Chapter 5 – Hiraeth – Perpecahan
Dua tahun yang lalu…
BRAAKK-!!
Tendangan Osamu sukses mendobrak pintu kamar Atsumu. Beberapa baut terlempar dari engselnya, membuat pintu itu semakin usang- dan akan ambruk apabila mendapat dorongan kecil.
“Dugaan gue bener… Mamah sama Papah sengaja mulangin kita kerumah ini." Ocehan Osamu tidak diperdulikan oleh Atsumu. Kakak kembarnya itu masih sibuk dengan headphone yang memutar lagu dengan volume maksimal.
Atsumu hanya melirik sejenak, lalu memejamkan matanya kembali.
“dengerin ini-!” tanpa aba-aba, Osamu melepas paksa headphone yang tengah digunakan oleh Atsumu. Akibat sebuah paksaan itu, Atsumu merasa sedikit kesal. Tapi, menurut adalah satu-satunya pilihan yang Atsumu ambil. Meskipun malas, tapi ia memaksakan diri untuk duduk dan mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh Osamu.
Osamu memegang ponselnya, setelah menaikkan volumenya- Osamu memutar salah satu rekaman.
Dari awal rekaman itu diputar, terdengar banyak suara dentuman yang sepertinya tercipta dari benda-benda yang dibanting. Sesekali, ada bunyi kaca yang pecah- juga teriakkan seorang wanita. Atsumu tahu, dan ia mengenal betul bahwa pemilik suara tersebut adalah Mamahnya.
Pertengkaran, adalah sesuatu yang paling dibenci oleh Atsumu. Disatu sisi, ia tidak pernah ingin memihak salah satu dari orangtuanya. Bagi Atsumu, bisa hidup dengan kekayaan dari Orangtuanya sudah lebih dari cukup. Perihal bagaimana hubungan orangtuanya, Atsumu tidak akan pernah berkomentar apapun.
Alasan terbesar yang membuat Atsumu bersikap demikian adalah, ia pernah menjadi korban kekerasan- baik dari Mamah ataupun Papahnya. Semua itu terjadi karena Atsumu keras kepala, dan mencoba mendamaikan orangtuanya. Cara tersebut tidak akan pernah berhasil, karena orangtua tidak akan pernah mau mendengar nasihat anaknya.
Ketika seorang anak berucap dengan tujuan mendamaikan, terkadang orangtua malah merasa bahwa dirinya sedang diceramahi, juga dihakimi.
“Biarin aja.” Respon Atsumu, tidak perduli.
Lelah, Atsumu sangat lelah jika harus menjadi tameng didalam keluarganya secara terus menerus. Jika siapapun menganggapnya egois, maka Atsumu hanya akan menganggukinya.
Benar, Atsumu memilih untuk melakukan apapun sesuka hatinya. Atsumu tidak ingin alur hidupnya mengikuti kata-kata perasaannya. Sekarang, Atsumu ingin membungkam hatinya- dan hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh otaknya.
“dengerin dulu…” Osamu menarik selimut, dan lagi-lagi memaksa Atsumu untuk tetap duduk sembari mendengarkan rekamannya.
“kamu itu ribet, mah-! Anak-anak aja nggak masalah pas tau pekerjaanku yang sebenarnya.” –Papah
“Mereka itu takut buat bicara. Aku dan mereka nggak akan pernah mau hidup pake uang panas-!” –Mamah
PRAAGGG!!
Atsumu mendengar suara kaca yang pecah, bersamaan dengan teriakkan Mamahnya.
“udahlah, aku mau cerai!” terdengar suara mamah yang mulai terisak.
“baik, aku talak kamu-! Tapi, hak asuh Osamu harus ada di tanganku.” Suara Papah semakin meninggi.
“apa?! Osamu harus ikut sama aku, Mas-! Kalau kamu berani macam-macam, aku bakal ngebeberin semua tindakan kamu ke polisi-!” –Mamah.
Kemudian, Osamu mematikan rekamannya.
“gue nggak mau elo ngedenger lanjutan rekaman ini.” Kata Osamu. “Gue nggak mau lo sakit hati gara-gara mereka.” Lanjut Osamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth - Miya Twins [ END ] ✓
FanfictionSebuah rasa rindu pasti bisa terobati dengan sebuah pertemuan. Tapi tidak semua orang akan mendapatkan timbal balik atas kerinduan yang tertanam didalam hatinya. Kadang, yang ingin ditemui- belum tentu ingin bertemu juga. Untuk itulah, seutas kabar...