Winter menatap nanar sosok pria yang terbaring di hadapannya. Di tubuh pria tersebut menempel berbagai alat medis yang membantunya agar tetap hidup. Kulitnya terlihat lebih pucat, serta beberapa luka lebam dan bekas jahitan ada di wajahnya.
Walau alat detektor jantung memperlihatkan detak jantung yang stabil, pria itu tetap saja belum menunjukkan tanda-tanda akan siuman.
"Sunbae, kenapa ini bisa terjadi?" Karina yang sedari tadi tidak bisa berbicara akhirnya menemukan suaranya. Ia memberi pandangan bingung kepada beberapa pria di ruangan tersebut.
Taeyong, Johnny dan Mark menatap Karina sekilas lalu saling melempar pandangan satu sama lain, berharap ada di antara mereka yang mau berbicara. Mereka terlalu syok dengan kejadian yang telah terjadi.
"Semalam sehabis pulang recording, ia bersikeras untuk menyetir mobilnya sendiri," Taeyong menghela nafas sebelum melanjutkan ceritanya, "beberapa staf sudah menawarkan diri untuk mengantarnya tapi dia tetap tidak mau."
"Dia pasti terlalu lelah dan mengantuk sampai akhirnya menerobos lampu merah, dan.. dan.. Semuanya terjadi begitu saja," mata Taeyong kembali berkaca-kaca melihat kondisi salah satu membernya. Ia merasa gagal sebagai seorang leader dalam menjaga 'adik-adiknya'.
Air mata Karina yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh. Ia sangat prihatin melihat kondisi rekannya itu. Meski hubungan mereka tidak terlalu dekat, Karina sangat mengagumi sosok Jaemin yang menurutnya pekerja keras dan sangat berkharisma saat di atas panggung. Mereka juga pernah terlibat percakapan mengenai teknik rap dan saling berbagi nasihat. Yang pasti ia sama sedihnya dengan teman-temannya yang lain.
Di luar semua itu, Karina tahu jika ada seseorang yang sangat terpukul dengan kejadian ini. Ia menoleh ke arah Winter yang berada di sampingnya. Pandangan Winter tidak pernah lepas sedetik pun dari Jaemin semenjak mereka memasuki ruangan inap di rumah sakit itu.
Tatapan Winter sangat sulit untuk diartikan.
Karina mencoba untuk menenangkan Winter. Ia memegang lengan Winter lalu mengusap punggungnya, seakan-akan dapat menyalurkan sedikit energi bagi sang adik.
"Winter,kau tidak ap--"
"Aku harus pergi." kata Winter tiba-tiba.
Semua orang di ruangan tersebut, termasuk Giselle dan Ningning yang sedari tadi diam, menoleh ke arahnya dengan tatapan bertanya.
"Win, kau mau ke mana? Kalian kan baru saja tiba, kenapa terburu-buru?" tanya Mark yang bingung dengan sikap juniornya itu.
"Aku baru ingat kalau aku mempunyai janji dengan ayah. Aku tidak mau membuatnya menunggu terlalu lama," jawab Winter sambil melihat sekilas jam tangan di pergelangannya.
"Tapi Win, apa kau tidak ingin menjenguk Jaemin lebih lama? Paman pasti mengerti kalau kau sedikit terlambat," tambah Giselle yang diiringi anggukkan lainnya.
"Tidak. Aku bisa datang lagi besok, lagipula sudah ada kalian di sini jadi aku rasa ia tidak akan kesepian. Aku pergi dulu," Winter sedikit membungkukkan kepalanya lalu keluar dari ruang rawat tersebut.
Taeyong yang mencoba memanggil Winter ditahan oleh Karina. "Biarkan dia sendiri dulu, sunbae. Aku yakin kalian mengerti perasaannya." Karina melirik Jaemin yang masih belum sadar, disertai anggukkan teman-temannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.