kakak yang masih bersandar di sofa dengan mata terpejam, ia pun bergabung di sampingnya.

"Kak?"

"Bagaimana tanganmu?" tanya William, tanpa membuka mata. Yang bersangkutan memandang perban yang membungkus telapak tangannya.

"Sudah tak apa-apa," jawabnya. "Moran telah menceritakan semuanya tentang kemarin. Entah kenapa, aku sangat yakin bahwa ada seseorang yang sangat ingin mencelakaimu, kak."

"Menginginkanku mati, Louis," timpal William pahit. Sebetulnya hal itu bukan masalah karena kematian memang tujuan dari Lord of Crime. Akan tetapi, hal itu berubah menjadi masalah ketika orang-orang tak berdaya turut menjadi korban. William mungkin saja seorang pembunuh dan monster berdarah dingin. Akan tetapi, ia melakukannya demi mereka yang tak berdaya. Melindungi yang lemah, menghidupkan yang pupus, dan memperjuangkan yang murni. Udahkayak slogan partai.

"Mungkin ini tak masuk akal," sambung Louis. "Tapi seandainya kakak tidak membeli cokelat, kakak pasti akan melalui jalan yang sama... ini mungkin aneh, tapi cokelat itu seakan menyelamatkanmu, kak."

"Aku juga berpikir demikian," desahnya. "Anggap saja takdir belum mengingijinkanku untuk mati. Omong-omong, kau memberitahu Kak Albert soal ini?"

"Tidak," jawabnya. "Ini masalah kita. Aku tidak ingin melibatkan Kak Albert, apalagi jika sampai datang kemari karena khawatir."

"Baguslah. Aku memang menginginkan kita sendiri yang akan membereskannya."

Selagi keduanya bertukar pikiran, Moran berdiri di belakang tembok dan menguping beberapa percakapan. Seseorang menginginkan William mati. Apakah itu si detektif Holmes yang pernah mereka temui? Rasanya tidak mungkin, terlebih dengan cara konyol seperti mengirimkan pria mabuk itu. Ia juga mengetahuinya dari Bond, orang yang jelas-jelas detektif itu 'percayakan' hidupnya di tangan mereka. Lantas, Moran berpikir. Pasti ada sesuatu yang berkaitan dengan dendam; suatu motif yang cukup kuat dan meyakinkan, seperti dalam misinya menjadi Alec Trevelyan di Kalkuta, India.

Jika hal ini berkaitan dengan dendam, dengan mudah ia bisa menarik garis bahwa pelaku dalam kejadian ini tak lain tak bukan adalah:

"Orang kelas atas."

Kotak berornamen bunga mawar itu terasa lebih ringan di pangkuannya. Sembari ngemil bersama, Fred memandang Bond dengan heran sekaligus takjub ketika dia bertutur demikian.

"Bagaimana kau mengetahuinya?"

"Perasaanku berkata demikian," jawab Bond yakin. Di rumah kaca, keduanya duduk-duduk, menikmati praline yang kemarin dibelikan William. "Dimulai dengan pemabuk yang kalian temui di pasar. Ketika Moran menegurnya, orang itu tidak melawan atau melarikan diri. Kemudian, dia secara terang-terangan memberi petunjuk akan insiden ini. Benar?"

"Ya. Dia menuliskan waktu dan jalan yang biasa Tuan William lalui sepulang kerja," sahut Fred. "Tapi apa maksudnya mengikuti kami? Aku dan Moran hampir pingsan ketika melihat topi Tuan William ada di lokasi, sebelum akhirnya kami bertemu dan pulang bersama. Maksudku... ini tak mungkin kebetulan, kan? Jika orang itu mengincar dari jauh, ia seharusnya sudah bisa mengenal siapa penumpang dalam kereta itu. Bukan asal main tembak, atau jangan-jangan pelakunya tidak mengetahui ciri-ciri Tuan William?"

"Sebelumnya aku berpikir begitu. Aneh rasanya, jika si pelaku sengaja melakukannya. Tapi, ada kemungkinan lain yang cukup logis. Sebelum kejadian, William mengatakan bahwa ia meminjamkan topinya kepada almarhum. Lalu, di waktu yang sama, kalian menemui pemabuk itu di pasar. Coba bayangkan. Bukankah artinya orang itu sudah mengetahui rutinitas kita sehari-hari? Ia pasti sudah menunggu lama untuk melancarkan aksinya. Oleh karena itu, dipancinglah perhatian kita dengan membunuh rekan kerja William. Bukankah itu masuk akal?"

Fred terlonjak, "Benar juga. Jadi maksudmu... ada pengkhianat di antara kita?"

"Bukan," Bond menggeleng cepat. "Bukan pengkhianat, tapi mata-mata. Orang-orang kelas atas yang merasa terancam dapat melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan lawan mereka, termasuk mengutus suruhan. Intinya, kita mungkin saja dimata-matai, dan bisa jadi kejadian ini hanyalah 'pembuka' babak."

Mendengarnya, Fred hampir tersedak. "Maksudmu akan ada korban lagi?"

"Semoga saja tidak. Yang pasti, kita harus menemukan siapa pelakunya sebelum terlambat."



A/N: Setelah berbulan-bulan akun ini mati suri gara-gara lupa password dan alamat email pemulihannya, akhirnya bisa update lagi (sempat niat buat akun baru, tapi urung karena draft-draft saya simpan semua disini). Pokoke, pelajaran. Pelajaran supaya nggak pikun sama akun sendiri, dan mohon maaf kepada kalian semua yang udah nunggu lama banget akan kelanjutan FF gaje ini xD

*//dilempar

//iya ampun wkkwkw

Oh, ya, Errent ini mengucapkan selamat lebaran kepada manteman yang merayakan. Bagi yang mudik, semoga selamat sampai tujuan, semoga pulang nya juga selamat sampai tujuan. Bagi yang nggak kemana-mana kayak saya (masih kerja malah hahaha), semangatt!

Akhir kata, stay safe selalu ya!

Tamu Bulanan | 𝓙𝓪𝓶𝓮𝓼 𝓑𝓸𝓷𝓭𝓮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang