PROLOG

3.9K 450 46
                                    

Hiraeth - Prolog

Wajah Atsumu tertadah. Sepasang matanya menyorot awan hitam yang terus bergerak memenuhi langit.

Atsumu tak kunjung beranjak dari tempat tersebut. Sebuah daerah lapang dengan gundukan tanah yang berderet sangat rapi. Ada nama lengkap, juga dua tanggal yang tertulis pada sebuah batu marmer disetiap ujung gundukan tanah tersebut.

Iya, pemakaman.

"Papah mati terlalu cepat." Gumam Atsumu sembari memandangi makam orangtuanya tersebut.

Jika disuruh menjelaskan, Atsumu membutuhkan waktu untuk mendapatkan jawaban mengenai apa yang ia rasakan.

Atas kepergian orangtuanya, Atsumu tidak merasa sedih- namun tidak juga bahagia. Seolah-olah, kematian seseorang karena pembunuhan- bukanlah hal yang asing bagi Atsumu.

"Apa aku bakal berakhir dengan cara yang sama?" Atsumu bertanya meskipun tak akan mendapatkan jawaban.

Dari lubuk hatinya yang terdalam, ada kemungkinan bahwa Atsumu merasa lelah. Ia mendapati kenyataan, bahwa Papahnya yang merupakan seorang Mafia itu- tewas mengenaskan dalam sebuah perkelahian besar.

Atsumu tahu, kalau Papahnya itu masih saja gagah di usianya yang hampir memasuki lima puluh tahun.

Kepala Atsumu sudah mendoktrin bahwa dirinya sendiri tidak cukup kuat untuk meneruskan organisasi milik Papahnya.

'Jika Papah saja terbunuh, apalagi aku.' batin Atsumu berkata demikian.

Dikala itu, Atsumu memutuskan untuk membubarkan Organisasi gelap milik orangtuanya itu. Meski bagi sebagian anggota berkata bahwa tindakan Atsumu sama seperti seorang pengecut.

Atsumu hanya mengangguk tanpa perlawanan.

Ia sudah benar-benar lelah.

Tidak pernah terbesit didalam kepala Atsumu, untuk melakukan tindakan balas dendam.

Menurut Atsumu, semua ini impas. Segala pembunuhan dan juga transaksi gelap yang dilakukan Organisasi itu sudah cukup bagi Atsumu.

Ia tidak ingin melihat bercak merah kental itu lagi.

Atsumu tidak ingin tangannya mencabut nyawa-nyawa orang lain. Sama seperti apa yang dilakukan Papahnya.

*****

Tangan Atsumu bergerak begitu lincah, berbarengan dengan sebuah pena yang ia genggam.

Setelah satu minggu berlalu, Atsumu baru memberanikan diri untuk menandatangani surat Jual-Beli Tanah, lengkap dengan bangunan yang telah berdiri.

Meskipun bukan pertama kalinya Atsumu tinggal seorang diri dirumah, tapi kepergian Papahnya menyisakan Atsumu seorang diri didalam rumah besar itu.

Atas pertimbangan yang matang, Atsumu memilih untuk tinggal disebuah perumahan minimalis- yang pastinya tidak memerlukan pengeluaran besar setiap bulannya.

Setelah pamit dengan para mantan pekerja dan beberapa maid, Atsumu memasuki mobil- lalu melaju meninggalkan tempat dimana ia tumbuh selama kurang lebih dua puluh tahun.

Sesekali, mata Atsumu menyorot kaca spion. Bayang-bayang rumah lamanya masih bisa ia lihat disana.

"Capek..." Keluh Atsumu ditengah kemacetan kota.

Pukul lima sore adalah jam-jam dimana seluruh jalan akan dipenuhi oleh kendaraan dan pejalan kaki. Semua orang melangkah pulang kerumah.

Bunyi-bunyian klakson tidak mengganggu Atsumu sedikitpun. Ia merasa kosong meskipun banyak kebisingan yang masuk melalui telinganya.

Atsumu hanya merasa sedih, sebab tidak akan ada yang menyambutnya- meskipun ia sudah tiba dirumah.

"Samu... Gue kakak yang bodoh, ya?" Atsumu bergumam sendiri, lalu terkekeh kecil.

Atsumu merasa bahwa ia pantas menertawakan dirinya sendiri.

Dirinya yang kelewat bodoh dan kini merasa kesepian.

Bayang-bayang saudara kembarnya tiba-tiba saja menghantui pikirannya setelah sekian lama.

#####
To be continued
Jangan lupa vote, dan komen, ya! <3
#####

Hiraeth :
Yakni, kerinduan atau nostalgia. Kerinduan atau keinginan yang tulus, disertai rasa penyesalan. Bagi sebagian orang, kata ini merujuk pada kehilangan sesuatu atau kerinduan terhadap rumah.

Hiraeth - Miya Twins [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang